Sumber Data dan Informasi Prinsip Dasar

1.5. Sumber Data dan Informasi

Informasi dikumpulkan dan disusun dari beragam referensi bibliografi dalam bentuk buku, jurnal, laporan, mémoire tesis, materi konferensi, media massa, baik berbentuk cetak maupun elektronik. Untuk tujuan ini, penulis mendatangi sejumlah perpustakaan dan pusat sumber informasi yang mencakup: perpustakaan universitas, pusat dokumentasi Agence d’urbanisme Kantor Tata Kota Lyon, pusat dokumentasi Aglomerasi Grand Lyon, Perpustakaan Kota Lyon, dan internet. Data dan informasi juga diperoleh melalui wawancara dengan sejumlah aktor pendidikan yang terlibat dalam perencanaan dan pengelolaan sekolah di Inspection Académique di tingkat département dan Direction de l’Education di tingkat commune, yang terdiri atas: Inspection Académique Rhône x Kepala Divisi Manajemen Pendidikan x Kepala Bagian Pendidikan Dasar Publik dan Privat x Kepala Bagian Statistik Proyeksi. Commune Lyon x Direktur Pendidikan; x Kepala Prasarana Pendidikan. Commune Vaulx-en-Velin x Direktur Pendidikan; x Kepala Logistik Pendidikan; x Koordinator Proyeksi Pendidikan; x Koordinator Manajemen Sektor Sekolah; x Koordinator Logistik Sektor Sekolah.

1.6. Sistematika Penulisan

Studi ini mengangkat perencanaan dan pengelolaan sekolah pada tingkat commune di Perancis. Bab pertama mempresentasikan latar belakang, lokasi studi, tujuan studi, metodologi yang digunakan untuk menjawab problematika, serta sumber data dan informasi. Pada bab kedua, disajikan presentasi umum mengenai sistem pendidikan di Perancis, mencakup prinsip-prinsip dasar, aktor-aktor yang terlibat mulai dari level nasional hingga level sekolah, serta jenjang pendidikan dan sejumlah kebijakan yang terkait dengan manajemen sekolah. Bab ketiga studi ini mengetengahkan pendidikan dasar: peran dan tujuan, organisasi pendidikan, dan organisasi administratifnya. Pada dua bab terakhir, didiskusikan problematika di lokasi studi, Commune Lyon dan Commune Vaulx-en-Velin. Bab keempat dimulai dengan tinjauan mengenai kondisi penduduk dan sekolah di kedua commune. Selanjutnya, masih pada bab yang sama, dibahas Jaringan pendidikan prioritas REP dari sudut pandang aktor-aktor yang berbeda, sekolah privat sebagai sebuah alternatif, program pendidikan lokal, serta hubungan antara sekolah, masyarakat, dan commune. Bab terakhir terutama menyoroti salah satu kebijakan dalam perencanaan sekolah, yaitu sistem sektor sekolah. Bab ini mendiskusikan peran dan penerapan sistem tersebut terkait dengan permasalahan distribusi kelas, ketimpangan antarsekolah, isu pembauran sosial, serta debat yang mengemuka menyangkut kebijakan pendidikan tersebut. Kemudian, ditinjau tantangan yang harus dihadapi oleh commune selanjutnya dalam merencanakan sekolah di wilayahnya. Pada akhir karya tulis ini, terlampir susunan pertanyaan sebagai pijakan dibangunnya problematika studi. Selain itu, terdapat juga tesis versi bahasa Perancis berjudul « Les enjeux de la gestion des établissements scolaires au niveau de la commune: Etude dans les communes de Lyon et de Vaulx-en- Velin » berikut presentasi tugas akhir tersebut dalam bahasa Perancis pada sidang tesis di ENTPE, Lyon, Perancis.

BAB II SISTEM PENDIDIKAN DI PERANCIS

2.1. Prinsip Dasar

2.1.1. Kebebasan dalam Pendidikan

Dalam Code de l’éducation, kumpulan peraturan yang menyangkut pendidikan di Perancis, terdapat beberapa pasal yang menjelaskan kebebasan dalam pengajaran. “Les établissements d’enseignement du premier et du second degré peuvent être public ou prive” Lembaga pendidikan dasar dan menengah dapat berupa institusi publik atau privat Pasal L.151-3. Pasal L.151-1 merumuskan bahwa “L’Etat proclame et respecte la liberté de l’enseignement et garantit l’exercice” Negara mengakui dan menghormati kebebasan dalam pendidikan serta menjamin pelaksanaannya. Menurut Pasal L. 111-2, “Tout enfant a droit à une formation scolaire qui, complétant laction de sa famille, concourt à son éducation … en fonction de ses aptitudes et de ses besoins particuliers, aux différents types ou niveaux de la formation scolaire. LEtat garantit le respect de la personnalité de lenfant et de laction éducative des familles” Semua anak berhak atas pendidikan formal sebagai pelengkap pembinaan dalam keluarga … sesuai kemampuan dan kebutuhan masing-masing, pada jenis atau jenjang pendidikan yang berbeda. Negara menjamin penghormatan kepada pribadi setiap anak dan pembinaan yang dilakukan oleh keluarga. 11 “Kebebasan dalam pendidikan mencakup kebebasan mengelola dan memberikan pengajaran” Durand-Prinborgne, 2003. Sebagai institusi pendidikan, sekolah privat diakui oleh Negara dan ia bahkan dapat menerima bantuan pemerintah jika sekolah tersebut memiliki kontrak khusus dengan Negara. Sekolah-sekolah privat berada di bawah kontrol pemerintah dan hanya Negara yang berhak mengeluarkan ijazah dan kelulusan dari universitas. Bagian lain dari Code de l’éducation menjamin kemerdekaan berpendapat. Peraturan tersebut mendukung hak setiap orang tua untuk memilih pendidikan yang sesuai dengan filosofi atau agama mereka.

2.1.2. Kewajiban Belajar

Di Perancis, kewajiban belajar telah dimulai sejak abad ke-19. Hukum Jules Ferry yang diterbitkan pada 28 Maret 1882 menyatakan bahwa “linstruction est obligatoire” pendidikan merupakan kewajiban. Aturan tersebut mencakup setiap anak usia 6 hingga 13 tahun warga negara Perancis atau warga negara asing yang tinggal di Perancis. Selanjutnya, periode wajib belajar bertambah seiring waktu. Pada 9 Agustus 1936, aturan wajib belajar diperpanjang hingga usia 14 tahun dan sejak tahun 1959, pendidikan dari usia 6 hingga 16 tahun merupakan kewajiban di seluruh Perancis berkat peraturan pemerintah n°59-45 yang dikeluarkan pada 6 Januari 1959. Peraturan tersebut menggariskan kewajiban belajar dengan memberi kebebasan kepada keluarga untuk memilih antara menyekolahkan anak mereka di lembaga pendidikan, publik atau privat, atau menjamin sendiri pendidikan anak mereka dalam keluarga. Oleh karena itu, pengelola pendidikan nasional harus memastikan kapasitas yang memadai dan aksesibilitas sekolah. Selain itu, sekolah juga dilarang bertindak diskriminatif: setiap lembaga pendidikan harus berlaku adil dalam memberikan akses dan dalam proses belajar-mengajar Durand- Prinborgne, 2003.

2.1.3. Keadilan, Netralitas, dan Sekularitas

Code de l’éducation mengamanahkan bahwa “le service public contribue à l’égalité des chances” pelayanan publik mendukung kesetaraan hak dalam mendapatkan peluang Pasal L.111-1. Sebagai suatu bentuk layanan publik, pendidikan harus menjunjung tinggi prinsip keadilan, mulai dari penerimaan hingga proses belajar, baik bagi para murid maupun keluarga mereka. Pasal 6 Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara serta alinea ke-3 dan ke-13 Pembukaan Konstitusi 1946 untuk Keadilan Gender menyatakan bahwa “la Nation garantit l’égal accès de l’enfant et de l’adulte à l’instruction …” Negara menjamin kesetaraan akses bagi anak-anak dan orang dewasa dalam pengajaran …. Lebih dari itu, Code de l’éducation melarang diskriminasi atas dasar asal-usul sosial, budaya, atau geografis Pasal L.111-1 dan segala bentuk ketidakadilan kepada murid Pasal L.311-1. “Prinsip keadilan, yang mencakup keadilan dalam akses pada layanan publik dan keadilan dalam proses belajar-mengajar, membawa dua konsekuensi: netralitas politik dan netralitas agama atau dengan kata lain sekularitas” Durand- Prinborgne, 2003. Kewajiban menjunjung tinggi netralitas politik dan agama diaplikasikan dalam penerimaan murid, program, dan materi belajar. Code de l’éducation mengharuskan lembaga pendidikan menerima “tous les enfants sans distinction … de croyance” setiap anak tanpa membedakan… kepercayaan serta berkewajiban “donner un enseignement dans le respect total de la liberté de conscience” memberi pengajaran dengan menjunjung tinggi kemerdekaan berpendapat Pasal L.442-1 dan dengan “le respect du pluralisme et du principe de neutralité” menghormati keberagaman dan prinsip netralitas Pasal L.511-2.

2.1.4. Pendidikan Publik Gratis

Pendidikan dasar gratis di sekolah publik telah ditegaskan sejak akhir abad ke-19 di Perancis, bahkan sebelum lahirnya aturan wajib belajar, oleh peraturan pemerintah 16 Juni 1881. Lebih dari setengah abad setelah itu, peraturan pemerintah 31 Mei 1933 mengamanahkan pendidikan menengah yang juga bebas biaya. Selanjutnya, Alinea ke-13 Pembukaan Konstitusi 1946 menjamin bahwa “l’organisation de l’enseignement public gratuit … est un devoir de l’Etat” penyelenggaraan pendidikan publik gratis … adalah tugas Negara. Pendidikan di sekolah dan lembaga pendidikan publik bebas dari biaya. Materi pengajaran diberikan cuma-cuma hingga kelas troisiéme tahun ke-4 pendidikan menengah. Di sekolah dasar dan taman kanak-kanak, pengadaan materi pengajaran dan sarana belajar di sekolah merupakan tanggung jawab commune. “Pendidikan gratis merupakan aturan yang ketat. Aturan ini melarang segala bentuk permintaan partisipasi dalam pembiayaan kepada keluarga murid, baik yang tinggal di dalam maupun di luar wilayah suatu commune tempat sekolah itu berada” Durand-Prinborgne, 2003.

2.2. Aktor Pendidikan