143
Nilai
1 Siswa yang memperoleh nilai di bawah 70
2 Siswa yang memperoleh nilai di atas atau sama dengan 70
34 3
Nilai rata-rata 76,88
4 Ketuntasan klasikal
100 Hasil pada tabel di atas, menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang mendapat
nilai kurang dari di bawah 70. Sebanyak 34 siswa mendapat nilai 70 atau lebih. Secara individual, semua siswa telah memenuhi batas tuntas. Nilai rata-rata kelas
76,88. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100 lihat Lampiran 6. Berdasarkan
hasil tersebut, dapat diketahui bahwa nilai rerata maupun ketuntasan klasikal yang dicapai siswa telah memenuhi indikator kinerja.
4. Refleksi
Siswa merasa termotivasi dalam belajar, senang hati, dan antusias dalam melakukan kegiatan karena siswa belajar sambil bekerja sama dengan temannya
secara kompak. Kemampuan mereka dalam menentukan unsur-unsur dalam cerita dapat dilakukan dengan baik, sehingga sangat membantu ingatan maupun penunjang
kelancaran mereka dalam kegiatan menceritakan kembali isi cerita rakyat dengan kata-kata sendiri.
Siswa sudah dapat melakukan kegiatan apresiasi cerita rakyat yang disampaikan secara lisan dengan efektif, karena ditopang dengan hasil catatan-
144
catatan penting yang dipersiapkan dengan lengkap. Aktivitas dalam berdiskusi meningkat, karena siswa telah merasakan manfaat diskusi tersebut.
Pada akhir pembelajaran, siswa merasakan bahwa pembelajaran apresiasi cerita rakyat bukanlah hal yang membosankan. Bahkan, siswa merasakan adanya
ketertarikan untuk mencoba apresiasi cerita rakyat yang lain. Untuk itu, kepada siswa perlu diberikan keleluasaan ruang-gerak untuk selalu meningkatkan kemampuannya
dalam apresiasi cerita rakyat. Guru banyak menyediakan ragam cerita rakyat yang memadai.
C. Pembahasan Tiap Siklus 1. Pembahasan Kondisi Awal
Kondisi awal pembelajaran kemampuan mengapresiasi cerita rakyat dilakukan dengan menggunakan pendekatan konvensional. Dalam proses pembelajaran ini,
masih tampak didominasi oleh segi-segi teoretik. Guru masih banyak menjelaskan tentang hal-hal cerita rakyat dari segi pengetahuan atau teoretik cerita rakyat itu
sendiri. Siswa mencatat semua penjelasan guru, sehingga pembelajaran hanya berjalan searah. Dengan kondisi demikian, siswa sangat pasif selama mengikuti
pembelajaran sehingga terkesan hanya sebagai objek, bukan subjek pembelajaran. Kerja sama antarteman untuk membina sosialisasi siswa sangat kurang sebab
pembelajaran lebih banyak dikerjakan secara perorangan individual. Motivasi belajar dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran pun sangat rendah.