Kaplan, 1994 : 17. Kisah-kisah selama masa hidup Chobei yang suka menolong telah memberikan pengaruh yang cukup besar pada yakuza modern, sehingga
mereka menganggap Chobei Banzuiin sebagai leluhur mereka.
2.1.2 Nama Yakuza
ヤ ク
ザ Kebanyakan kaum Machi-yokko yang disewa berasal dari kelas bakuto
atau penjudi. Hal ini dimaksudkan agar upah para pekerja terkuras di meja perjudian. Dengan begitu, uang yang telah dikumpulkannya akan cepat habis dan
mereka dengan terpaksa agar segera mencari “tambahan” guna mencukupi kebutuhan hobinya, yaitu berjudi.
Dalam permainan judi, mereka bisaa menggunakan kartu Hanafuda 花札
dengan system permainan mirip Black Jack. Permainan yang dinamakan Oicho Kabu atau yang sering disebut sammai karuta atau tiga kartu ini digunakan karena
dinilai sangat cepat dan menyenangkan. Cara permainannya sangat mudah. Dengan hanya menjumlahkan angka dari masing-masing kartu maka dapat
ditentukan siapa pemenangnya. Pemenang dari permainan ini adalah pemain yang memiliki nilai tertinggi. Untuk nilai tertingginya adalah 9, sedang nilai terendah
adalah 0 nol. Angka ini diambil dari penjumlahan ketiga kartu yang dibagikan dan angka terakhirlah yang menentukan.
Jika ditemukan angka 9-9-1, yang berjumlah 19, maka angka 9 yang digunakan. Demikian juga, apabila kartu yang dibagikan adalah adalah 5-5-5 dan
jumlahnya 15 maka angka 5-lah yang digunakan. Dalam permainan ini, para pemain sangat membenci angka yang berakhiran 0 nol. Karena secaralangsung
mereka dinyatakan kalah. Mereka sering menyebutnya “kartu sial”.
Universitas Sumatera Utara
Dalam permainan ini, kartu yang disebut dengan “kartu sial” ini sering ditemukan dengan nilai 8-9-3 yang berjumlah 20. dan istilah “yakuza” sendiri
awalnya diambil dari “kartu sial” ini. Dalam bahasa Jepang, angka 8-9-3 dapat
juga diucapkan sebagai Ya-Ku-Za.
8
八 = Hachi = HaYa ヤ
9 九 = Kyu
= Ku
ク 3
三 = San Zan = SaZa ザ
Istilah yakuza pada awalnya hanya ditujukan bagi seorang pemain yang kalah dalam permainan kartu, namun maknanya berkembang dan tidak lagi
ditujukan kepada seorang pemain saja tetapi mengacu kepada seluruh orang yang bermain judi dan kepada orang- orang yang melakukan penyimpangan dan
mengganggu ketentraman masyarakat. Dalam masyarakat Jepang pada masa itu,orang-orang yang berjudi dianggap sebagai pecundang dan tidak berguna
Inami, 1992 : 353.
2.1.3 Organisasi Yakuza