Perpindahan Mary Frances Devlin ke Bagian Anti-Crime

tentang bagian tersebut dari bermacam sumber. Perilaku yang ditampilkan Sophia yaitu tindakan mengajukan pertanyaan kepada Geri yang memiliki pengalaman bekerja di bagian itu. Perilaku tersebut merupakan cara belajar melalui pengamatan Observational Learning untuk menghimpun pengetahuan dan merancang bentuk perilaku berikutnya. “People learn by observing other persons and events and not merely from the direct consequences of what they themselves do. What you know and how you behave depends on what you see and hear and not just on what you get” Mischel,1981:84. Sophia belajar dengan memperhatikan dan mendengarkan penjelasan Geri. Cara belajar tersebut hanya merupakan sebagian kecil dari keseluruhan usaha yang harus ditempuhnya agar berhasil diterima di bagian Narcotics.

3.2.2.12 Perpindahan Mary Frances Devlin ke Bagian Anti-Crime

Perpindahan tersebut sangat berpengaruh terhadap hubungannya dengan Paul Randall walaupun jangka waktu pelaksanaannya masih beberapa minggu. Mary dan Paul memiliki reaksi yang sedikit berbeda atas keadaan itu. Paul menyatakan bahwa ia akan kesulitan mencari rekan kerja seperti Mary namun ia tetap mendukung perpindahan itu. Mary juga merasakan hal yang sama dan menunjukkan adanya keraguan tetapi jam kerja yang lebih cocok bagi dirinya menjadi pertimbangan utama untuk melakukan perpindahan. “I know.” Mary Frances looked unhappy. “But you’ve spoiled me . None of those guys can match your standards as a partner and Sophia told me some of those Anti-Crime guys are really lousy. I just hope I get a couple of guys who want to work and will let me work with them.” Taubman, 1987:208-209. Keraguan Mary disebabkan oleh informasi mengenai suasana kerja di bagian Anti- Crime yang diperoleh dari Sophia. Keterangan tersebut menjadi pengetahuan dasar atau bahan untuk mengantisipasi permasalahan yang berkaitan dengan bagian Anti-Crime. Hubungan erat Mary dengan Sophia semakin memperkuat keyakinannya bahwa suasana kerja di bagian tersebut akan menyulitkan dirinya ketika ia telah resmi menjadi anggotanya. Perpisahan dengan Paul dan keyakinannya atas Sophia dihadapkan pada pertimbangan mengenai perkembangan pengalaman kerja dan keluarga. Ia tetap memilih untuk pindah karena jam kerja yang lebih sesuai bagi diri dan keluarganya. Perilaku yang telah dan akan tercipta baik melalui classical maupun operant conditioning akan turut menentukan kualitas kerja dan keberhasilan pribadi Mary dalam masa transisi tersebut. Mary dan Paul membantu petugas patroli yaitu Ellen Fletcher dan Clare Roberts dalam menangkap seorang tersangka tindak perkosaan. Petunjuk mengenai tersangka diperoleh dari sekelompok pelacur di jalanan Broadway. Paul memberikan saran tentang hal itu berkaitan dengan perpindahan Mary ke bagian Anti-Crime. “Well, if you’re going into Anti-Crime, they can help you.” Paul pointed out. “Keep up your contacts with them. They’re the best source of information on the street. A lot of cops don’t like them, but I’ve found out if you treat them fairly, they’ll be straight with you, unless they’re junkies.” Taubman, 1987:214. Saran Paul bersumber dari pengalaman pribadi di lapangan dan dianggap berguna bagi Mary dalam Anti-Crime. Paul juga membedakan antara pelacur biasa dan pelacur pengguna obat terlarang. Ia lebih mempercayai keterangan pelacur biasa dan secara tidak langsung menyarankan untuk memeriksa ulang keterangan dari pelacur pengguna obat terlarang. Polisi memerlukan informasi yang dapat membantu mereka dalam bertugas. Informasi tersebut sebagian berasal dari jalanan atau warga di sekitar lokasi tindak kejahatan. Warga yang berprofesi sebagai pelacur dengan demikian juga dapat memberi informasi yang berharga bagi polisi sehingga mereka tidak seharusnya diabaikan. Paul mengatakan bahwa banyak polisi yang tidak menyukai berurusan dengan pelacur, hal itu menunjukkan bahwa meskipun informasi mengenai suatu tindak kejahatan dapat diperoleh dari berbagai sumber namun perilaku polisi yang menghindari pelacur berpotensi menjadi penghambat dalam bertugas. Pembicaraan mengenai pelacur membuat Mary menceritakan pengalamannya kepada Paul. Perilaku Paul mendadak berubah ketika mendengar ceritanya. Paul looked embarassed but didn’t say anything, so Mary Frances decided to tease him a bit. “Another one was showing me how she keeps a rubber in her mouth for blow jobs. She said it was cleaner. She gave me one and I was trying to learn how to do it when the lieutenant walked in. I thought he would turn purple. I was pretty red myself,” she finished, laughing Taubman, 1987:214. Paul merasa malu karena Mary tidak sepantasnya bercerita atau mengetahui hal-hal seksual secara mendetail. Perilaku tersebut berlawanan dengan sarannya kepada Mary sebelumnya. Paul ingin agar rekannya memperhatikan pelacur sebagai sumber informasi tetapi ia menolak untuk mendengar cerita Mary saat berhubungan dengan mereka. Paul membedakan antara pembicaraan tentang pelacur sebagai informan dengan pelacur sebagai bahan percakapan terutama oleh Mary. Perilaku yang spesifik dan cenderung tidak konsisten tersebut kemudian ditanggapi Mary. Ia dengan sengaja menggoda Paul dengan cerita mengenai pelacur. Tindakan itu berbeda jika dibandingkan dengan Alex yang menggoda Geri. Alex telah memiliki pengetahuan bahwa ada beberapa hal yang dapat membuat Geri marah sedangkan Mary baru mengetahui bahwa Paul menjadi malu jika ia bercerita tentang hal-hal yang seksual. Unconditioned reinforcer berupa rasa malu dari Paul kemudian mendapat suatu unconditioned response dari Mary berupa keinginan untuk menggodanya. Perpindahan Mary mengingatkan Paul ketika mereka menangani kasus serangan jantung yang menimpa seorang warga. Kasus tersebut termasuk kasus DOA Death on Arrival karena korban telah meninggal dunia ketika mereka datang ke lokasi atau tempat tinggalnya. Istri korban berada dalam keadaan histeris karena memikirkan kedatangan ibu mertuanya sedangkan rumah dalam kondisi berantakan. Hal tersebut membuat Paul dan sepasang petugas EMS Emergency Medical Service pria menahan tawa karena ia lebih mengkhawatirkan hal itu dibanding kematian suaminya. But Mary Frances had understood and she went into the kitchen, did the dishes and straightened up. Paul teased her for months, but Mary Frances understood what was upsetting the woman. Her husband’s sudden death was enough in itself; the fact that her kitchen was dirty and her mother-in-law was coming over was just more than she could handle. It was just the kind of mundane problem people suffering from shock and grief fixate on. Men somehow couldn’t understand how much something like that would bother a woman at such a time Taubman, 1987:215. Tindakan Mary membantu istri korban mencuci piring dan merapikan rumah tidak dapat dipahami Paul karena Mary selalu berkata bahwa mencuci piring akan merusak kuku-kukunya. Mary mengetahui bahwa beberapa kejadian atau masalah yang datang dengan serentak dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan kejiwaan. Kematian suami yang mendadak, kedatangan ibu mertua, dan rumah yang berantakan merupakan conditioned reinforcer baginya untuk membantu menenangkan istri korban. Mencuci piring dan merapikan rumah adalah bentuk bantuan yang saat itu terpikirkan olehnya. Paul mengetahui tindakan tersebut sebenarnya tidak disukai rekannya dan ia sependapat dengan para petugas EMS yang menganggap kekhawatiran istri korban tidak pada tempatnya. Perilaku yang ditampilkan Paul adalah menahan tawa dan tidak membantu upaya pertolongan Mary tersebut. Mary tidak menanggapi godaan Paul menyangkut kasus DOA tersebut dan menyimpulkan bahwa pria tidak dapat memahami wanita karena mengabaikan hal-hal kecil yang dapat menjadi masalah besar bagi wanita. Kesimpulan tersebut tidak menunjukkan bahwa pria dan wanita memiliki kelebihan atau kekurangan melainkan sebagai bukti adanya perbedaan perilaku. Bantuan yang diberikan oleh Mary bersifat sukarela sehingga Paul berhak untuk tidak membantunya karena kasus tersebut telah beralih ke petugas EMS dan Mary tidak dalam keadaan terancam. Sifat sukarela juga menunjukkan bahwa perilaku Mary tercipta melalui operant conditioning yang memiliki dua macam consequence yaitu reward berupa ketenangan istri korban dan punishment berupa godaan dari Paul. Paul kembali mengalami kesulitan dalam memahami perilaku Mary. Mereka telah menanggapi keluhan warga di daerah West Side dan hendak keluar dari sebuah gedung SRO menggunakan elevator. On their way out, while they were waiting in the hall for the elevator, Mary Frances noticed a man standing in the stairway at the far end of the hall who seemed to get angry when he spotted the two police officers. Paul was watching the elevator floor lights and hadn’t noticed him, but Mary Frances was watching the man. She heard him say: “Suck my black dick, motherfucker.” She turned toward him and he took off down the stairs. She followed, calling Paul Taubman, 1987:220. Paul berusaha menanyakan alasan pengejaran yang dilakukan rekannya dengan mendadak itu namun Mary tidak menjawabnya. Pengejaran berhenti pada lantai lima sebuah gedung di sebelah gedung SRO semula. Mary memutuskan untuk menghentikan pengejaran juga dengan mendadak. Paul tertawa setelah mendengar penjelasan Mary. “I don’t know what happened.” She grinned sheepishly. “I heard him say that and I just flipped out. He ran and I took off after him. I was just mad.” Taubman, 1987:221. Mary mengatakan bahwa alasan pengejarannya adalah kemarahan akibat ucapan pria tersebut. Pertemuan Mary dan pria itu adalah sebuah unconditioned stimulus, saat itu Mary masih bersama Paul. Ucapan kasar yang ia terima adalah unconditioned reinforcer yang menimbulkan kemarahan bagi dirinya. Mary memutuskan untuk mengejar pria itu dan meninggalkan Paul. Ia lupa bahwa Paul tidak mampu berlari secepat dirinya dan ia tidak menjelaskan alasan pengejaran sehingga Paul tidak dapat mengantisipasi bentuk bahaya atau bantuan baginya. Paul masih berada di lantai dua ketika pengejaran Mary berhenti. Jarak yang cukup jauh di antara mereka sangat membahayakan keselamatan Mary maupun Paul. Perilaku Mary sebagai hasil operant conditioning itu tidak dapat dibenarkan saat bertugas meskipun akhirnya mereka selamat.

3.2.2.13 Sophia Amadetto, Eddy Bott, dan Alex Grandey