Konsep Kota yang Adaptif dan Berbasis Mitigasi Bencana

Bencana yang mungkin terjadi setelah gempa bumi adalah tanah longsor, banjir dan kebakaran. Eisner and Gallion, 1994. 2.3.1. Kondisi geoteknik dan geologis kota rawan bencana gempa Kondisi fisik kota yang rawan bencana gempa disebabkan oleh keadaan geoteknik dan geologis kota tersebut yang dilalui oleh jalur patahan. Wilayah Indonesia dipengaruhi oleh zona pertemuan empat lempeng besar dunia yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, Pasifik dan Philipina. Pengaruh dari pertemuan lempeng dunia ini kepada kondisi seismik tektonik kawasan Indonesia menjadikan wilayah Indonesia memiliki kerawanan yang tinggi Wardani, et.al, 2005. Sesungguhnya kemungkinan terjadinya gempa bumi dapat diprediksikan walaupun tempat dan waktu kejadian belum bisa dipastikan, dengan mengetahui sejarah kegempaan yang terjadi di suatu wilayah dapat diprediksikan masa pengulangan gempa selanjutnya. Masa pengulangan terjadinya gempa-gempa besar dari beberapa penelitian memperlihatkan kurun waktu ratusan tahun pada lokasi yang sama Canahar, et.al, 2005. Dengan mengetahui sejarah kegempaan yang ada, daerah yang dulunya pernah mengalami gempa dapat mempersiapkan daerahnya untuk menghadapi gempa yang dapat datang kapan saja.

2.4. Konsep Kota yang Adaptif dan Berbasis Mitigasi Bencana

Konsep dasar penataan ruang adalah untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan aman dari bencana, untuk itu di setiap wilayah rawan bencana perlu dilengkapi: fasilitas perlindungan baik berupa bentuk alami maupun bangunan, jalur Universitas Sumatera Utara penyelamatan menuju ketempat yang lebih aman dan tempat aman untuk penyelamatan dapat berupa bangunan, alami dan lain-lain Djauhari Noor, 2007. Hancur dan terkoyaknya fisik kota akibat bencana alam seperti gempa bumi, banjir dan lain-lain yang membawa kesengsaraan penghuni kota tidak dapat begitu saja kita menyalahkan fenomena alam tersebut. Namun yang perlu kita salahkan adalah diri kita sendiri yang mengembangkan atau membuat fisik kota menjadi tidak adaptif terhadap bencana alam seperti disebutkan di atas. Pengembangan kota sebaiknya tidak hanya dikembangkan berdasarkan aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural saja, namun sebaiknya kota juga dikembangkan berdasarkan aspek kebijakan teknis sebagai berikut: 1. Struktur bangunan dan sistem infrastruktur di perkotaan sebaiknya dikembangkan dengan sistem tahan terhadap gaya lateral atau gempa bumi. 2. Penyediaan ruang-ruang terbuka dan jauh dari kemungkinan runtuhnya bangunan yang lebih banyak sebagai tempat berlindung dan tempat penyelamatan ketika terjadi gempa bumi. 3. Vegetasi sebagai tata hijau kota sebaiknya dipilih model tanaman keras yang tidak mudah tumbang. 4. Air hujan harus diberikan ruang yang cukup agar dapat menyerap dalam tanah sehingga menjadi cadangan air tanah dan selebinya dibuang dengan saluran bebas sampah dengan dimensi yang cukup agar tidak menimbulkan banjir. Universitas Sumatera Utara Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa resiko bencana selain terkait dengan fenomena alam yang bersifat given juga sangat berhubungan dengan proses pembangunan yang dilakukan oleh manusia. Disatu sisi keberadaan ancaman bencana alam menempatkan pembangunan menjadi beresiko, tetapi di sisi lain, pembangunan yang dilakukan oleh manusia dapat menimbulkan atau membangkitkan resiko bencana, tetapi sebaliknya ada juga pembangunan yang dilakukan oleh manusia yang dilakukan sesuai dengan karakter suatu kawasan dapat mengurangi resiko bencana. Berdasarkan pemikiran tersebut maka perencanaan pembangunan sebaiknya dilakukan untuk menghindari dan mengurangi ancaman bencana yang ada. Banyak kasus khususnya di Indonesia, dimana pembangunan wilayah tanpa melalui perencanaan yang baik dan menyeluruh dapat menimbulkanmemacu tingginya tingkat resiko bencana, khususnya untuk ancaman bencana geologi dikawasan daerah patahan. Pembangunan di kawasan patahan yang tidak terencana dengan baik dan khas sebagai satu kawasan yang unik dapat meningkatkan tingkat kerentanan kawasan tersebut, dimana dengan semakin berkembangnya kawasan tersebut otomatis dibarengi oleh proses urbanisasi dan konversi lahan yang tidak terkendali secara keseluruhan, sangat mengundang resiko bencana untuk kawasan tersebut. Kebijaksanaan Mitigasi perkotaan merupakan suatu kerangka konseptual yang disusun untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana terutama di daerah perkotaan. Mitigasi bencana meliputi pengenalan dan adaptasi terhadap bahaya alam buatan manusia, serta kegiatan berkelanjutan untuk mengurangi atau Universitas Sumatera Utara menghilangkan resiko panjang, baik terhadap kehidupan manusia maupun harta benda. Tujuan utama dari penyusunan kebijaksanaan mitigasi bencana perkotaan adalah mengurangi resikodampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk perkotaan, seperti korban jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan sumber daya alam, sebagai landasan pedoman untuk perencanaan pembangunan perkotaan, meningkatkan pengetahuan masyarakat perkotaan dalam menghadapi serta mengurangi dampakresiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup bekerja dengan aman.

2.5. Sistem Kota