117
Dan seterusnya jika dirasa pada siklus II indikator kinerja belum tercapai Siklus III dirancang lebih lanjut
Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Raka Joni,dkk., dalam Depdiknas, 2004a: 16
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Setting Penelitian
Refleksi II Analisis
Data II Observasi II
Terselesai kan
118
Gambar 4. Gedung SD Negeri Jatisobo 02, Polokarto, Sukoharjo
Setting atau lokasi penelitian ini adalah di SD Negeri Jatisobo 02, yang
beralamatkan di Kersan RT 03, RW I Dusun Jatisobo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Telepon 0271 612659. Sekolah ini berdiri di atas tanah
pekarangan seluas 998 m
2
, dengan luas bangunan 539 m
2
milik sendiri. Tahun 1982 sekolah ini didirikan dengan SK Pendirian Nomor: 425.1221982 dan status
akreditasi B. Jumlah ruang kelas ada 6
yang masing-masing berukuran kurang lebih 7x9 m 63m
2
Jumlah keseluruhan siswa ada 223 siswa dari Kelas I sampai Kelas VI. Jumlah guru kelas 6 orang, guru agama 1 orang, guru pendidikan jasmani 1 orang,
guru bahasa Inggris 1 orang. Kepala sekolah yang sekarang menjabat adalah Bapak Sriyono, S.Pd.
B. Deskripsi Kondisi Awal
Telah dikemukakan di muka, subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Jatisobo 02 Polokarto Sukoharjo yang terdiri dari 18 siswa putra dan 16 siswa
putri.. Dilihat dari kemampuan akademik yang dimilikinya, para siswa tersebut dapat dikategorikan mempunyai kemampuan akademik yang sedang-sedang saja atau
cukup, sebab tidak ada di antara mereka yang memiliki prestasi menonjol. Dalam hubungannya dengan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat secara
lisan maupun tertulis, siswa kelas V SD Negeri Jatisobo 02 Polokarto Sukohatjo
119
tersebut termasuk jarang melakukan kegiatan yang menunjang, seperti membaca-baca atau pun mendengar cerita rakyat sehingga pemahamannya tentang hal itu kurang.
Pada waktu kegiatan belajar-mengajar atau proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung tampak suasana ruang kelas yang ada di kelas V SD Negeri
Jatisobo 02 Polokarto Sukoharjo tersebut begitu tenang dan tertib. Masing-masing siswa menempati tempat duduknya dengan rapi dan bersiap-siap mengikuti dan
menerima pelajaran. Secara serentak siswa mengeluarkan buku catatan dan alat tulis serta buku paket bahasa Indonesia.
Materi pembelajaran apresiasi cerita rakyat pada kondisi awal dikemas oleh guru dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Guru pun memulai pembelajaran apresiasi
cerita rakyat, setelah kondisi kelas dipandang betul-betul siap. Pengkondisian kelas diciptakan guru dengan mengabsen terlebih dahulu siswa kelas V di SD Negeri
Jatisobo 02 Polokarto Sukoharjo tersebut. Dengan menggunakan metode ceramah, materi pembelajaran apresiasi cerita rakyat dijelaskan secara rinci. Para siswa pun
dengan setia mendengarkan dan memperhatikan keterangan guru sambil sesekali mencatat penjelasannya.
Pembelajaran dimulai dengan penjelasan tentang pengertian cerita rakyat itu apa; jenis-jenis cerita rakyat, unsur-unsur cerita yang ada di dalamnya, dan manfaat
cerita rakyat. Suasana kelas tampak tenang selama guru menjelaskan materi pembelajaran karena sambil mendengarkan penjelasan guru, siswa mencatat hal-hal
penting dari penjelasan guru tersebut.
120
Penjelasan materi pembelajaran menggunakan waktu sekitar 30 menit atau hampir separoh alokasi waktu yang disediakan yakni 2 x 35 menit. Pada akhir
penyampaian materi pembelajaran yang dijelaskan, guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas sehubungan
dengan materi pembelajaran yang telah diberikan. Namun, kesempatan itu tidak banyak siswa yang memanfaatkannya. Siswa terkesan pasif seakan-akan hanya
menerima begitu saja materi yang dijelaskan oleh guru tanpa banyak memberikan tanggapan atau komentar.
Setelah beberapa penjelasan tentang hal ikhwal cerita rakyat disampaikan, kemudian guru membacakan teks cerita rakyat yang ada di buku paket, dan siswa
ditugasi untuk
mendengarkannya dengan
baik. Siswa
terlihat tidak
segera memperhatikan. Usai pembacaan, siswa langsung disuruh menjawab beberapa pertanyaan sesuai dengan buku paket. Selama para siswa mengerjakan tugas,
guru tetap tenang duduk di meja sambil menanti hingga waktu usai. Kegiatan mengapresiasi cerita rakyat yang dilakukan oleh siswa hingga waktu
yang dialokasikan berakhir tidak banyak menuntut mereka aktif bekerja dengan
sesama teman
dalam bentuk
diskusi. Seluruh
pekerjaantugas diselesaikan
mandiri oleh
siswa. Guru menyuruh
mengumpulkan hasil
pekerjaantugas siswa. Pembelajaran diakhiri tanpa diberikan penguatan atau umpan balik mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Hasil pembelajaran apresiasi cerita rakyat pada kondisi awal disajikan dalam tabel berikut:
121
Tabel 2. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat Siswa Kelas V SD Negeri Jatisobo 02 Polokarto Sukoharjo pada Kondisi Awal
No Uraian Pencapaian Hasil
Jumlah Nilai
1 Siswa yang memperoleh nilai di bawah 70
20 2
Siswa yang memperoleh nilai di atas atau sama dengan 70 14
3 Nilai rata-rata
68,44 4
Ketuntasan klasikal 41,18
Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menujukkan sebanyak 20 siswa memperoleh nilai di bawah 70. Sebanyak 14 siswa memperoleh nilai 70 atau lebih.
Nilai rerata 68,44 dengan tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar 41,18 lihat
Lampiran 6. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran apresiasi cerita rakyat
belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan, yaitu 70 baca indikator kinerja pada Bab III, halaman 89. Dengan demikian, pada kondisi awal ini pembelajaran
apresiasi cerita rakyat dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut keadaan atau suasana pembelajaran cerita rakyat di kelas V SD Negeri
Jatisobo 02 oleh Bapak Suwarno, yang diabadikan lewat gambar foto sebelum tindakan ini dilakukan.
122
Gambar 5. Bapak Suwarno, guru kelas V SD Negeri Jatisobo 02 sedang mengajar dengan metode ceramah sebagai andalannya
B. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Siklus I