Latar Belakang Munculnya Yakuza di Jepang

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP YAKUZA DAN KOMIK

2.1 Yakuza di Jepang

Yakuza dianggap mewakili kejahatan terorganisir di Jepang karena yakuza memiliki struktur organisasi yang tersusun dengan rapi untuk mengatur segala aktifitas anggotanya. Hal inilah yang membedakan yakuza dengan organisasi kriminal lain di dunia seperti mafia di Italia dan gangster di Amerika www.virtualginza.com yakuza.htm. Perkembangan yakuza di Jepang sangat cepat, bahkan melebihi jumlah perkembangan polisi di Jepang pada tahun 1958-1963. padahal yakuza sering melakukan tindakan yang di anggap illegal, seperti perdagangan narkotika, penjualan senjata api, perjudian dan juga usaha rumah bordil. Namun pemerintah Jepang sangat sulit untuk menghentikan perkembangan yakuza. Jika membicarakan yakuza, terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana latar belakang dan faktor mendukung perkembangan yakuza.

2.1.1 Latar Belakang Munculnya Yakuza di Jepang

Sistem pemerintahan feodal di Jepang dibagi menjadi feodal awal dan feodal akhir, yang dimulai dengan zaman Kamakura 1192-1333 dan di akhiri dengan zaman Edo atau Tokugawa 1603-1868. Zaman Edo ditandai dengan terjadinya perang terbesar di Jepang yang melibatkan keluarga Toyotomi dengan keluarga Tokugawa, yaitu Perang Sekigahara 1600. Perang tersebut berawal dari perselisihan para daimyo kedua Universitas Sumatera Utara keluarga untuk memperebutkan kekuasaan dan kedudukan shogun sebagai pengganti Toyotomi Hideyoshi yang meninggal pada tahun 1598. Menurut tradisi, yang sebenarnya berhak untuk mewarisi kedudukan shogun tersebut adalah putra dari Toyotomi Hideyoshi, yaitu Toyotomi Hideyori. Namun kekuatan Tokugawa Ieyasu dari hari kehari semakin kuat dan hal tersebut merisaukan keluarga daimyo Ishida Mitsunari 1560-1600 yang merupakan pendukung dari Hideyori. Maka Ishida Mitsunari mengumpulkan pengikutnya untuk menjatuhkan Tokugawa Ieyasu, dan pihak Tokugawa Ieyasu tidak membiarkan begitu saja. Yang disebut dengan daimyo adalah penguasa daerah yang berpenghasilan di atas 10.000 koku padi per tahun, dan yang berpenghasilan di bawah tersebut disebut dengan hatamoto Situmorang, 1995 : 43. Perselisihan antara daimyo-daimyo pendukung dari kedua keluarga tersebut semakin meruncing dan akhirnya terjadilah perang di daerah Sekigahara. Tokugawa Ieyasu berhasil memenangkan perang tersebut. Kemenangan Tokugawa Ieyasu tersebut menyebabkan munculnya penguasa baru, dan kemudian ia diangkat menjadi Jendral Berkuasa Penuh atau Seii tai Shogun oleh Tenno Haika. Tokugawa Ieyasu mendirikan pemerintahan Bakufu di Edo Tokyo pada tahun 1603 Totman dalam Situmorang, 1995 : 20. Perang tersebut melibatkan sekitar 80.000 bushi dari masing-masing kubu. Walaupun Tokugawa Ieyasu berhasil mengalahkan keluarga Toyotomi, namun kerugian yang dideritanya juga tidak sedikit. Kondisi Jepang setelah perang Sekigahara dapat dikatakan damai namun belum stabil karena banyak bushi harus berpindah profesi dari samurai, dan sebagian dari mereka ada yang berpindah profesi menjadi pedagang, ada pula yang menjadi guru seni bela diri dan sebagian Universitas Sumatera Utara kerja di pemerintahan. Bushi adalah serdadu professional yang sebelumnya adalah petani yang dipersenjatai dan dilatih untuk mengabdi kepada tuannya kizoku. Namun tidak sedikit dari para bushi itu yang gagal dengan profesi baru mereka, dan mereka yang gagal ini kemudian menggunakan segala cara untuk memperoleh uang demi kelangsungan kehidupan mereka. Para ronin tersebut bisaanya membentuk kelompok-kelompok dalam melakukan segala kegiatannya. Pada saat itu ada suatu kelompok yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Edo yang menamai dirinya kabuki-mono. Mereka adalah para ronin yang sering melakukan tindakan yang menyimpang dan sering berpenampilan eksentrik karena cara berpakaian serta potongan rambutnya yang tidak lazim dan selalu membawa pedang panjang kemanapun mereka pergi sebagai alat untuk menakut-nakuti masyarakat pada zaman itu. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa keadaan Jepang yang belum stabil akibat perang menimbulkan banyak pengangguran dari kalangan bushi yang tidak memiliki tuan ronin yang membentuk kelompok-kelompok untuk melakukan aksinya, dan mereka menamakan dirinya kabuki-mono. Kabuki-mono dapat dikatakan sebagai kelompok kriminal legendaris pada zaman pertengahan di Jepang. Mereka dikenal juga sebagai kelompok ronin dengan sebutan hatomo- yakko atau pembantu shogun, yang menerapkan loyalitas yang tinggi pada tuannya dan sesama para anggotanya, seperti bersumpah untuk saling melindungi dalam berbagai keadaan. Hatomo-yakko atau pembantu shogun, merupakan asal mula organisasi kriminal di Jepang. Namun yakuza modern tidak mengidentifikasikan diri mereka sebagai keturunan hatomo-yakko, melainkan sebagai keturunan machi-yokko atau Universitas Sumatera Utara pembantu kota. Machi-yokko merupakan suatu kelompok yang sebagian anggotanya adalah berasal dari masyarakat kelas bawah yang ada di Jepang. Tujuan awal dibentuknya machi-yokko adalah untuk melindungi kota-kota dari gangguan para hatomo-yakko. Berbeda dengan hatomo-yakko, kehadiran dari machi-yokko dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Jepang, bahkan mereka dianggap sebagai pahlawan pada zaman itu. Ada beberapa kisah mengenai tokoh machi-yokko, namun yang paling terkenal adalah cerita mengenai Chobei Banzuiin. Chobei dilahirkan dalam keluarga biasa di bagian selatan Jepang. Pada tahun 1640, ia berkelana ke Edo dan kemudian bergabung dengan kakaknya, seorang biksu kepala di sebuah kuil Budha. Berbeda dengan kakaknya, Chobei bekerja sebagai makelar buruh. Selain menjadi makelar buruh, Chobei juga membuka tempat perjudian yang awalnya hanya untuk mengisi waktu istirahat. Taruhan yang dipasang selain untuk menarik perhatian para buruh untuk ikut berjudi, juga dimaksudkan agar uang yang telah ia bayarkan sebagai gaji kepada buruh yang ia pekerjakan, dapat kembali ke tangannya. Walaupun Chobei memiliki tempat berjudi, namun di lain pihak ia jga dikenal masyarakat sebagai orang yang suka menolong rakyat jelata. Setiap kali orang yang ditolongnya mengucapkan terima kasih kepadanya, ia menjawab bahwa semua itu adalah jalan hidup yang ia pilih karena seandainya ia memilih jalan pedang maka ia akan kehilangan nyawanya. Seolah-olah telah diramalkan oleh kata-katanya sendiri, Chobei meninggal dibunuh dengan pedang oleh musuh utamanya, yaitu Jurozaemon Mizuno, pemimpin dari hatomo-yakko di Edo Universitas Sumatera Utara Kaplan, 1994 : 17. Kisah-kisah selama masa hidup Chobei yang suka menolong telah memberikan pengaruh yang cukup besar pada yakuza modern, sehingga mereka menganggap Chobei Banzuiin sebagai leluhur mereka.

2.1.2 Nama Yakuza