Sejarah Munculnya Komik di Jepang

2.5.1 Sejarah Munculnya Komik di Jepang

Manga merupakan istilah untuk komik Jepang. Istilah manga diperkenalkan pertama sekali pada tahun 1814 oleh Katsushika Hokusai, seniman ukiyo-e yang terkenal. Ukiyo-e adalah teknologi pencetakan pada kertas menggunakan blok-blok kayu Velisha, 2001: 42 . Kata manga dipakai Hokusai untuk menyebut gambar komikal buatannya yang berbeda dari gambar pemandangan atau manusia yang serius dan indah. Namun jauh sebelum orang mengenal istilah manga, kira-kira pada abad pertengahan di Jepang sudah dikenal seni menulis cerita disertai lukisan untuk menggambarkan jalannya cerita. Itu pun belum berbentuk buku, tetapi masih dalam bentuk gulungan kertas yang disebut emakimono. Karya seni ini bisa disebut nenek moyangnya manga. Manga yang muncul pertama kali berjudul Mankaku Zuihitsu yang diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei pada tahun 1771. Berikutnya terbit Shiji no yukikai oleh Santo Kyoden tahun 1798 dan manga Hyakujo karya Aikawa Minwa tahun 1814. Namun ada juga yang menyebut manga pertama kali muncul abad 12. Manga generasi awal ini bertajuk choju jinbutsu giga, yaitu gambar serta kisah lucu hewan dan manusia yang dibuat oleh banyak seniman. Manga yang dibuat banyak seniman ini memenuhi hampir semua persyaratan manga. Sederhana, memiliki cerita di dalamnya, dan memiliki gambar artistik. Kemudian pada abad ke-18 zaman Edo, mulai dibuat buku cerita bergambar yang mirip dengan manga, zaman sekarang disebut kusa-zoushi dimana gambar lebih dominan dari pada teks. Buku itu dicetak dengan teknologi ukiyo-e dalam beberapa format yaitu akahon buku merah, aohon buku biru, Universitas Sumatera Utara kurohon buku biru dan kibyoushi buku kuning, sesuai dengan warna sampul masing-masing Velisha, 2001: 42. Walaupun manga di Jepang sudah ada sejak zaman Edo, akan tetapi, menurut Kure Tomofusa 1986: 23, manga di Jepang tidak begitu berkembang sebelum usainya perang dunia. Pada akhir abad ke-19 akhirnya Jepang membuka diri terhadap pengaruh dunia Barat, kusa-zoushi pun terpengaruh gaya kartunis Barat dan mulai beralih menjadi comic strip seperti yang dimuat di surat kabar negara-negara Barat. Kemudian pada tahun 1959, mulai diterbitkan dua majalah komik mingguan untuk anak laki-laki, yaitu Shonen Magazine dan Shonen Sunday. Hampir 10 tahun kemudian barulah majalah komik untuk remaja mulai terbit, seperti Manga Action 1967, Young Comic 1967, Play Comic 1968, dan Big Comic 1967. Pembaca komik yang usianya 10 tahun pada 1959, telah berusia kurang lebih 20 tahun sehingga mereka yang sudah remaja ingin membaca komik yang cocok dengan selera mereka. Di Jepang, manga diterbitkan di majalah komik terlebih dahulu, sebanyak 20 sampai 40 halaman dan berseri. Kalau serial-serial tersebut digemari, maka manga itu akan terus berlanjut selama bertahun-tahun dan sampai mencapai puluhan bahkan ada yang sampai ratusan jilid. Bisaanya sekitar 5 sampai 6 bulan terbit di majalah komik, baru diterbitkan komiknya Ishiko, 1980: 5. Manga adalah sebutan komik dalam bahasa Jepang. Perkembangan manga sungguh sangat menjadi fenomena dalam perkembangan dunia komik di dunia. Manga berkembang di dunia komik sebagai sebuah gaya gambar yang mempunyai kekhasannya sendiri. Universitas Sumatera Utara Perkembangan korelasi antara cerita dan gambar ini makin berkembang dari buku cerita bergambar hingga komik strip dan buku komik. Seiring kemajuan teknik dalam percetakan maka perkembangan teknik atau gaya gambar pun makin beragam. Sejalan dengan perkembangan gaya gambar tadi para mangaka atau komikus mulai mengembangkan gaya gambar dengan maksimal. Gaya gambar manga seperti ini sangat penuh dengan ekspresi gerak maupun karakter. Karakter yang unik dari manga, seperti mata besar dan model rambut tajam sepertinya menjadi ketertarikan sendiri bagi kalangan penggemar komik. Gaya manga ini bukan saja digemari oleh kalangan anak-anak namun sudah masuk ke kalangan dewasa. Kajian lain dari gaya manga ini adalah sudah masuknya manga ke wilayah budaya atau kultur. Sehingga manga mampu mewakili kultur dari mana komik itu berasal. Dengan perkembangan gaya manga di banyak aspek kebudayan maka manga juga mempengaruhi budaya-budaya lainnya. Perkembangan manga sudah memberikan banyak pengaruh kepada kebudayaan masa kini. Ada banyak komik- komik dari negara di luar Jepang yang terpengaruh dengan gaya manga ini. Seiring perjalanan komik itu pun maka perkembangan gaya manga ini pun bercampur dengan gaya-gaya komik lainnya yang kini menghasilkan gaya-gaya perpaduan komik. Maka tidaklah heran kalau saat ini manga sudah menjadi bagian dari komik dunia. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya bermunculan komik-komik Amerika yang bergaya manga, begitupun dengan komik-komik yang sekarang bermunculan kembali di Indonesia hampir semuanya bergaya manga. Universitas Sumatera Utara Perkembangan ini pun mulai masuk ke dalam budaya masyarakat. Hal ini menjadi relevan ketika hubungkan dengan penjelasan bagaimana sebuah komik, sebagai bacaan anak-anak sangat mempengaruhi pertumbuhan imajinasi dan cara berpikir anak. Pada mulanya, komik Jepang sangat dipengaruhi gaya Amerika. Ini terlihat dari komik-komik buatan Osamu Tezuka yang sangat bergaya Walt Disney. Ia mengadaptasi karakter wajah komik Amerika, seperti mata, mulut, alis, dan hidung. Beberapa komiknya yang sangat terkenal dan sudah difilmkan adalah Kimba the White Lion, Black Jack, dan Astro Boy. Keahlian Osamu Tezuka membuat manga menjadikannya tempat berguru para mangaka. Beberapa diantara muridnya adalah Ishinomori Shotaro, Akatsuka Fujio, and Fujiko Fujio yang terkenal dengan Doraemonnya. Osamu Tezuka merupakan salah seorang yang paling mempengaruhi perkembangan manga. Manga mulai menemukan ciri khasnya setelah perang dunia kedua. Salah satu pelopornya adalah Fujiko Fujio yang sukses dengan Doraemon. Ciri khas itu meliputi karakter wajah serta penceritaan. Tokoh-tokoh manga kini bermata besar, memiliki raut wajah halus dengan pipi bulat, hidung kecil dan bibir tipis. Latar belakang gambarnya pun dibuat sealami mungkin. Para mangaka diketahui sangat memperhatikan detail. Mereka juga rela memotret sebuah objek berkali- kali dari berbagai sudut pandang untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Manga menjadi salah satu buku paling laris di Jepang. Majalah-majalah manga dijual di atas satu juta kopi perminggu. Bahkan komik Doraemon menembus angka 10 juta kopi per edisinya. Karena terlalu cintanya orang Jepang Universitas Sumatera Utara dengan manga, komik underground saja bisa laku hingga empat ratus ribu kopi per edisinya. Tidak hanya populer di Jepang, pecinta manga datang dari berbagai penjuru dunia. Para pengemar manga ini membentuk klub-klub dan membuat situs sendiri. Mereka juga sering berkumpul untuk membincangkan manga dengan memakai kostum tokoh-tokoh manga pujaan mereka. Di Jepang, mereka menggunakan gaya harajuku untuk berparade kostum manga setiap hari wikipedia.org. Ishiko Junzoo mengatakan, pada awal tahun 1970 terjadi perkembangan yang amat pesat terhadap manga, sehingga di tahun 1974 ada sekitar 75 judul majalah komik manga magazine di Jepang yang di distribusikan sebanyak dua juta ekslempar tiap bulannya. Universitas Sumatera Utara

BAB III ANALISIS KEHIDUPAN YAKUZA DALAM KOMIK GOKUSEN

3.1 Sinopsis Cerita

Alur ceritanya bersangkut paut dengan Kumiko Yamaguchi, cucu dari bos besar dari suatu kelompok yakuza, Ryuichiro Kuroda, Organisasi Keluarga Kuroda. Orang tuanya meninggal ketika ia masih sangat kecil dan kakeknya yang tidak memiliki keturunan lain akhirnya yang merawat dan membesarkan Kumiko di kelompok yakuza yang dipimpinnya. Kumiko pun akhirnya terlibat dalam kegiatan kelompok, dan dalam kelompok ia bisaa dipanggil “ojo-san”panggilan untuk nona dalam kelompok yakuza. Namun walau bagaimana pun, Kumiko memiliki cita-cita lain, yaitu menjadi seorang guru. Akhirnya sang kakek dapat menerima pilihannya, tapi orang-orang lain dalam kelompok sangat menginginkan Kumiko sebagai penerus pimpinan generasi ke empat selanjutnya. Sekalipun ia telah menjadi guru namun ia tetap aktif dan bertanggung jawab dalam aktifitas kelompok, terutama disaat kakeknya berhalangan. Hal ini membuat Kumiko semakin dikagumi oleh anggota yakuza lainnya dan bahkan dari luar kelompok lain. Kumiko, yang akrab dipanggil “yankumi” oleh murid-murid sekelas. Ia menjadi guru di sekolah menengah khusus pria, Perguruan Shirokin. Kelasnya penuh dengan pelanggaran, namun Kumiko berusaha keras untuk mengajar mereka tidak hanya tentang matematika, tetapi juga mengenai latihan-latihan kehidupan, benar-benar berdedikasi sebagai seorang guru. Dengan susah payah ia tetap menjaga rahasia akan identitas aslinya sebagai yakuza dari publik. Universitas Sumatera Utara