Tidak seperti penjudi, kegiatan tekiya pada umumnya adalah legal, bahkan pemerintah feodal membantu memperkuat kedudukan para pemimpin tekiya
dengan menjamin pengakuan status mereka secara resmi pada kurun waktu 1735- 1740. untuk mengurangi berkembangnya praktek penipuan pada pedagang-
pedagang tekiya, pemerintah menunjuk beberapa oyabun sebagai pengawas dan memberikan penghargaan kepada mereka berupa nama keluarga dan dua buah
pedang, yang merupakan simbol dari samurai.
2.2.2 Bakuto atau Penjudi
Berbeda dengan tekiya, usaha yang dilakukan oleh bakuto adalah jelas- jelas ilegal, yaitu berjudi. Pada awalnya kelompok penjudi ini terdiri dari ronin,
namun lama-kelamaan para pegawai pemerintah dan bos-bos lokal, seperti pimpinan pemadam kebakaran atau mandor kuli bangunan yang bertanggung
jawab terhadap pekerjaan konstruksi dan irigasi di bawah kekuasaan Tokugawa mulai tertarik untuk mengadu nasib di meja judi. Pekerjaan ini mengharuskan
mereka untuk membayarkan sejumah uang kepada para buruh, dan uang yang telah mereka bayarkan kepada para buruh sebagai upah itu kemudian diusahakan
agar dapat kembali lagi ke tangan pegawai pemerintah dan bos-bos tersebut. Cara yang mereka lakukan adalah dengan membuka meja judi, dan hal tersebut sangat
manjur, banyak para buruh yang menghabiskan upah yang mereka terima di meja judi tersebut, dan lama kelamaan bukan hanya para buruh yang mengadu nasib di
meja ini, banyak dari para pedagang, seniman dan bahkan orang-orang dari kalangan atas seperti samurai dan juga pegulat sumo tertarik untuk bermain judi.
Universitas Sumatera Utara
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa kata yakuza berasal dari sebuah permainan kartu yang dilakukan oleh para bakuto, yang mengacu kepada sesuatu
yang tidak berguna, dan kemudian mengacu kepada para bakuto itu sendiri karena mereka dianggap tidak berguna. Selama bertahun-tahun kata yakuza digunakan
terbatas pada kaum bakuto saja, karena para anggotanya terus mempertahankan kemurnian kelompoknya yang menganggap bahwa yakuza yang sebenarnya
adalah para penjudi tradisional. Sejalan dengan perkembangan zaman, kata yakuza tidak lagi hanya
digunakan untuk bakuto saja tetapi juga kepada tekiya, dan kelompok-kelompok kriminal terorganisir lainnya di Jepang. Lebih lanjut yang dikatakan dengan
kelompok terorganisir menurut seorang mantan polisi Jepang, Raisuki Miyawaki 2006 : 11, adalah struktur yang kuat dan saling menunjang yang melibatkan
hubungan manusia dan peredaran uang. Dalam struktur tersebut ikut terlibat di dalamnya adalah debitor besar, mantan pejabat bank, dan organisasi kriminal.
2.3 Pola Identitas Yakuza