Sejarah Perkembangan Desa. Tinjauan tentang Desa.

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Desa.

Sebelum penulis membahas lebih jauh tentang Tesis ini, maka penulis berinisiatif untuk memberikan gambaran dan pengertian tentang Desa. Hal ini bertujuan, agar semua pihak yang memiliki empati terhadap tulisan ini, dapat memahami apa dan bagaimana sebenarnya cakupan pembahasan tesis ini nantinya. Pada tinjauan tentang Desa ini, penulis akan membahasnya dari segi sejarah perkembangan Desa dan dari segi pengertian Desa. Pengertian maupun pendapat tentang desa tersebut merupakan kutipan dari peraturan perundang- undangan dan beberapa nara sumber yang penulis anggap nantinya memiliki relevansi terhadap pembahasan tesis ini.

2.1.1 Sejarah Perkembangan Desa.

Pasang surut keadaan Pemerintahan Desa sekarang ini adalah sebagai akibat pewarisan undang-undang lama yang pernah ada, yang mengatur Pemerintahan Desa sejak penjajahan Belanda, yaitu Inlandsche Gemeente Ordonnantie atau IGO Stbl No. 831906 yang berlaku untuk Jawa dan Madura dan Inlandsche Gemeente Ordonnantie Buitengewesten atau IGOB Stbl No. 4901938 jo Stbl No. 6811938 yang berlaku untuk luar Jawa dan Madura. Peraturan perundang-undangan tersebut tidak mengatur Pemerintahan Desa secara seragam dan tidak mendorong masyarakat untuk berkembang secara dinamis. Jatuhnya Hindia Belanda pada tahun 1942 disusul dengan pendudukan 24 Jepang, namun IGO dan IGOB tetap diberlakukan, dengan demikian selama pendudukan Jepang tidak ada Peraturan Perundang-Undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Jepang terhadap Desa. Kemudian sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, sejumlah Peraturan Perundang-Undangan sebagai pelaksanaan dari Pasal 18 UUD 1945, diterbitkan, namun semuanya mengatur tentang Pemerintahan Daerah, sedangkan pengaturan mengenai Desa sebagai pengganti IGO dan IGOB tidak pernah terbit, dan pengaturan terhadap Desa diserahkan kepada masing-masing Pemerintah Daerah sehingga penyelenggaraan pemerintahan desa cenderung masih menggunakan IGO dan IGOB. Baru pada tahun 1965 terbit UU No.19 Tahun 1965 tentang Desa Praja, meskipun undang-undang ini tidak mengatur Desa bahkan menghapus Desa, namun sempat mencabut IGO dan semua peraturan lainnya yang berkaitan dengan Desa. Meletusnya peristiwa G-30SPKI mengakibatkan pelaksanaan dari UU No. 19 Tahun 1965 tersebut harus ditinjau kembali berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara TAP MPRS No. XXIMPRS1966 tentang Pemberian Otonomi seluas-luasnya kepada Daerah, bahkan UU No. 6 Tahun 1969 menyatakan tidak berlakunya berbagai undang-undang dan peraturan-peraturan termasuk UU No. 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja. Akibatnya sejak tahun 1965, bahkan sejak Republik Indonesia berdiri tahun 1945 praktis penyelenggaraan pemerintahan desa mengalami kelemahan hukum, karena pengaturan perundangan yang lama sudah dicabut, sedangkan peraturan penggantinya belum ada, dengan demikian iklim IGO dan IGOB masih tetap berlangsung dengan berbagai penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan. 25 Pada tahun 1979, lahirlah Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Undang-Undang ini mengarah pada penyeragaman bentuk dan susunan pemerintahan desa dengan corak nasional dan Pemerintahan Desa ditetapkan sebagai organisasi pemerintahan terendah di bawah Camat serta berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun Pemerintah berusaha menjamin terwujudnya Demokrasi Pancasila secara nyata, dengan adanya pemilihan Kepala Desa secara umum, bebas dan rahasia oleh penduduk warga setempat, namun penerapan demokrasi tersebut dinodai dengan dibentuknya Lembaga Musyawarah Desa LMD sebagai penyalur aspirasi masyarakat, yaitu dengan ketentuan bahwa karena jabatan Kepala Desa menjadi Ketua Lembaga Musyawarah Desa dan Sekretaris Desa menjadi Sekretaris Lembaga Musyawarah Desa, dengan demikian pelaksanaan demokrasi seperti diharapkan tidak pernah terwujud. Seiring dengan perkembangan politik, maka berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia TAP MPR RI No. XMPR1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara dan Ketetapan MPR Republik Indonesia No. XVMPR1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia TAP MPR RI No. XIMPR1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, ditetapkanlah Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang 26 Pemerintahan Daerah yang merupakan pengganti dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan di Daerah dan Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, mengatur juga tentang Pemerintahan Desa, yaitu pada bab XI dari pasal 93 s d Kemudian, berdasarkan pertimbangan bahwa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dengan seluruh peraturan pelaksanaannya ternyata tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, maka UU No. 22 Tahun 1999 inipun direvisi dan diganti dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. pasal 111. Banyak terdapat perubahan-perubahan yang mendasar bila dibandingkan dengan UU No. 5 Tahun 1979, antara lain Pemerintahan Desa bukan lagi merupakan organisasi pemerintahan terendah di bawah Camat sehingga Kepala Desa tidak lagi bertanggung jawab kepada Bupati melalui Camat, melainkan bertanggung jawab kepada rakyat melalui Badan Perwakilan Desa BPD dan menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati, dengan demikian Camat tidak memiliki hubungan hierarkhi dengan Desa; Lembaga Musyawarah Desa LMD diubah menjadi Badan Perwakilan Desa BPD, yang berfungsi sebagai lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBDes, serta Keputusan Kepala Desa. Lebih lanjut berdasarkan Pasal 111 ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa. 27 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tersebut juga mengatur tentang Desa, yaitu pada Bab XI Pasal 200 s.d. Pasal 216. Kemudian, sebagai tindak lanjut dari ketentuan Pasal 216 tersebut, maka Pemerintah menetapkan sebuah peraturan yang disebut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Peraturan ini diharapkan akan menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa di seluruh wilayah Republik Indonesia. Menurut Bambang Trisantono Soemantri 2011 :3 bahwa ada beberapa landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa yang temaktub dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, yaitu :

1. Keanekaragaman, yang memiliki makna bahwa istilah Desa dapat

Dokumen yang terkait

Konflik Pemekaran Wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus:Konflik Horisontal yang Bersifat Laten di Desa Pagar Manik, Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai)

8 84 101

Kajian Potensi Ekowisata Mangrove di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

4 64 78

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

3 48 88

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 12

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 2

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 5

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 1 12

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 1 4

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 17

Analisis Pengaruh Fungsi Perlombaan Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 9