66
1 Durasi kegiatan berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk
melakukan kegiatan; 2
Frekuensi kegiatan berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu;
3 Persistensinya ketepatan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan;
4 Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan
kesulitan untuk mencapai tujuan; 5
Devosi pengabdian dan pengorbanan uang, tenaga, pikiran, bahkan jiwanya atau nyawanya untuk mencapai tujuan;
6 Tingkatan aspirasinya maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target, dan
idolanya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; 7
Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak;
8 Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan like or dislike; positif atau negatif.
c. Cara Mengukur Motivasi Belajar
Sementara itu, Brown dalam Ali Imron, 1996: 88 berpendapat bahwa untuk mengukur atau mengetahui seberapa besar motivasi belajar seseorang siswa
kita dapat mengamati dari ciri-ciri: 1 tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh, 2 tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, 3 mempunyai
antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru, 4 ingin selalu bergabung dengan kelompok kelas, 5 ingin identitas dirinya diakui oleh
67
orang lain, 6 tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri, 7 selalu mengingat pelajaran dan mempelajari kembali, 8 selalu terkontrol oleh
lingkungannya. Pendapat lain lagi dikemukakan oleh H.J.M. Hermans, bahwa siswa yang
memiliki rasa tanggung jawab yang besar dan berhasrat berprestasi baik akan menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
1 Kecenderungan mengerjakan tugas-tugas belajar yang menantang, namun tidak
berada di atas taraf kemampuannya; 2
Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri, serta menemukan penyelesaian masalah sendiri, tanpa disuapi terus-menerus oleh guru;
3 Keinginan kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang sedikit di atas
taraf yang telah tercapai sebelumnya; 4
Orientasi pada masa depan. Keinginan belajar dipandang sebagai jalan menuju ke realisasi cita-cita;
5 Pemilihan teman kerja atas dasar kemampuan teman itu untuk menyelesaikan
tugas belajar bersama, bukan atas dasar rasa simpati atau perasaan senang terhadap teman itu;
6 Keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan Winkel, 1991: 97-98.
Selanjutnya, Hermans dalam Winkel, 1991 98-99 mengemukakan empat tipe siswa dalam motif berprestasi, yaitu :
1 Siswa yang berhasrat tinggi untuk berprestasi baik dan sekligus
berkecenderungan positif untuk menghindari kegagalan;
68
2 Siswa yang berhasrat rendah untuk berprestasi, tetapi berkecenderungan positif
untuk menghindari kegagalan; 3
Siswa yang berhasrat tinggi untuk berprestasi tetapi berkecenderungan negatif untuk menghindari kegagalan;
4 Siswa yang berhasrat rendah untuk berprestasi dan sekaligus berkecenderungan
negatif untuk menghindari kegagalan. Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada umumnya siswa
a akan mencapai taraf prestasi belajar baik, kalau kemampuan belajarnya tinggi dan dia ditempatkan dalam situasi belajar yang menantang baginya. Taraf prestasi pelajar
masih akan cukup, kalau kemampuan belajarnya terbatas, asal tidak jelas-jelas kurang. Siswa tipe b akan berusaha sekuat tenaga dan akan berprestasi cukup baik,
kalau kemampuan belajarnya memungkinkan, asal situasi belajar teratur jelas dan guru membuat dia merasa percaya pada diri sendiri. Siswa tipe c memiliki rasa
percaya diri yang besar, namun kurang berhasrat berprestasi baik. Kalau kemampuan belajarnya tinggi, siswa ini masih akan berprestasi cukup, tanpa usaha. Siswa tipe d
kurang percaya pada diri sendiri dan juga tidak berhasrat untuk berprestasi baik. Siswa ini mudah menjadi kasus problematis bagi guru, apalagi bila dia memiliki
berkemampuan belajar rendah.
d. Upaya Peningkatan Motivasi Belajar