precinct a couple of months after four months in NSU,” Mary Frances answered. “She’s been inside a lot because she’s a really fast typist, so she gets stuck with the
paperwork. I think she’s just worried about handling herself” Taubman, 1987:16. Kebingungan Sally dianggap sebagai masalah pribadi dan bukan karena hal-hal yang
diucapkan Sally sebelumnya. Sally menunjukkan reaksi yang berlebihan terhadap hal-hal yang menjijikkan
atau mengerikan baginya. Hal tersebut terjadi pada saat ia berbicara dengan Geri. “Sally looked horrified and Geri wondered if she had been too graphic” Taubman,
1987:12. Hal yang sama terjadi lagi pada saat ia bersama Sheldon, atasannya. “Sally shuddered at the story. She couldn’t imagine having to see something like that or not
getting sick if she did” Taubman, 1987:158. Penggambaran berupa sikap gugup, rendah diri, pandangan terhadap kehidupan yang masih sempit, serta kelemahan
dalam menanggapi keadaan yang tidak biasa melekat dalam tokoh Sally tersebut.
3.1.2.4 Sophia Amadetto
Sophia adalah teman Mary sejak mereka masih di akademi polisi. Ia juga sering meminta saran kepada Geri baik tentang pekerjaan maupun masalah pribadinya.
Penampilan fisik Sophia adalah sebagai berikut. “Her short black hair was more disordered than usual. She was small and thin…When they had met, Mary Frances
couldn’t believe such a delicate-looking person even wanted the job” Taubman, 1987:2. Rambutnya pada saat itu digambarkan lebih berantakan daripada biasanya,
hal tersebut memberikan sedikit informasi mengenai kepribadiannya. Secara fisik, ia adalah yang paling kecil di antara empat tokoh tersebut. Penampilan lembut Sophia
menutupi kemampuan fisiknya, hal itu telihat saat ia di akademi polisi. “Sophia was better than Mary Frances in most of the gym work. She had been a gymnast in high
school and kept up with it, so she was a lot stronger than she looked” Taubman, 1987:58. Ia masih terlihat muda meskipun usianya sudah tiga puluh tiga 33 tahun.
“Sophia looked like a teenager in her striped leg warmers and down vest as she walked off down the street with a bouncy stride that belied her thirty-three years”
Taubman, 1987:15-16. Sophia pernah menikah dengan seorang polisi bernama Greg, ia baru menjadi
polisi setelah menikah atas anjuran suaminya. “She had been bored with the nine-to- five routine and the sameness of her days. Greg was a sargeant then, and had
suggested she take the test” Taubman, 1987:53-54. Pernikahan tersebut tidak bertahan lama dan akhirnya Sophia bercerai dengan Greg. “But I didn’t care about
getting home to Greg. Our marriage was already on the rocks and I was just as happy not seeing him” Taubman, 1987:8. Dalam pekerjaannya, Sophia tidak menginginkan
posisi yang dekat dengan kekuasaan. Ia ingin bekerja sesuai dengan kemampuannya. “Fortunately, she didn’t want a position of power. She would be perfectly happy to
make detective in a year or two and work at that level. Of course, she wanted interesting assignments as a detective, but she had no desire to become a boss”
Taubman, 1987:67. Perceraiannya dengan Greg sempat mempengaruhi hubungannya dengan rekan-rekan kerjanya. Ia menolak untuk bergaul dengan sesama
polisi karena mereka cenderung berkomentar negatif mengenai hal itu. “When she came to the precinct, she spent the first year refusing all invitations…She had realized
her divorce was common knowledge and she was determined no one was going to be able to say anything about her or spread any rumors” Taubman, 1987:226. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ia hanya membicarakan masalah pribadi dengan teman- teman dekatnya.
Ia juga suka merokok seperti Geri namun tidak pernah digambarkan sedang berolahraga. “Sophia took the last cigarette from the pack in front of her, then
crumpled and tossed it on a plate. The tin star-shaped ashtray was already full of cigarette butts
―mostly Sophia’a brand…” Taubman, 1987:3. Sophia digambarkan sebagai tokoh yang emosional sebagaimana terlihat dari kutipan berikut. “Sophia
Amadetto had a fiery temper an a sharp wit, and was frequently angry at what she considered injustice or in trouble for making a smart comment” Taubman, 1987:4.
Sophia mengakui hal tersebut kepada Geri dan Mary. “It seems like I’m always angry lately…I can’t seem to calm down…” Taubman, 1987:5. Hal itu menjadi bahan
pembicaraan Geri dan Mary. “Oh, you know Soph.” Mary Frances shrugged. “She’s always getting upset about something. I can’t imagine her taking anything calmly”
Taubman, 1987:17. Kualitas tokoh Sophia di atas dapat dijumpai pada beberapa individu dalam kehidupan nyata.
3.1.3 Latar Lady Cop