Tinjauan tentang Partisipasi Masyarakat

53 Ketersedian jalur Pendidikan Umum dan Dasar berupa pendidikan formal, pendidikan non formal dan Pendidikan Kejuruan berupa pendidikan informal yang dilakukan oleh pemerintah, ditambah dengan program wajib belajar 9 sembilan tahun diharapkan nantinya akan menjadi wahana pemacu semangat belajar masyarakat desa. Akan tetapi jalur pendidikan dimaksud juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah daerah dalam mengentaskan kebodohan yang terdapat di daerahnya. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan Kemasyarakatan adalah merupakan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kepedulian masyarakat kepada dirinya dan atau lingkungannya. Pendidikan ini pada umumnya berupa pembinaan desa dan pembinaan kepemudaan di desa.

2.4. Tinjauan tentang Partisipasi Masyarakat

Pemerintah dalam melaksanakan Pembangunan di daerah pedesaan menghadapi hambatan dan kendala yang cukup besar. Hambatan dan kendala tersebut pada umumnya diakibatkan oleh aspek Geografis, aspek Topologis, aspek Demografis, ketersediaan prasarana dan sarana, kelemahan akses terhadap modal dan informasi pasar, kemampuan sumber daya manusia SDM yang lemah, kemampuan kelembagaan pedesaan masih lemah, serta masih banyaknya kelemahan operasional dan fungsional lainnya. Memperhatikan berbagai hambatan,kendala dan kelemahan tersebut diatas, maka salah satu upaya yang dianggap sangat penting dan harus dilakukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah mendorong, meningkatkan, mengembangkan dan mengaktualisasikan kekuatan dan kemampuan yang 54 bersumber dan berada di dalam masyarakat pedesaan itu sendiri. Kekuatan dan Kemampuan yang bersumber dan berada di dalam masyarakat pedesaan tersebut di defenisikan sebagai “partisipasi masyarakat” Secara umum, partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai keikutsertaan , keterlibatan dan kebersamaan anggota mayarakat dalam sesuatu kegiatan tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan tersebut dimulai dari gagasan, perumusan kebijaksanaan, hingga pelaksanaan program. Partisipasi dapat dibagi dalam dua 2 jenis kegiatan,yaitu Partisipasi secara langsung dan Partisisipasi secara tidak langsung. Partisipasi secara langusng berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga kerja dalam kegiatan yang dilaksanaakan . Parisipasi tidak langung berupa bantuan keuangan, pemikiran, dan materi yang dibutuhkan. Rahardjo Adisasmita 2006 : 2 memberikan pendapat tentang partisipasi adalah sebagai berikut : Partisipasi berarti prakarsa, peran aktif dan keterlibatan semua pelaku pembangunan termasuk penyedia dan penerima pelayanan, serta lingkungan sosialnya dalam pengambilan keputusan, perumusan rencana, pelaksanaan kegiatan dan pemantauan pelaksanaan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. Prakarsa dan peran serta secara aktif anggota masyarakat berarti pelibatan anggota masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan masyarakat. Lebih lanjut Rahardjo Adisasmita 2006 : 2 juga menyatakan pendapatnya bahwa : Kegiatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan meliputi identifikasi potensi, Identifikasi permasalahan yang dihadapi masyarakat, penyusunan program-program pembangunan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat lokal, implementasi program pembangunan dan pengawasannya. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang diarahkan dan dilakukan dalam lingkungan masyarakat pedesaan setempat yang berarti orientasi pada pembangunan ke dalam inward looking 55 strategy, hal ini dikarenakan anggota masyarakat dianggap sebagai pihak yang paling mengetahui potensi dan kondisi masyarakatnya. Menurut Midgley yang dikutip oleh Wibisana 1989 bahwa partisipasi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : Partisipasi penduduk popular participation dan partisipasi masyarakat comuniti partipupation. Partisipasi penduduk diartikan dengan pembangunan sosial dalam lingkup yang luas serta menciptakan kesempatan bagi keterlibatan masyarakat dalam kehidupan politik, ekonomi dan kehidupan sosial bangsa; sedangkan Partisipasi masyarakat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat langsung dalam peristiwa lokal. Kemudian, Bachtiar Hassan Miraza,et al. 2010:13 menyatakan pendapatnya bahwa: Partisipasi harus melibatkan semua unsur yakni antara sesama warga atau anggota suatu perkumpulan dengan partisipasi horizontal, dan partisipasi yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan, antar klien dengan patron atau antara masyarakat sebagai keseluruhan dengan Pemerintah dengan partisipasi vertikal. Keterlibatan dalam berbagai kegiatan politik seperti pemberian suara dalam pemilihan, kampanye, dan lain sebagainya, disebut partisipasi dalam proses politik, sedangkan keterlibatan dalam kegiatan seperti perencanaan dan pelaksanaan pembangunan disebut partisipasi dalam proses administratif. Sementara itu keterlibatan masyarakat sebagai suatu kesatuan, disebut dengan partisipasi kolektif, sedangkan keterlibatan individual dalam kegiatan kelompok disebut partisipasi individual. Lain lagi halnya dengan Rahardjo Adisasmita 2006 : 34 yang membedakan Partisipasi anggota masyarakat dengan Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pedesaan sebagai berikut : Partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan implementasi programproyek pembangunan yang dikerjakan di dalam ,asyarakat lokal. Sedangkan Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan pedesaan merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam imlementasi programproyek yang dilaksanakan. Kuswartojo 1993 juga memberikan pendapat tentang partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut: 56 Bahwa secara Umum, Partisipasi masyarakat ini dapat diartikan sebagai keikut sertaan, keterlibatan, dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegitan tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan tersebut dimulai dari gagasan, perumusan kebijaksanaan, hingga pelaksanaan program. Partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan keuangan, pemikiran, dan materi yang di butuhkan.Partisipasi juga sering diartikan sebagai sumbangan dana, material, tanah atau tenaga pada suatu program atau kegiatan pembangunan yang belum tentu dikehendaki atau menjadi prioritas masyarakat , karena prakarsa dan rencana datang dari luar atau dari atas. Partisipasi semacam ini dapat diterima masyarakat sebagai suatu beban Selanjutnya Kuswartojo 1993 juga berpendapat bahwa : Meningkatkan partisipasi masyarakat tidaklah semata-mata berarti melibatkan masyarakat dalam tahap perencanaan atau dalam evaluasi program belaka . Dalam partisipasi tersirat makna dan integrasi keseluruhan program itu. Partisipasi merupakan sifat keterbukaan terhadap persepsi dan perasaan pihak lain; partisipasi berarti perhatian mendalam mengenai perbedaan atau perubahan yang akan dihasilkan suatu program sehubungan dengan kehidupan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam kancah politik,sering sekali ditakuti sebagai suatu pengaruh yang memecah belah. Kekhawatiran yang berlebihan terhadap bahaya-bahaya partisipasi seperti itu searah dengan defenisi pembangunan sebagai sesuatu yang padat modal dan berorientasi pada pertumbuhan growth oriented, dan konsisten pula dengan defenisi administrasi sebagai suatu struktur hirarki dari atas ke bawah top down. Dari sudut pandang politik, menurut Hutington yang dikutip oleh Kuswartojo 1993 bahwa : Partisipasi dibedakan atas dua macam, yaitu partisipasi otonomik dan partisipasi mobilisasi.Partisipasi otonomik muncul dari kesadaran, kemauan sendiri dan suka rela, sedangkan Partisipasi mobilitasi digerakkan bahkan kadang-kadang dipaksakan. Penganut partisipasi ini menganggap bahwa partisipasi adalah sebagai hak demokrasi dan memberi nilai tingi pada partisipasi otonomik, tetapi pada kenyataan banyak partisipasi otonomik yang dimulai dengan mobilitasi. 57 Partisipasi menurut pemerintah yang dalam hal ini disampaikan Direktur Jendral Pembangunan Desa 1996 adalah : Partisipasi agak gampang diucapakan dan sering ditawarkan sebagai penerapan konsep pembangunan dari bawah, tetapi partisipasi ini terkait dengan berbagai segi dan pelik. Parisipasi menyangkut ideologi, sistem politik dan juga kondisi sosial ekonomi serta budaya masyarakat. Partisipasi dalam pembangunan juga harus dilaksanakan sebagai bagian dari pranata pembangunan itu sendiri, jika tidak yang terjadi hanyalah partisipasi semu tanpa ada kelanjutan dan hasil yang memuaskan Selanjutnya Direktur Jendral Pembangunan Desa 1996 menyatakan bahwa : Partisipasi ataupun partisipasi masyarakat dianggap dapat menjadi kunci keberhasilan pembangunan sampai pada tingkat bawah. Partisipasi dalam, perencanaan dan pelaksanaan program-program dapat mengembangkan kemandirian self-reliance yang dibutuhkan oleh para anggota masyarakat perdesaan demi akselerasi pembangunan. Keberhasilan program itu diukur dengan rasio biaya manfaat, dengan banyaknya praktek baru di bidang pertanian, berapa jauh program meningkatkan kemampuan petani untuk menolong dirinya sendiri, dan kemampuan program untuk melestarikan diri self-sustaining Direktur Jenderal Pembangun Desa, 1996 juga menyatakan bahwa : Menentukan jenis-jenis partisipasi yang tepat untuk suatu tugas tertentu dan keadaan tertentu merupakan hal yang lebih penting daripada sekedar penilaian mengenai ada tidaknya partisipasi. Partisipasi yang lebih banyak tidak selalu lebih baik, karena nilainya bergantung pada jenis partisipasi, keadaan dan lingkungan, pelaku partisipasi, dan kepentingan yang dilayani oleh patisipasi itu Di dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat Korten 1998 mengemukakan bahwa : Beberapa kendala dalam peningkatan partisipasi masyarakat yaitu kendala-kendala dalam agen-agen pelaksana implementing agency dalam masyarakatnya sendiri,serta dalam kelembagaan masyarakat yang lebih luas the broader institutions of the society. Kendala dalam agen- agen pelaksana meliputi pihak yang membuat keputusan; sikap, nilai, dan keterampilan; serta sistem evakuasi. Kendala dalam masyarakatnya sendiri mencakup kekurang sesuaian organisasi lokal; kurangnya kemampuan organisasional; kurangnya fasilitas komunikasi; serta perbedaan kepentingan ekonomi yang terjadi antar golongan masyarakat; serta adanya korupsi. Kendala-kendala lainnya yang ditemui dalam 58 peningkatan partisipasi masyarakat adalah berkaitan dengan unsur politik dan birokrasi. Sementara itu menurut Bryant dan White 1989 bahwa dalam penanganan program-program partisipasif sering pula ditemui beberapa dilema khas, yaitu:

1. Akses. Kelompok-kelompok atau anggota-anggota masyarakat manakah

Dokumen yang terkait

Konflik Pemekaran Wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus:Konflik Horisontal yang Bersifat Laten di Desa Pagar Manik, Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai)

8 84 101

Kajian Potensi Ekowisata Mangrove di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

4 64 78

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

3 48 88

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 12

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 2

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 5

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 1 12

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 1 4

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 17

Analisis Pengaruh Fungsi Perlombaan Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 9