43 Ada dan tidak aktif
2 Bila ada dan aktif
4 8.
Lembaga Adat Bila tidak ada
Bila hanya ada 1 2
Bila hanya ada 2 4
Bila ada 3 lembaga 6
Bila ada 4 lembaga 8
Bila ada ≥ 4 lembaga
10
VIII. Kesejahteraan KeluargaPKK 1 - 25
1. Realisasi Program Pokok PKK
Terealisasi 2 kegiatan 1
Terealisasi 3-4 kegiatan 5
Terealisasi 5-6 kegiatan 10
Terealisasi 7-8 kegiatan 15
Terealisasi 9-10 kegiatan 20
2. Kelengkapan Organisasi
Tidak Ada Ada 1 kelengkapan
3 Ada 2 kelengkapan
5
Berdasarkan pengertian dan penjelasan tentang ruang lingkup perlombaan desa tersebut diatas maka penulis menetapkan bahwa teori Perlombaan Desa yang
digunakan dalam tulisan ini adalah berdasarkan INMENDAGRI Nomor 11 Tahun 1984
tentang Petunjuk Pelaksanaan Perlombaan Desa. Hal ini didasarkan
analisa penulis, bahwa INMENDAGRI Nomor 11 Tahun 1984 memiliki
pengertian dan penjelasan yang lebih terperinci tentang perlombaan desa dan mudah dipahami.
2.3. Tinjauan tentang Pendidikan pada daerah pedesaan.
Bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang. Oleh karena itu, sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu
serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan
44
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan. Pada saat ini Pemerintah Negara Republik Indonenesia sangat serius
menangani pelaksanaan sistem pendidikan nasional. Hal ini terlihat dengan disyahkannya Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang merupakan perubahan dan penggantian dari Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Selanjutnya untuk mempermudah pelaksanaan dan penjabarannya, maka Pemerintah juga pemerintah juga telah membuat Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, yang pada akhirnya direvisi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan nasional mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut :
Visi Pendidikan Nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah.
Misi Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut: 1. mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; 2. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa
secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;
3. meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
45
4. meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan
5. memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara
Kesatuan RI.
Sedangkan Strategi pembangunan pendidikan nasional meliputi :
1. pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia; 2. pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi;
3. proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis; 4. evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan;
5. peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan; 6. penyediaan sarana belajar yang mendidik;
7. pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan
berkeadilan; 8. penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata;
9. pelaksanaan wajib belajar; 10. pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan;
11. pemberdayaan peran masyarakat; 12. pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat; dan
13. pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Selanjutnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pada Pasal 13, pasal 14 dan pasal 26 menyebutkan bahwa :
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya pasal13 sedangkan
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi pasal 14 dan Jenjang Pendidikan
nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, danatau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat pasal 26
46
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, juga memberikan pengertian Pendidikan Formal,Pendidikan nonformal dan Pendidikan Informal sebagai berikut :
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang jenis pendidikannya mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus pasal 15. Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu
pengetahuan tertentu. Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana.
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama danatau menjadi ahli ilmu agama.
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar
biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.
Pendidikan nonformal
adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang yang meliputi
pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan
peserta didik.Pendidikan nonformal juga berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian professional pasal 26 Pendidikan informal
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri. Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian
sesuai dengan standar nasional pendidikan.pasal 27
47
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 117 dinyatakan bahwa :
Hasil pendidikan informal dapat dihargai setara dengan hasil pendidikan nonformal dan formal setelah melalui uji kesetaraan yang memenuhi
Standar Nasional Pendidikan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangan masing-masing, dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Uji kesetaraan sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui:
a. Uji kesetaraan yang berlaku bagi peserta didik pendidikan nonformal
sebagaimana diatur dalam Pasal 115; dan b. Uji kesetaraan yang diatur dengan Peraturan Menteri untuk hasil
pendidikan informal lain yang berada di luar lingkup ketentuan dalam Pasal 115.
Pada Pasal 115 didalam Peraturan Pemerintah 17 tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan disebutkan bahwa : 1 Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil
pendidikan formal setelah melalui uji kesetaraan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan oleh lembaga yang ditunjuk oleh
Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangan masing- masing, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2 Uji kesetaraan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk Program Paket A, Program Paket B, Program Paket C, dan Program Paket C
Kejuruan dilaksanakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. 3 Uji kesetaraan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk program
kecakapan hidup dapat dilaksanakan untuk: a. memperoleh pengakuan kesetaraan dengan kompetensi mata
pelajaran vokasi pada jenjang pendidikan menengah; atau b. memperoleh pengakuan kesetaraan dengan kompetensi mata
kuliah vokasi pada jenjang pendidikan tinggi.
Menurut Drs. B. Simanjuntak, SH dan Dra. I.L. Pasaribu 1986 : 87
dalam bukunya yang berjudul Pendidikan dan Pembangunan Masyarakat Desa
menyatakan bahwa didesa diperlukan sekolah yang bersifat formal dan nonformal. Sekolah dimaksud di sebut juga dengan istilah sekolah desa.
Selanjunya sekolah tersebut didefenisikan sebagai berikut : Sekolah Desa ialah lembaga pendidikan dan pembinaan dalam
persekutuan desa yang dengan pendidikan dan pembinaannya membawa rakyat desa ke taraf sosio-ekonomis dan kultural rohaniah tertentu, dengan
48
tujuan agar tiap pribadi dengan penuh tanggung dakwa dan tanggungjawab, dapat menyelesaikan tugas hidupnya dalam tiap situasi
hidup yang melingkunginya.
Selanjutnya Drs. B. Simanjuntak, SH dan Dra. I.L. Pasaribu 1986 : 79 juga menyebutkan bahwa sekolah desa mempunyai juga karakteristik umum
sebagai berikut: a. Sekolah Desa pada taraf permulaan lebih banyak memberikan
pembentukan, yang ditujukan kepada kemampuan manusia untuk dapat memenuhi hajat primer, baru setelah itu kepada hal-hal yang sekunder;
mula-mula ditujukan kepada keperluan-keperluan ekonomis, baru sesudah itu kepada hal-hal yang lebih bersifat kultural rohaniah. Pelajaran-
pelajaran dan tindakan-tindakan pendidikan lain mula-mula ditujukan kepada produktivitas dan efisiensi ekonomis. Untuk itu diberikan
keterampilan-keterampilan dan ilmu-ilmu yang perlu dalam kehidupan desa yang ekonomis mau maju.
b. Sekolah Desa langsung menghadapi soal kemajuan hidup dalam semua persekutuan hidup yang melingkungi sekolah tersebut. Usaha Sekolah
Desa itu mula mula ditujukan kepada masalah-masalah lokal. Kemudian baru mengenai masalah-asalah daerah yang luas. Usaha tidak terbatas
pada mengetahui soal dan ilmu, tetapi terutama mengenai kemampuan bertindak dalam mengatasi masalah desa itu. Para guru, pegawai
administrasi dan murid merupakan warga desa yang aktif dalam persekutuan hidup itu. Mereka bekerjasama dengan jawatan-jawatan dan
lembaga lain di desa dalam upaya upaya memecahkan dan mengatasi persoalan dengan yang dihadapi. Sering guru-guru sekolah Desa mesti
berlaku sebagai pemimpin, sebagai pembina pemuda desa dan orang dewasa.
c. Sekolah dewasa dipakai sebagai alat pendorong kemajuan dan alat perangsang pembangunan serta lembaga yang menjelaskan motif-motif
usaha perbaikan. Untuk itu lembaga tersebut perlu sedapat mungkin menjadi pusat ilmu dan keahlian tertentu yang boleh dicontoh oleh orang
desa. Kecakapan dan kesungguhan dalam usaha membangun desa mesti dicerminkan dalam aktivitas sekolah itu pada waktu menghadapi
persoalan desa, terutama dalam menggunakan tiap-tiap bahan yang ada di desa sendiri sesuai dengan kenyataan hidup. Sekolah desa boleh juga
dijadikan persekutuan model yaitu suatu “Model Community” yang akan memancarkan sinyal kemajuannya kesegenap penjuru desa yang
memerlukan kemajuan.
Kalau tiap pembangunan meminta sikap hidup “Planning minded”, real ecomomis, demokratis, cermat, giat, bertanggung jawab dan lain lain,
maka sekolah desalah yang mesti lebih dahulu meralisasikan nilai-nila yang mesti berlaku dalam desa yang mesti maju itu. Apabila pembangunan
desa meminta cara kerja yang lebih efisien, praktis, modern dan lain lain, maka cara-cara itu sebarnya mesti lebih dahulu nampak di sekolah desa
49
d. Rencana Pelajaran Sekolah Desa dirancangkan untuk turut memenuhi keperluan desa, hajat kehidupan rakyat desa, dengan memperhatikan
segenap aspek-aspeknya; sangat flexible dan sewaktu-waktu dapat berubah sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam desa
dengan keperluan-keperluan yang turut ditimbulkan oleh perubahan- perubahan itu. Realitas social dan masalah-masalahnya serta cita-cita dari
pembangunan desa merupakan beberapa dari factor-faktor yang banyak, yang turut memberikan dasar kepada penyusunan rencana pelajaran.Mata
pelajaran dan bahan-bahan pelajaran juga disesuaikan dengan keperluan lokal kebutuhan negara dan hazat umat manusia.
Walaupun rencana pelajaran akan berubah ubah, sesuai dengan perubahan perubahan di desa, tetapi dalam tiap perubahan akan selau tercantum
uraian yang maksud dan isinya bahwa murid-murid akan belajar memperoleh pengalaman-pengalaman sebagai berikut:
1. Mengumpulkan fakta fakta mengenai masalah dan sumber sumber desanya;
2. Melakukan percobaan percobaan serta bukti-bukti dalam mencari pemecahan masalah-masalah tersebut.
3. Mengambil bagian dalam ativitas-aktivitas rombongan dalam menyelidiki, meaporkan, dan planning.
4. Mengobservasi situasi desa untuk dihubungkan dengan masalah- masalahnya serta memikirkan metode-metode mengenai pemecahan
masalah semacam itu di desanya atau di desa lain. 5. Bekerja pada proyek-proyek individual dan proyek-proyek
kelompok untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. 6. Memakai unsur-unsur ilmiah dari pengajaran dalam memecahkan
soal-soal desa. e. Sekolah Desa merupakan tempat dimana anak-anak, pemuda dan orang
dewasa bekerjasama untuk menemukan, menganalisa, dan mengajukan penyelesaian soal-soal desa. Soal yang mula-mula diajukan ialah soal
yang urgen dan dekat dulu, setelah itu baru kepada masalah-masalah yang lebih jauh lihat juga b.
Tugas Sekolah Desa, pada soal-soal tertentu yang tidak dapat dipecahkannya, ada kalanya cukup dengan mengajukan soal-soal itu
kepada instansi lain yang lebih kompeten. Konsepsi penyelesaian soal desa merupakan hasil diskusi dan percobaan bersama. Akhirnya tiap
warga desa oleh usaha Sekolah Desa mesti merupakan anggota-anggota pembangun.Sekolah desa juga akhirnya mesti mengambil manfaat dari
pemecahan masalah itu yang dihasilkan oleh instansi lain, dengan demikian Sekolah Desa boleh menerima “service” dari instansi-instansi
lain dalam desa. pada d. sekolah yang memberikan service.
f. Selain dari menemukan dan menganalisa masalah-masalah persekutuan hidup, Sekolah Desa dapat juga diminta oleh persekutuan desa rencana
yang akan dicobakan dengan maksud memenuhi keperluan mereka, akan kecakapan menggunakan hasil-hasil diskusi.
Begitupun Sekolah Desa dapat meminta soal-soal yang perlu didiskusikan kepada tiap warga desa. Dengan demkian Sekolah Desa menjadi partner
pergaulan hidup desa yang lebih luas dan begitupun desa adalah partner
50
dari Sekolah Desa.Hal ini menimbulkan terjadinya relasi yang simbiotik mutualistis antara sekolah dan kehidupan di desa.
g. Sekolah Desa diregulasikan dengan cara yang memungkinkan usaha yang sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan yang mesti berlaku dalam pergaulan
hidup dimana sekolah itu berdiri. Begitulah dalam lingkungan hidup yang demokratis cara demokratis dan semangat koperatif yang menghargai
nilai pribadi manusia, merupakan nilai yang akan turut mendorong suburnya pertumbuhan sekolah desa. Sikap hidup tertentu yang akan
merupakan syarat bagi usaha pembangunan desa mesti turut mengisi suasana kehidupan dalam sekolah desa lihat d.
h. Para petugas dalam Sekolah Desa dan pergaulan hidup desa sedapat mungkin bersama-sama, sampai batas-batas tertentu, turut memberikan
corak kepada peranan sekolah tersebut dalam menghadapi masalah kesejahteraan desa dan turut memberikan suara dalam merancangkan
rencana pelajaran.
i. Pegawai Sekolah Desa dan tenaga-tenaga fungsional dalam desa bersama- sama mencari masalah-masalah desa untuk diajukan kepada sekolah agar
didiskusikan untuk mencari penyelesaiannya
guna kemudian disumbangkan kepada usaha-usaha pembangunan desa. Sekolah dan
warga-warga desa tidak usah saling menunggu dalam mencari masalah desa untuk disawalakan bersama-sama, dalam rangka usaha mereka
belajar dengan inisiatif sendiri, dengan motif-motif kepentingan bersama turut menyumbangkan tenaga mereka dalam gerakan pembangunan desa,
sesuai dengan kemampuan yang sudah ada padanya.
j. Sekolah Desa selain dari suatu lembaga yang dengan otonom dapat mencoba mengatasi soal desa, dapat juga bekerja sebagai coordinator
dalam situasi-situasi tertentu, dan mungkin juga berlaku sebagai anggota dari gabungan yang lebih luas yang bergerak dalam pembangunan desa.
Sekolah Desa sebenarnya bukan satu-satunya lembaga yang akan mengolah masalah-masalah desa tetapi disampingnya masih ada lembaga-
lembaga lain.Jikalau suatu pembangunan desa pada taraf tertentu sedang memusatkan perhatiannya kepada masalah pendidikan, maka lembaga-
lembaga lain harus tersangkut ke dalamnya.sehingga pada saat itulah Sekolah Desa bertindak sebagai koordinator.
k. Dalam rangka pembangunan desa, Sekolah Desa hanya merupakan penampung sumbangan-sumbangan dari lembaga-lembaga lain di desa
yang juga memerlukan pertolongan Sekolah Desa pada saat saat tertentu. Petugas-petugas Sekolah Desa tidak selamanya memiliki keahlian khusus
dalam ilmu tertentu dan sekolah ini tidak selalu memiliki benda-benda tertentu yang dipunyai oleh jawatan-jawatan lain. Pada saat sekolah desa
sedang memusatkan usahanya kepada proyek-proyek pertanian, maka akhirnya ia harus meminta pertolongan dari jawatan pertanian yang
mempunyai keahlian yang lebih khusus dan memiliki lebih banyak contoh dalam lapangan ini. Tetapi dengan jalan demikian juga jawatan pertanian
akan turut tertolong oleh Sekolah Desa dalam popularisasi ilmu pertanian yang elementer yang sesungguhnya menjadi tugasnya. Begitu juga halnya
dengan jawatan kehewanan, kehutanan, perikanan dan lain-lain.
51
l. Sekolah Desa mengarahkan juga minatnya kepada kerukunan tetanggaan dan persekutuan rumah; begitu juga dalam mencari pemecahan masalah-
masalah lokal, sebenarnya bukan saja untuk memenuhi tujuan-tujuan lokal, tetapi juga dalam rangka keinginan mencapai tujuan persekutuan
yang lebih luas.
Sesuai dengan sifat manusia pada umumnya, maka segenap usaha ditujukan dahulu kepada masalah-masalah yang paling dekat dan paling
urgen dalam lingkungan yang paling langsung berhubungan; kemudian perkembangan usaha itu makin lama makin luas dan makin dalam, jadi
dengan pertambahan radius yang kian lama kian besar. Perkembangan ini disejalankan dengan perkembangan orang-orang desa.
m. Sekolah Desa yang membawa nilai baru ke desa akan mendatangkan “cultural synthesis” yang mesti terjadi dalam tiap pembangunan desa.
Sekolah Desa yang implisit merupakan juga lembaga kebudayaan akan membawakan “alternatives” kepala desa yang sudah mempunyai susunan
“universals”. Karena itu akan terjadi dalam desa gejala sosio-kultural, dimana alternatives yang dibawakan sekolah itu diakui oleh pergaulan
hidup desa sebagai “universals” mungkin dengan corak baru karena pengaruh pola dasar yang sudah dimiliki desa itu. Inilah gejala akulturasi
atau transkulturasi yang mungkin saja terjadi. Dalam rangka pembangunan desa, Sekolah Desa akhirnya akan menimbulkan akulturasi
tadi. Ini memang konsekuensi yang wajar dari fungsi lembaga tersebut yang mesti mengadakan modernisasi dan dinamik dalam desa yang
sebelumnya biasa bersifat statis.
Dari hal tersebut diatas dapatlah dikatakan bahwa Sekolah Desa
merupakan sumber tenaga pembangkit yang amat vital dalam mencari penyelesaian masalah pembangunan desa dan memperbaiki kehidupan manusia
dalam tiap persekutuan hidup. Maksudnya adalah bahwa sekolah desa bukan saja untuk memperbaiki segolongan manusia tetapi kehidupan segenap manusia yang
terkurung dalam batas kemungkinan yang dimiliki sekolah itu. Juga bukan hanya untuk generasi sekarang melainkan juga bagi generasi yang akan datang. Sekolah
Desa harus berdasarkan situasi yang faktis riel dan tujuan sosial lingkungannya yang mungkin tercapai. Hal ini mengingat kondisi-kondisi yang telah ada di desa.
Pada dasarnya sekolah ini bersifat praktis, serasi hidup dan bercorak sosial inklusif.
52
Pendidikan dan pembinaan dalam sekolah desa mula-mula berupa latihan keterampilan dan ilmu-ilmu yang memungkinkan orang desa dengan berdiri
sendiri akan cakap mencapai taraf sosio-ekonomis yang sesuai dengan martabat manusia dan kemanusiaan. Kemudian usaha Sekolah Desa ditunjukkan kepada
pengangkatan taraf kultural rohaniah masyarakat desa, dengan tujuan terakhir dari pendidikan dan pembinaan yaitu: agar setiap pribadi yang hidup di desa dengan
penuh tanggung dakwa dan tanggungjawab dapat menyelesaikan tugas hidupnya, pertama-tama dalam situasi hidup di desanya, dan pada akhirnya dalam setiap
situasi hidup yang dimasukinya.
Menurut Philip H. Combs Manzoor Ahmed 1986 dalam bukunya
yang berjudul Memerangi Kemiskinan di Pedesaan melalui Pendidikan Non- Formal menyatakan bahwa:
Banyak sekali dan bercorak ragam kebutuhan akan pendidikan untuk usaha pembangunan pedesaan, namun untuk keperluan praktis seluruh
kebutuhan itu dapat dibagi dalam 4 empat kelompok: 1. Pendidikan Umum dan Dasar: melek-aksara, melek angka, pengertian
dasar mengenai ilmu pengetahuan dan lingkungan, dan sebagainya yang pada umumnya diusahakan oleh sekolah dasar dan sekolah
lanjutan umum.
2. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga: terutama dirancangkan untuk menyebarkan pengetahuan, keterampilan, dan watak yang bermanfaat
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, mencakup mata pelajaran seperti ilmu kesehatan, ilmu gizi, kepandaian rumah tangga dan
pengasuhan kanak-kanak, pemeliharaan dan penyempurnaan perumahan, keluarga berencana, dan sebagainya.
3. Pendidikan Kemasyarakatan: yang bertujuan mengokohkan dan menyempurnakan lembaga-lembaga pada proses-proses daerah dan
nasional melalui pengajaran tentang soal-soal pemerintah daerah dan negara, gerakan koperasi, proyek pembangunan masyarakat dan
sebagainya.
4. Pendidikan Kejuruan: dirancangkan untuk membina kepandaian atau keterampilan tertentu, yang berkaitan dengan berbagai kegiatan dalam
bidang ekonomi, dan yang berfaedah untuk mencari nafkah.
53
Ketersedian jalur Pendidikan Umum dan Dasar berupa pendidikan formal, pendidikan non formal dan Pendidikan Kejuruan berupa pendidikan
informal yang dilakukan oleh pemerintah, ditambah dengan program wajib belajar 9 sembilan tahun diharapkan nantinya akan menjadi wahana pemacu
semangat belajar masyarakat desa. Akan tetapi jalur pendidikan dimaksud juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah daerah dalam mengentaskan kebodohan
yang terdapat di daerahnya. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan Kemasyarakatan
adalah merupakan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kepedulian masyarakat kepada dirinya dan atau
lingkungannya. Pendidikan ini pada umumnya berupa pembinaan desa dan pembinaan kepemudaan di desa.
2.4. Tinjauan tentang Partisipasi Masyarakat