lain yang bukan anggota yakuza tidak dapat mengetahui arti dari tindakan dan ucapan mereka. Berikut ini penjelasan dari pola identitas dari yakuza tersebut.
2.3.1 Yubitsume atau Pemotongan Jari
Bakuto memiliki peraturan-peraturan yang bersifat mengikat kepada anggotanya, terutama yang menyangkut kesetiaan dalam menjaga rahasia bakuto
dan kepatuhannya terhadap hubungan oyabun-kobun. Ada beberapa hal yang ditabukan dan dilarang dalam bakuto, seperti
memperkosa. Jika hal tersebut dilanggar, maka sipelaku akan dikenakan hukuman yang berat atau dikeluarkan dari organisasi. Bukan berarti kalau dikeluarkan dari
organisasi lebih ringan hukumannya, karena dengan dikeluarkan dari organisasi maka tidak akan ada suatu organisasi yakuza yang lain akan mau menerimanya,
hal ini dikarenakan oyabun akan mengirimkan surat pemberitahuan kepada seluruh organisasi yakuza mengenai anggotanya telah diusir, untuk tidak
menerimanya dalam organisasinya. Hal ini merupakan hukuman yang sangat berat bagi anggota yakuza, karena dengan begitu dia tidak akan dapat lagi bergabung ke
organisasi yakuza lainnya, dan berarti dia akan kehilangan pekerjaannya selamanya.
Untuk beberapa kesalahan berat tetapi tidak sampai dijatuhi hukuman mati atau diusir, maka bakuto menerapkan peraturan pemotongan jari atau yubitsume,
yang bisaanya dipotong terlebih dahulu adalah ruas jari pertama kelingking. Yubitsume ini baik atas dasar perintah dari oyabun maupun atas kesadaran sendiri,
terbukti membuat kobun tergantung pada perlindungan oyabun. Pemotongan jari dimaksudkan sebagai permintaan maaf atas kesalahan yang telah dilakukan, maka
Universitas Sumatera Utara
ruas jari yang telah dipotong itu kemudian dibungkus dengan kain yang baik kualitasnya lalu dipersembahkan kepada oyabun. Tradisi ini berasal dari bakuto
pada zaman Edo, dimana pada masa itu jika seorang penjudi tidak mampu membayar hutang-hutangnya, maka ruas jarinya akan dipotong, ini dilakukan agar
kemampuan untuk bermain judinya akan menjadi berkurang.
2.3.2 Tato
Selain yubitsume, tradisi yang diperkenalkan oleh kaum bakuto adalah tato. Tato pada awalnya merupakan bentuk hukuman yang digunakan untuk
mengasingkan pelanggar dari masyarakat, yang bisaanya terdapat di sekitar lengan untuk setiap kejahatan yang dilakukannya.
Tradisi tato ini memiliki makna selain sebagai hukuman, diantaranya adalah sebagai tanda suatu perkumpulan masyarakat. Jika setiap orang dalam satu
kelompok masyarakat melakukan suatu kegiatan yang sama, maka setiap orang di dalam kelompok itu juga harus melakukan hal yang sama. Hal tersebut juga
berlaku dalam organisasi yakuza yang diidentikan dengan tato, jadi semua anggota yakuza juga harus ditato. Pada saat ini tato digunakan sebagai simbol atau
lambang dari masing-masing organisasi yakuza tempat dia bergabung. Proses penatoan tradisional merupakan suatu yang sangat menyakitkan. Peralatan yang
digunakan terbuat dari tulang atau kayu yang dipahat dan pada ujungnya dipasang jarum. Proses ini memakan waktu yang tidak sebentar, bahkan untuk tato sekujur
tubuh waktu yang diperlukan bisa mencapai lebih dari 100 jam. Sampai saat ini tato masih sangat popular di kalangan yakuza, bahkan yakuza modern masih
meneruskan kegiatan ini sampai sekarang, dan meskipun telah ada alat untuk
Universitas Sumatera Utara
menato yang lebih canggih dan tidak sesakit dengan alat tradisional, para anggota yakuza lebi memilih menggunakan dengan cara tradisional.
2.3.3 Kode dan Bahasa Rahasia