Law of Exercise, Law of Effect, dan Law of Readiness Thorndike Operant Conditioning dan Response Consequence Skinner

Penggunaan istilah “imbalan” dan “hukuman” berfungsi untuk membedakan antara efek penguatan yang bersifat positif dan efek penguatan yang bersifat negatif. Efek penguatan bertujuan untuk menguatkan perilaku yang diinginkan.

2.3.2 Law of Exercise, Law of Effect, dan Law of Readiness Thorndike

Thorndike menganalisis stimulus, response, dan hubungan yang terjadi antara stimulus dan response tersebut dalam proses belajar manusia. Thorndike menyimpulkan tiga hukum dalam proses belajar yaitu law of exercise hukum pengulangan, law of effect hukum efek, law of readiness hukum kesiapan. According to the law of exercise, when an organism makes or fails to make a response to a given situation, the probability that the same situation will elicit that response is increased or decreased as the case may be. According to the law of effect, when an organism makes a response to a given situation and that response is followed by a satisfying or annoying state of affairs, all other things being equal, the probability that the same situation will elicit that response is increased or decreased as the case may be. Finally, the law of readiness, formulated in pseudoneurological terms, asserted that ‘for a conductin unit ready to conduct to do so is satisfying and for it not to do so is annoying Wozniak,1999. Law of exercise menunjukkan bahwa pengulangan dapat meningkat atau menurun pada saat organisme berhasil atau gagal memberikan response. Law of effect menunjukkan bahwa response yang memuaskan atau mengecewakan akan mempengaruhi hal lain yang dianggap sama oleh organisme. Law of readiness menunjukkan bahwa hambatan saat organisme siap melakukan sesuatu mengubah kepuasan menjadi gangguan. Tiga hukum tersebut dapat ditemukan dalam perilaku individu dalam analisis tentang kepribadian.

2.3.3 Operant Conditioning dan Response Consequence Skinner

Pemberian imbalan maupun hukuman mempengaruhi perkembangan perilaku objek penelitian. Imbalan dan hukuman menjadi konsekuensi consequences dari suatu tindakan atau tanggapan response tertentu. Berdasarkan penjelasan di atas, konsekuensi dihasilkan dari tindakan yang timbul dari prinsip stimulus-response. Proses itu disebut sebagai classical conditioning oleh Pavlov dan Watson. Hal itu berbeda dengan operant conditioning yang dikembangkan oleh Skinner. “In operant conditioning, behavior is also affected by its consequences, but the process is not trial-and-error learning” Skinner Foundation, Home, 2004. Skinner menyatakan bahwa “…most human social behaviors involve freely emitted response patterns or “operants.” The term “operant” implies an active organism that “operates” upon its world, changing the environment and being changed by it” Mischel,1981:77. Objek penelitian dapat memberi banyak tanggapan terhadap sebuah rangsangan dan menunggu konsekuensi yang timbul dari setiap tanggapan tersebut response consequences. Konsekuensi berupa reward imbalan atau punishment hukuman tidak lagi terbatas pada sebuah tanggapan seperti dalam classical conditioning. Setiap tanggapan memiliki konsekuensi tersendiri. Sifat objek penelitian yang aktif atau operant membuat bentuk dari imbalan atau hukuman menjadi lebih bervariasi. “Contrary to some widespread misconseptions, “reinforcers”or favorable outcomes are not restricted to such primitive rewards as food pellets or sexual satisfactions” Mischel,1981:77. Operant conditioning dan response consequences dapat dilihat pada saat seseorang berusaha menemukan sebuah kunci dari seikat kunci untuk membuka sebuah pintu. Ia akan mencoba berbagai kunci sebelum menemukan satu yang tepat. Pintu yang tetap terkunci adalah konsekuensi pemilihan kunci yang salah. Orang itu pada akhirnya akan berusaha mengingat kunci yang tepat untuk membuka pintu tersebut.

2.3.4 Fenomena dan Permasalahan Sosial Menurut Psikologi Kepribadian Behavioristik