66
Irawan dan Suparmoko 1990:28 juga mengemukakan pendapatnya
tentang pembangunan desa bahwa :
Pembangunan Desa adalah sebagai suatu proses dimana orang-orang disitu bersama Pejabat Pemerintah untuk berusaha memperbaiki,
perekonomian,sosial dan kebudayaan dalam masyarakat yang bersangkutan, mengintegrasikan masyarkat ini dalam kehidupan bangsa
dan negara.
Davic C. Korten yang dikutip oleh Supriatna 1997:67 mengemukakan ada 3 tiga strategi dalam melakukan pembangunan Perdesaan yaitu :
1. Strategi pertumbuhan The Growth Strategy.Strategi pertumbuhan
umumnya dimaksudkan untuk mecapai peningkatan pendapatan perkapita penduduk, produktifitas sektr Pertanian, Permodalan,
Kesempatan kerja, dan peningkatan kemampuan konsumsi masyrakat perdesaan.
2. Strategi Kesejahteraan The Welfare Strategy.Strategi kesejahteraan
pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki taraf hidup atau kesejahteraan penduduk perdesaan melalui pelayanan dan peningkatan
program pembangunan sosial yang berskala besar atau nasional, seperti peningkatan pendidikan, perbaikan kesehatan dan gizi, penanggulangan
urbanisasi, perbaikan pemukiman penduduk, pembuatan sarana dan prasarana sosial lainnya, seperti transportasi, pendidikan, tempat-tempat
ibadah, dan fasilitas lainnya di perdesaan.
3. Strategi Tanggap Terhadap Kebutuhan Masyrakat The Responsive
Strategy Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang
dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan yang dirumuskan masyarakat sendiri dengan bantuan pihak luar self need and assistance
guna memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan teknologi dan sumber-sumber yang sesuai bagi kebutuhan proses pembangunan akibat
tidak tersedianya sumberdaya itu di perdesaan.
Selanjutnya Supriatna 1997:67 menyatakan bahwa Ke 3 tiga strategi
Pembangunan masyarakat desa tersebut diatas memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
1. Kelemahan pada strategi pertumbuhan adalah semakin melebarnya jurang pemisah antara kaya-miskin di perdesaan.
2. Kelemahan pada strategi kesejahteraan adalah justru menciptakan ketergantungan masyarakat sangat kuat kepada pemerintah, dan
sumber-sumber yang mereka butuhkan akan melampaui kemampuan pemerintah untuk memenuhinya.
67
3. Kelemahan pada strategi tanggap terhadap kebutuhan masyarakat sangat sulit untuk direalisasikan dan diadaptasikan dan
ditranformasikan karena terlalu idealis, sehingga sukar dilaksanakan secara efektif.
Menurut Rahardjo Adisasmita 2006 : 5 bahwa dalam pembangunan
pedesaan dihadapi banyak sekali hambatan dan di antaranya yang paling mendesak adalah sebagai berikut:
a. Memperkecil kesenjangan ketimpangan antara desa dan kota, dan antar pelaku pembangunan.
b. Merubah pola pembangunan dan pendekatan yang bersifat sentralistik dan sektoral menjadi terdesentralisasi, holistik dan partisipatif.
c. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia SDM aparat dan masyarakat untuk menunjang pembangunan dan pertumbuhan
pedesaan. d. Meningkatkan pembangunan prasarana fisik dan penyebarannya yang
mampu menjangkau ke berbagai pelosok. Rahardjo Adisasmita 2006 : 6 juga menyebutkan bahwa selain
hambatan yang mendesak di atas dapat pula diidentifikasikan hambatan lainnya yaitu :
i permasalahan dari segi kondisi rumah tangga, ii permasalahan dalam struktur ekonomi pedesaan,
iii permasalahan umum.
Hambatan dari segi kondisi rumah tangga di pedesaan adalah:
1. Banyaknya penduduk pedesaan yang kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar dalam pengelolaan usaha pertanian.
2. Banyaknya keluarga yang menggantungkan pada pertanian subsistem. 3. Banyaknya keluarga yang memiliki lahan marjinal atau luas lahan usaha
yang makin menyempit. 4. Banyaknya penduduk pedesaan berada dalam kondisi kemiskinan
struktural.
Hambatan dalam struktur ekonomi pedesaan secara umum adalah:
1. Lemahnya akses bagi petani dan nelayan terhadap input produksi dan jaminan pemasaran hasil produksi yang lebih pasti dan harga sepadan.
2. Semakin tidak seimbangnya nilai tukar produk pertanian dengan produk non pertanian yang menurunkan kemampuan memperoleh pendapatan
yang wajar disamping labilnya fluktasi harga komoditas pertanian di pasaran dalam negeri dan luar negeri.
Hambatan dalam kaitan dengan pemanfaatan potensi sumberdaya alam adalah:
1. Pengalihan pengusahaan tanah pertanian oleh masyarakat bukan penggarap atau masyarakat kota khususnya di Pulau Jawa.
68
2. Produktivitas lahan yang rendah akibat keterbatsan tenaga kerja untuk pengolahan lahan khususnya di Pulau Jawa.
3. Menurunnya kapasitas sumberdaya dukung lingkungan khusunya sumberdaya air di daerah-daerah yang beriklim dan tanah yang kering.
Kita ketahui bersama bahwa pembangunan pedesaan tersebut tersebar diseluruh pelosok daerah, ternyata lebih mengutamakan pembangunan ekonomi
dan kurang diimbangi kehidupan sosial yang demokratis dan berkeadilan. Pertumbuhan ekonomi pedesaan lebih banyak terfokus pada sektor pertanian,.
Struktur ekonomi pedesaan masih kurang seimbang antara sektor pertanian dan sektor industri. Hal ini mengakibatkan ketimpangan perekonomian masyarakat
kota dan pedesaan. Kemudian Rahardjo Adisasmita 2006 : 37 menyatakan bahwa Tujuan
Akhir dari Pembangunan Pedesaan adalah : Untuk meningkatkan kesejahteraaan penduduknya secara langsung dan
secara tidak langsung. Secara tidak langsung adalah untuk meletakkan dasar-dasar pembangunan yang kokoh untuk memperkuat pembangunan
daerah dan pembangunan nasional sebagai tujuan antara atau sasaran dari pembangunan pedesaan adalah mengupayakan agar desa-desa yang
merupakan satuan terkecil administrasi pemerintahan dapat memepercepat pertumbuhan tingkat keswadayaannya mencapai desa swasembada.
Untuk mengantisipasi adanya perbedaan persepsi mengenai sistem
klasifikasi dan tipologi desa di Indonesia, maka Pemerintah yang dalam hal ini Departemen Dalam Negeri, juga telah mengeluarkan peraturan berupa
INMENDAGRI nomor 11 Tahun 1972 , tentang Pelaksanaan Sistem
Klasifikasi dan Tipologi Desa di Indonesia. Selanjutnya penetapan Klasifikasi
dan Tipologi Desa dimaksud dilaksanakan berdasarkan keberhasilan
pembangunan dari suatu desa, yaitu sebagai berikut: 1.
Desa Swadaya, adalah desa yang sifatnya masih tradisional, dimana
adat istiadatnya mengikat, hubunagan antar manusia sangat erat, pengawasan sosial social control didasarkan atas kekeluargaan. Mata
69
Pencaharian penduduk pada sektor primer, tingkat teknologi masih sederhana sehingga produktivitas rendah, disetai keadaan prasana desa
yang masih langka dan sederhana. Dengan skor penilaian 7 – 11
2. Desa Swakarya, adalah desa yang setingkat lebih maju dari Desa
Swadaya, dimana adat istiadat masyarakat desa sedang mengalami transisi, pengaruh dari luar sudah mulai masuk ke desa, yang
mengakibatkan perubahan cara berpikir dan bertambahnya lapangan kerja di desa, sehingga mata pencaharian penduduk sudah mulai
berkembang dari sektor primer ke sektor sekunder, produktivitas mulai meningkat diimbangi dengan makin bertambahnya prasarana desa.
Dengan skor penilaian 12 – 16
3. Desa Swasembada, adalah desa yang desa yang setingkat lebih maju