61
Tjokroamidjojo 1991 menyatakan pendapatnya tentang partisipasi sebagai berikut :
Dalam persektif dewasa ini, partisipasi masyarakat merupakan ciri khas modernisasi dalam pembangunan. Kemajuan demokrasi dapat dilihat dari
seberapa besar partisipasi masyarakat : a. Partisipasi aktif masyarakat berarti keterlibatan dalam penentuan arah,
strategi dan kebijakan. b. Keterlibatan dalam memikul hasil dam mamfaat pembangunan secara
berkeadilan. Menurut Direktur Jenderal Pembangun Desa, 1996 bahwa secara
umum usaha-usaha penerapan pendekatan partisipasif di Indonesia telah memunculkan beragam persepsi dan interpretasi yang berbeda-beda tentang arti
partisipasi. Persepsi dan interpretasi yang berkembang selama ini adalah: a bahwa masyarakat bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan dari program yang telah ditetapkan pemerintah: b anggota masyarakat ikut menghadiri pertemuan-pertemuan
perencanaan, pelaksanaan dan pengkajian ulang program, namun kehadiran mereka sebatas sebagai pendengar semata,
c anggota masyarakat berpartisipasi aktif dalam semua tahapan proses pengambilan keputusan tentang cara melaksanakan sebuah program dan
ikut menyediakan bantuan serta bahan-bahan yang dibutuhkan dalam program tersebut,
d anggota masyarakat berpartisipasi aktif dalm semua tahapa proses pengambilan keputusan, yang meliputi perencanaan , dan pelaksanaan
dan pengawasamonitoring sebuah program.
2.5. Tinjauan tentang Pembangunan desa di Indonesia.
Pembangunan Desa ataupun pembangunan pedesaan sebaiknya dilakukan dengan pendekatan secara multi sektoral holostik, partisipatif, yang
berlandaskan pada semangat kemandirian, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan,serta memanfaatkan sumber daya pembangunan secara serasi,
selaras dan sinergis, sehingga Pembangunan Desa dapat tercapai secara optimal. Selain dari pada itu, dalam melaksanakan kegiatan Pembangunan Desa
juga diperlukan kerjasama antar Desa, antar Kecamatan dan antar Daerah dalam
62
suatu wilayah pembangunan. Kerjasama atupun hubungan dimaksud harus terus di perhatikan kesesuaiannya, termasuk juga antar desa dan kota serta antar kota
dengan kota disekitarnya. Hal ini disebabkan karena pada umumnya lokasi kegiatan industri,lokasi kegiatan pertanian,atau sektot-sektor lain yang menunjang
lokasi kegiatan dimaksud pada umumnya cendrung terkonsentrasi pada beberapa daerah administrasi yang berdekatan...
Ide-ide pembangunan itu sendiri sering dikaitkan dengan pengertian kemakmuran yang secara kuantitatif lebih bersifat ekonomis, sedangkan nilai-nilai
sosial masih bersifat simpang siur. Seringkali program-program Pemerintah Pusat, seperti peningkatan produksi pangan dengan teknik pertanian modern,
peningkatan pendidikan dan sebagainya, terselubung oleh konsep-konsep pemikiran yang idealis. Pengaruh penetrasi ide pembangunan Pemerintah Pusat
itu, sangat dibatasi oleh kemampuan untuk mewujudkannya, antara lain adanya keterbatasan dana dan daya, baik berupa uang maupun tenaga-tenaga terampil,
sehingga akan mengakibatkan pelaksanaan pembangunan tersebut bertumpu pada kemampuan atau potensi-potensi yang ada di desa itu sendiri.
Berdasar pada kenyataan tersebut diatas, maka muncullah gagasan- gagasan dan rencana-rencana pembangunan yang antara lain bertujuan untuk
membebaskan masyarakat pedesaan dari belenggu keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan dan sebagainya. Gagasan-gagasan dan rencana-rencana pembangunan
tersebut pada saat ini lebih dikenal dengan istilah Program Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Kegiatan Program Pemberdayaan Masyarakat Desa hanya dapat berjalan optimal apabila masyarakat tersebut memiliki keinginan dan semangat untuk
63
memberdayakan dirinya sendiri. Kegiatan hal dimaksud juga hanya dapat terlaksana, jika dibarengi dengan pelatihan kepada masyarakat. Teknis kegiatan
pelatihan pemberdayaan masyarakat itu sendiri telah diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri PERMENDAGRI Nomor 19 tahun 2007.
Rahardjo Adisasmita 2006 : 35 mengemukakan pendapatnya tentang Pemberdayaan Masyarakat adalah sebagai berikut :
Pemberdayaan Masyarakat adalah Upaya pemanfaatan dan pengelolaan Sumberdaya Masyarakat Pedesaan secara lebih efektif dan efisien, baik
dari : a aspek masukan atau input SDM,dana,peralatansarana, data,rencana,dan tehnonogi; b
dari aspek proses
pelaksanaan,monitoring, dan pengawasan; c dari aspek keluaran atau output pencapaian sasaran,efektivitas dan efesiensi. Efektif diartikan
sebagai rasio antara realisasi dengan target yang direncanakan. Jika rasio tersebut lebih besar dari satu, berarti efektif, dan sebaliknya jika rasio
tersebut lebih kecil dari satu, berarti tidak efektif . Efisiensi dimaksudkan jika dapat dilakukan penghematan atau penekanan pemborosan, dengan
demikian biaya produksi per-unit dapat di tekan kebawah. Dengan kata lain Efisiensi adalah suatu keadaan dimana terdapat penghematan, dan
sebaliknya jika terdapat pemborosan berarti in- efesiensi.
Kemudian Rahardjo Adisasmita 2006 : 20 menyebutkan bahwa ada 3
tiga prinsip pokok yang harus dimiliki dalam Pembangunan Desa, yaitu :
1. Kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan di setiap desa mengacu pada pencapaian sasaran pembangunan berdasarkan Tri logi
pembangunan, yaitu : a pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, b
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan c stabilitas yang
sehat dan dimamis, yang harus diterapkan pada setiap sektor dan antar sektor disetiap daerah, termasuk desa dan kota, disetiap wilayah dan
antar wilayah secara saling terkait, serta dikembangkan secara selaras dan terpadu.
2. Pembangunan Desa dilaksanakan dengan prinsip -prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan
mensyratkan setiap daerah agar lebih mengandalkan sumber-sumber alam yang terpebaharui sebagai sumber pertumbuhan. Disamping itu
setiap desa perlu memanfaatkan SDM secara luas, memanfaatkan modal fisik, prasarana mesin-mesin dan peralatan seefisien mungkin.
3. Meningkatkan efisiensi masyarakat melalui kebijakan deregulasi, debirokratisasi dan desentralisasi dengan sebaik-baiknya.
64
Drs. H. Mutawali, Drs. Suhardjo dan Drs. Sukanda Pryana 1987:3 dalam bukunya yang berjudul “Pembangunan Desa Terpadu” yang mengatakan
bahwa:
Pembangunan desa dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu sebagai proses,
metode, program, maupun gerakan. Adapun segi yang dimaksud meliputi : 1. Sebagai suatu proses.Pembangunan desa sebagai suatu proses
memperhatikan jalannya proses perubahan yang berlangsung dengan cara yang tradisional masyarakat pedesaan menuju masyarakat dengan
cara hidup yang lebih maju.Sebagai proses maka pembangunan desa lebih menekankan kepada aspek perubahan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat, baik yang menyangkut segi-segi sosial maupun segi psikologis.
2. Sebagai metode.Pembangunan desa sebagai suatu metode akan