BAB IV ANALISA KAWASAN
4.1 Tinjauan Umum Kota Tarutung
4.1.1 Wilayah administrasi
Kota Tarutung berada pada bagian tengah dataran tinggi Provinsi Sumatera
Utara dan masih termasuk dalam kawasan dataran tinggi Bukit Barisan pada ketinggian 500-700 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah 3.367 Ha
terdiri dari 7 kelurahan dan 8 desa, secara geografis terletak pada 1
o
20’ - 2
o
04’ Lintang Utara dan 98
o
10’ - 99
o
35’ Bujur Timur. Kota Tarutung berada pada wilayah Kecamatan Tarutung yang berjarak ± 288
km sebelah selatan Kota Medan dan merupakan ibukota Kabupaten Tapanuli Utara, yang secara keseluruhan menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara,
pusat permukiman, kegiatan transportasi, pusat kegiatan perdagangan dan jasa, serta pusat kegiatan ekonomi dan bisnis lainnya. Selain hal tersebut Kota Tarutung juga
berfungsi sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah hinterlandnya. Wilayah Kota Tarutung termasuk wilayah yang dilintasi oleh sistem jaringan
arteri primer atau jalan nasional lintas Sibolga-Tarutung atau Medan-Tarutung- Padang Sidempuan. Kondisi ini menjadikan Kota Tarutung sebagai pusat transit.
Wilayah administrasi Kota Tarutung ditunjukkan pada tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Wilayah Administrasi Kota Tarutung
No. DesaKelurahan Luas
Km
2
1. Kelurahan Huta Toruan V
1,50 2.
Kelurahan Huta Toruan VI 3,25
3. Kelurahan Huta Toruan VII
2,00 4.
Kelurahan Huta Toruan IX 0,85
5. Kelurahan Huta Toruan X
1,04 6.
Kelurahan Huta Toruan XI 0,20
7. Kelurahan Partali Toruan
0,62 8.
Desa Aek Sian Simun 5,00
9. Desa Hutagalung Siwalu Ompu
3,20 10.
Desa Huta Toruan IV 0,87
11. Desa Hutauruk
2,19 12.
Desa Parbaju Toruan 4,55
13. Desa Parbubu Pea
1,25 14. Desa
Huta Simamora
3,40 15.
Desa Siraja Oloan 3,75
J u m l a h 33,67
Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Utara
4.1.2 Kondisi topografi
Bentuk topografi wilayah Kota Tarutung pada umumnya merupakan daerah
bergelombang dan berbukit yang diselingi dataran yang rata. Kemiringan lereng di Kota Tarutung didominasi lahan dengan kemiringan 15-40 seluas 1.530 ha atau
45.44 dari luas Kota Tarutung, kemudian diikuti lereng 0-2 seluas 1.040 ha 30.89, lereng 40 seluas 426 ha 12.65 dan lereng 2-15 seluas 371 ha
11.02.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk topografi dan kemiringan lahan sangat menentukan dalam kebijakan pembangunan fisik daerah terbangun. Ditinjau dari kondisi kemiringan lereng dapat
dikatakan bahwa pengembangan lahan terbangun bagi kegiatan perumahan, perdagangan dan jasa, industri, perkantoran dan lain-lain akan mendapat kendala
mengingat sebagian wilayah kota memiliki topografi 15. Wilayah dengan topografi di atas 15 terletak di sebelah Barat dan Timur kota yang merupakan lahan
perbukitan, sehingga dalam pengembangan lahan ini diarahkan sebagai lahan konservasi.
Tingkat kelerengan wilayah Kota Tarutung secara lebih jelas disajikan dalam tabel 4.2.
Kemiringan lereng dapat memberikan gambaran tingkat stabilitas terhadap kemungkinan terjadinya longsoran atau runtuhan tanah dan batuan, terutama pada
saat terjadi kawasan rawan gempa bumi. Semakin terjal lereng maka potensi untuk terjadinya gerakan tanah dan batuan akan semakin besar, walaupun jenis batuan yang
menempatinya cukup berpengaruh untuk tidak terjadinya longsoran. Wilayah dengan kemiringan lereng antara 0 hingga 15 akan stabil terhadap kemungkinan longsor,
sedangkan di atas 15 potensi untuk terjadi longsor pada saat kawasan rawan gempa bumi akan semakin besar Permen PU No. 21 Tahun 2007.
Tabel 4.2 Kemiringan lereng di Kota Tarutung
Kemiringan Lereng Ha No. KelurahanDesa
0-2 2-15 15-40 40 Total
1. Kelurahan Huta Toruan V
7 9
113 21
150 2.
Kelurahan Huta Toruan VI 3
14 212
96 325
3. Kelurahan Huta Toruan VII
194 6
- -
200
4. Kelurahan Huta Toruan IX
4 10
71 -
85
Universitas Sumatera Utara