5.4 Konsep Adaptasi dan Antisipasi Bencana Gempa
Untuk keperluan antisipasi bencana gempa sesuai dengan pendapat dan persepsi masyarakat tentang perlunya mitigasi bencana gempa yakni penyediaan lokasi-lokasi
penyelamatan maupun bangunan penyelamatan di lingkungan tempat tinggalnya, hal ini terkait dengan persepsi sebagian besar masyarakat yang memilih halaman rumah
sebagai tempat penyelamatan pada saat bencana. Tetapi dengan pertimbangan kondisi fisik lingkungan yang sebagian besar
halaman rumah tidak cukup luas dan aman untuk tempat penyelamatan ditambah kondisi jalan-jalan lingkungan yang kurang baik terutama dalam hal aksesibilitas,
serta pola permukiman warga yang kurang memenuhi standar perencanaan akan menjadi kendala tersendiri karena efek keruntuhan justru akan menjadi penyebab
korban bertambah, demikian juga jika terjadi kebakaran akibat gempa, penjalaran api tidak dapat dihindari karena jarak bangunan yang relatif rapat dan sempitnya jalan-
jalan lingkungan menjadi kesulitan mobilisasi pemadam kebakaran. Dengan demikian, beberapa skenario dan konsep mitigasi bencana gempa untuk
kota yang rawan gempa dapat ditentukan berdasarkan analisis yang sudah dibahas di atas.
5.4.1 Kebutuhan dan konsep sarana evakuasi
Untuk menjawab persepsi masyarakat terkait sikap yang lebih memilih bertahan di rumah dan halaman rumah maupun berdasarkan kondisi fisik lingkungan
permukimannya, dapat menerapkan konsep mitigasi bencana gempa seperti yang
Universitas Sumatera Utara
diterapkan di negara yang rawan bencana gempa seperti Jepang dan Amerika Serikat. Konsep tersebut adalah penyediaan temporary shelter dan accommodation shelter.
Temporary Shelter merupakan tempat pengungsian sementara sebelum harus dilanjutkan ke tempat pengungsian untuk waktu lama accomodation shelter. Untuk
kasus ini temporary Shelter yang sesuai dengan kondisi fisik lingkungan dan persepsi masyarakat adalah berupa penyediaan lahan-lahan terbuka. Lahan tersebut dapat
mengacu kepada konsep Taman Rukun Tetangga Permen PU No. 05PRTM2008. Sebagai sarana mitigasi bencana dalam konteks temporary shelter, Taman Rumah
Tangga RT harus dilengkapi dengan sarana pendukung berupa pos kesehatanposyandu, pos keamanan, alat komunikasi, papan informasi yang berisikan
nomor-nomor telepon penting yakni pemadam kebakaran, rumah sakit dan polisi, peta evakuasi, alarm dan sirene siaga bencana, MCK, tenda, genset dan
towermenara yang berfungsi untuk dapat melihat sekitar kawasan bencana. Temporary shelter sebagaimana berfungsi sebagai tempat pengungsian
sementara. Jika harus melakukan pengungsian untuk waktu yang lebih lama yang disebabkan bencana yang dengan kondisi yang lebih buruk atau masih berpotensi
terjadi bencana susulan maupun bencana ikutan berupa terbakarnya rumah maupun
banjir jebol maka diperlukan accommodation shelter.
Accomodation shelter merupakan tempat pengungsian berupa bangunan tertutup yang mencakup akomodasi untuk penampungan yang lebih lama. Untuk
konsep Accomodation shelter dapat menjadikan bangunan-bangunan publik seperti Sekolah, Rumah Ibadah, Terminal atau bangunan lainnya yang memiliki ketahanan
Universitas Sumatera Utara
terhadap goncangan gempa atau dapat mengacu kepada konsep Taman Evakuasi Becana lampiran 4.
Untuk kebutuhan akan lahan-lahan terbuka berupa Taman Rukun Tetangga yang berfungsi sebagai evacuation area dengan konsep temporary shelter maupun
tempat pengungsian untuk waktu yang lama accommodation shelter ditentukan berdasarkan kepadatan penduduk dan kondisi fisik lingkungan permukiman
masyarakat. Kebutuhan sarana tersebut ditunjukkan pada tabel 5.8 berikut. Tabel 5.8 Kebutuhan Sarana Evakuasi
Lokasi Jumlah
Penduduk jiwa
Taman RT Temporary
Shelter Accomodation
Shelter Keterangan
Kelurahan Huta Toruan VII
4.990 20 Stadion dan
Gedung Serba Guna
Peningkatan fasilitas Accommodation
shelter existing Kelurahan Huta
Toruan X 4.759 19
Lapangan Tangsi
Perlu peningkatan Sarana Prsarana
Kelurahan Huta Toruan XI
1.537 6 Pusat Pasar
Tradisional Pajak
Peningkatan fasilitas Accommodation
shelter existing Kelurahan Partali
Toruan 2.406 10
Terminal Madya Tarutung
Peningkatan fasilitas Accommodation
shelter existing Jumlah 13.692
55 4
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2010
Dari tabel di atas, untuk Kelurahan Huta Toruan VII membutuhkan temporary shelter sebanyak 20 unit sedangkan accommodation shelter dapat
memanfaatkan Gedung Serba Guna dan Stadion. Untuk kelurahan Huta Toruan X memerlukan temporary shelter sebanyak 19 unit dan Lapangan Tangsi dapat
dijadikan sebagi accomodation shelter, selain sebagai accommodation shelter,
Universitas Sumatera Utara
lapangan tersebut dapat difungsikan sebagai akses untuk jalur udara yakni menjadi lapangan helikopter. Untuk kelurahan Huta Toruan XI membutuhkan 6 temporary
shelter sedangkan accommodation shelter menggunakan pusat pasar tradsional. Untuk kelurahan Partali Toruan memerlukan 10 unit temporary shelter, Terminal Madya
Tarutung dapat difungsikan sebagai Accommmodation Shelter. Supaya dapat berfungsi sebagaimana mestinya untuk mitigasi bencana
maupaun dalam kondisi tidak bencana, maka Gedung Serba Guna dan Stadion, Terminal dan Pajak, perlu dilakukan renovasi dan melengkapi fasilitas kedaruratan
seperti pos kesehatan, PMK, pos kemanan, sistem telekomunikasi, bahan sandang pangan, sumber energi, depot air bersih, penampungan limbah, MCK, angkutan
darurat ambulance, menara pengamat, dan sistem informasi.
5.4.2 Kebutuhan sarana sirkulasi Tempat pengungsian tidak akan berfungsi baik jika tidak dilengkapi dengan
sistem sirkulasi yang aman ke tempat penampungan dengan demikian untuk kemudahan dalam aksesibilitas pada saat bencana maupun dalam kondisi tidak
sedang bencana, maka tiap Taman RT harus dilengkapi dengan jalan yang saling terhubung antar Taman RT tersebut dengan ketentuan ukuran lebar harus dapat
dilewati kendaraan mobil dalam kondisi berpapasan 2 mobil. Selain jalan tersebut juga harus disediakan jalan-jalan untuk pejalan kaki
untuk menciptakan sistem sirkulai yang mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik termasuk penyandang cacat dan lanjut usia difabel sehingga memperkaya karakter
dan integritas sosial pemakainya. Untuk kemudahan dalam pencapaian ke lokasi
Universitas Sumatera Utara
evakuasi, jalur sirkulasi dilengkapi dengan rambu-rambu pengarah yang ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis dan mudah dillihat serta sirene atau pengeras suara untuk
memberikan informasi. Untuk mendukung kemudahan sirkulasi dan pencapaian dari lingkungan
permukiman ke Taman Rukun Tetangga harus menyediakan jalan-jalan setapak sebanyak mungkin yang langsung terhubung ke lokasi tersebut, ukuran lebar jalan
minimal 1,5 meter dengan perkerasan dengan beton rabat. Tiap Temporary Shelter harus saling terhubung oleh jalan dengan konsep jalur evakuasi yaitu harus dapat
dilalui kendaraan roda empat mobil dengan kondisi berpapasan. Fungsi jalan tersebut selain untuk kemudahan pergerakan penduduk juga untuk kemudahan
jangkauan mobilisasi mobil pemadam kebakaran maupun mobil ambulance ke lokasi- lokasi permukiman penduduk yang padat.
Untuk kawasan kelurahan Huta Toruan VII, jalan-jalan utama yang menghubungkan kompleks stadion dan Gedung Serba Guna adalah jalan-jalan
kolektor yakni JL. Pekan dan Jl. TD Pardede ditambah jalan-jalan lingkungan dari rumah-rumah penduduk.
Untuk mendukung kemudahan aksesibilitas dari temporary shelter maupun dari lokasi rumah penduduk yang memilih langsung ke accommodation shelter
diperlukan penataan sistem sirkulasi berupa pelebaran jalan, penataan radius-radius persimpangan dan sistem penanda signage evacuation. Dalam hal ini, JL. Pekan dan
JL. TD Pardede dapat dijadikan sebagai jalur utama untuk menuju lokasi Stadion dan Gedung Serba Guna.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan JL. DI Panjaitan yang merupakan jalan protokol dan arteri primer yang melintasi kawasan Kelurahan Huta Toruan VII dan Partali Toruan serta
kelurahan dan desa lainnya harus ditingkatkan kapasitas dan tipenya, mengingat jalan tersebut adalah jalan satu-satunya yang menghubungkan kawasan di sebelah Barat
sungai Sigeoan yakni Kelurahan Huta Toruan X ditambah 3 kelurahan lainnya dan 4 desa dengan kawasan di sebelah Timur sungai yakni Kelurahan Huta Toruan VII,
Partali Toruan dan kelurahan serta desa lainnya. Pentingnya peningkatan jalan tersebut juga karena merupakan jalur
mobilisasi yanag utama kendaraan pemadam kabakaraan, penghubung RSU, Polres dan Kodim yang berada di Kelurahan Huta Toruan X.
Peningkatan jalan dimaksud adalah dari tipe satu jalur dua arah menjadi tiga jalur empat arah dengan pembatas garis-garis marka. Konsep jalan ini adalah
memisahkan jalur angkutan umum dengan jalur PMK dan Ambulance. Konsep jalan yang dapat digunakan adalah seperti pada gambar 5.11.
Gambar 5.11 Konsep Pengembangan Jalan DI. Panjaitan sebagai Jalur Khusus Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2010
Jalur angkutan umum dan Pemadam Kebakaran
Jalur umum dan ambulance
Perhentian Garis
Universitas Sumatera Utara
Untuk memberikan perlindungan permukiman dari polusi gas buangan kendaraan maupun debu dapat diterapkan konsep jalur hijau di kedua sisi jalan seperti
ditunjukkan pada gambar 5.12.
Gambar 5.12 Konsep Jalur Hijau untuk Jalan DI. Panjaitan Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2010
Konsep tersebut dipilih karena JL DI. Panjaitan memiliki beban lalulintas yang tinggi dan sepanjang pinggir jalan sudah cukup padat bangunan dan perumahan
penduduk sehingga perlu mengurangi efek polusi dan kebisingan dari kendaraan. Untuk kawasan Kelurahan Huta Toruan X, dalam hal akses untuk keluar dan masuk
di wilayah Kelurahan Huta Toruan X hanya bisa dengan melalui jembatan sungai Sigeaon untuk menyeberang ke jalan utama yaitu Jalan FL. Tobing dan JL. DI.
Panjaitan, sehingga kawasan ini berpontensi terisolasi jika jembatan rusak atau ambruk. Dengan demikian untuk kawasan ini diperlukan fasilitas jembatan darurat
dengan type knockdown, sebab Kelurahan Huta Toruan X beserta 3 kelurahan dan 4 desa lainnya di pisahkan oleh sungai Sigeoan dengan wilayah lainnya di Kecamatan
Tarutung. Akses dari kelurahan ini perlu dipertahankan karena di kelurahan ini terdapat fasilitas-fasilitas vital untuk penunjuang tindakan kedaruratan seperti Pos
Pemadam Kebakaran, Rumah Sakit Umum serta Polres dan Kodim.
Universitas Sumatera Utara
Untuk Kelurahan Huta Toruan XI, sistem sirkulasi yang diperlukan adalah peningkatan kualitas jalan-jalan eksisting dan penambahan jalan penghubung antar
Taman RT. Untuk Kelurahan Partali Toruan Dengan kepadatan penduduk 3.880,6 jiwakm2 dan pola permukiman yang linear sepanjang Jl. DI. Panjaitan hingga
Simpang Huta Barat, maka praktis akses untuk keluar dari kawasan ini hanya dengan menggunakan jalan tersebut karena kawasan ini dikelilingi lahan persawahan berupa
lahan basah, sementara kondisi sepanjang jalan ini sudah terbangun dengan berbagai peruntukan tapak bangunan termasuk Terminal Terpadu Tarutung. Sehingga dengan
konsep pengembangan dapat mengikuti seperti pada Kelurahan Huta Toruan VII, jalan-jalan lingkungan juga harus ditingkatan, baik ukuran, kualitas maupun
jumlahnya. Untuk mengurangi beban Jl. DI. Panjaitan dan untuk memperbanyak jalur untuk keluar dari kawasan kota serta sekaligus sebagai pengarah perkembangan kota
maka jalur alternatif dapat menjadi solusi, jalur alternatif tersebut dirancang dengan konsep mitigasi bencana, yakni jalan bebas hambatan. Konsep jalan tersebut
ditunjukkan seperti pada gambar 5.13.
Gambar 5.13 Konsep Pengembangan Jalan Alternatif sebagai Jalur Khusus Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2010
MEDIAN
JALUR ANGKUTAN UMUM DAN PMK
TEMPAT PERHENTIAN
GARIS MARKA
Universitas Sumatera Utara
5.4.3 Arah dan jalur penyelamatan Jalur evakuasi yang digunakan berupa jalan lingkungan dan sebagian harus
dibangun baru yaitu jalan penghubung antar tempoaray shelter. Kondisi jalan-jalan lingkungan pada umumnya masih jalan tanah hanya sebagian yang sudah dicor
dengan beton rabat. Berdasarkan hasil analisis pola pergerakan dan kajian persepsi tentang upaya
mitigasi yang diinginkan oleh masyarakat dan dengan pertimbangan faktor fisik kawasan, maka arah dan jalur penyelamatan dikelompokkan sebagai berikut:
a. Stadion dan Gedung Serba Guna, dengan luas ±12.000 m
2
dapat menampung sekitar 30.000 jiwa ketika terjadi bencana, direncanakan untuk tempat
penampungan ketika terjadi bencana untuk warga di Kelurahan Huta Toruan VII.
b. Pusat Pasar Tradisional, direncanakan untuk penampungan ketika terjadi bencana untuk warga di Kelurahan Huta Toruan XI.
c. Lapangan Tangsi, direncanakan untuk penampungan ketika terjadi bencana untuk warga di Kelurahan Huta Toruan X.
d. Terminal Madya Tarutung, direncanakan untuk penampungan ketika terjadi bencana untuk warga di Kelurahan Partali Toruan.
Jalan-jalan eksisting yang direncanakan sebagai jalur penyelamatan adalah sebagai berikut:
a. Kelurahan Huta Toruan VII; JL. TD. Pardede untuk warga di Kompleks Mesjid, Kawasan Jalan T.D Pardede, kawasan Jalan D.I Panjaitan, kawasan
Universitas Sumatera Utara
Huta Baginda dan kompleks Perumahan Tolkit. Jalan Raja Saul untuk warga di Kompleks Stadion dan Kawasan Jalan Raja Saul. Jalan D.I Panjaitan
untuk warga di Lingkungan Aek Ristop. b. Kelurahan Huta Toruan X; Jalan Asrama dan Jalan Agus Salim untuk warga
di Kompleks RSU, dan Jl. Asrama untuk warga di kawasan Jl. SM. Raja. c. Kelurahan Huta Toruan XI; Jalan-jalan lingkungan yang ada menjadi jalur
penyelamatan dan harus ditambah jumlahnya. Kelurahan Partali Toruan, direncanakan sebagai jalur evakuasi warga di sepanjang pinggir jalan,
disamping peningkatan jalan-jalan lingkungan eksisting.
5.5 Konsep dan Rencana Mitigasi Bencana Gempa