Menurut Utomo, citra polisi di Amerika dan Indonesia saat ini cenderung sama. Di Amerika, baik polisi maupun masyarakat mengakui bahwa kepercayaan atau
keyakinan masyarakat terhadap polisi semakin menurun. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa peran penegak hukum yang dibawakan dalam gaya di atas sudah
tidak sesuai dengan harapan polisi dan masyarakat Amerika. Di Indonesia, citra polisi yang memburuk dipengaruhi oleh hal lain yaitu sejarah. Citra buruk polisi Indonesia
dikaitkan dengan citra pasukan Belanda yang pernah menjajah Indonesia. Polisi Indonesia sendiri merupakan bentuk nasionalisasi polisi Pemerintah Hindia Belanda.
Citra penjajah terhadap polisi adalah keadaan yang timbul pada masyarakat dalam negara-negara bekas jajahan. Polisi Indonesia merasa tugas mereka terlalu berat dan
menginginkan partisipasi masyarakat dalam menjalankan perannya.
2.5 Polisi Wanita
Judul novel yaitu Lady Cop dalam bahasa Indonesia berarti Polisi Wanita. Analisis mengenai tokoh-tokoh polisi wanita dimulai dengan memahami beberapa hal
mengenai polisi wanita sesungguhnya. Perbandingan antara polisi wanita di Amerika dan polisi wanita di Indonesia tidak dilakukan karena status atau keadaan mereka
cenderung sama di seluruh dunia.
2.5.1 Penilaian Masyarakat
Menurut Utomo, adat yang berlaku di masyarakat menempatkan wanita tidak sejajar dengan pria, wanita ditempatkan lebih rendah daripada pria dalam hal-hal yang
berkaitan dengan otoritas atau kekuasaan. Hal tersebut juga berlaku bagi polisi wanita meskipun tidak ada hukum atau peraturan tertulis yang menyatakan hal tersebut.
Pembedaan otoritas menyebabkan polisi wanita hanya bertugas dalam bagian-bagian
tertentu seperti administrasi, bimbingan masyarakat, rehabilitasi korban dan tahanan wanita. Ia menambahkan bahwa meskipun terdapat banyak media massa yang
menggambarkan kedudukan polisi wanita yang sejajar dengan polisi pria, hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan karena jumlah polisi wanita seperti itu sangat sedikit.
2.5.2 Konflik dengan Polisi Pria
Keberadaan wanita sebagai polisi juga menimbulkan konflik dengan rekan kerja mereka, yaitu polisi pria. Pria yang menjadi polisi menciptakan konflik diawali
dengan menonjolkan segi bentuk dan kekuatan fisik wanita. Pada umumnya, wanita lebih lemah daripada pria dari segi kekuatan fisik. “One of the objections to
policewomen most frequently voiced by policemen is that because women are physically smaller and weaker than men, they are less able to perform the job”
Martin,1980:91. Konflik yang didasarkan pada alasan yang sederhana seperti kondisi fisik wanita dapat menimbulkan keraguan akan kemampuan polisi wanita
dalam menjalankan tugasnya. Keraguan ini terdapat dalam diri polisi pria, masyarakat, dan polisi wanita sendiri.
2.5.3 Baju Seragam Polisi
Bagi polisi wanita, baju seragam polisi juga merupakan sumber permasalahan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Baju seragam merupakan lambang kewenangan
polisi yang membedakannya dengan orang biasa. “A police officers uniform sets her or him off from other citizens and assumes symbolic importance both to the public
and to the officers themselves. When in uniform the officer is visible and “different”; he or she is invested with authority that ordinary citizens lack” Martin,1980:132.
Bagi polisi wanita, baju seragam harus tampak serasi dengan bentuk tubuhnya untuk
menimbulkan kesan pada masyarakat bahwa ia memiliki kewenangan dalam bertugas. Baju seragam yang tidak cocok dapat mempengaruhi kepercayaan dirinya dalam
bertugas.
2.5.4 Keluarga