Indikator yang Relatif tetap

69 Pencaharian penduduk pada sektor primer, tingkat teknologi masih sederhana sehingga produktivitas rendah, disetai keadaan prasana desa yang masih langka dan sederhana. Dengan skor penilaian 7 – 11 2. Desa Swakarya, adalah desa yang setingkat lebih maju dari Desa Swadaya, dimana adat istiadat masyarakat desa sedang mengalami transisi, pengaruh dari luar sudah mulai masuk ke desa, yang mengakibatkan perubahan cara berpikir dan bertambahnya lapangan kerja di desa, sehingga mata pencaharian penduduk sudah mulai berkembang dari sektor primer ke sektor sekunder, produktivitas mulai meningkat diimbangi dengan makin bertambahnya prasarana desa. Dengan skor penilaian 12 – 16

3. Desa Swasembada, adalah desa yang desa yang setingkat lebih maju

dari Desa Swakarya dimana adat istiadat masyarakat sudah tidak mengikat, hubungan antara manusia bersifat rasional, mata pencaharian penduduk sudah mulai beraneka ragam dan bergerak ke sektor tertier, teknologi baru sudah benar-benar dimanfaatkan di bidang pertanian, sehingga produktivitasnya tinggi, diimbangi dengan prasarana desa yang cukup. Dengan skor penilaian 17 – 21. Untuk mengklasifikasikan tingkat perkembangan dari setiap desa tersebut diatas, maka pemerintah juga telah membuat indikator tetentu sebagai bahan acuan dalam penetapan Tipologi desa. Adapun indikator tersebut telah tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri INMENDAGRI nomor 11 Tahun 1972, tentang Pelaksanaan Sistem Klasifikasi dan Tipologi Desa di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Indikator yang Relatif tetap

1 D = Density kepadatan penduduk 2 N = Natural keadaan alam. 3 U = Orbitasi letak desa terhadap pusat-pusat fasilitas kota b Indikator yang berkembang 1 E = Mata Pencaharian Penduduk 2 Y = Yield produksi desa 3 A = Adat Istiadat 4 L = Kelembagaan 5 Pd = Pendidikan 6 Gr = Gotong Royong 7 P = Prasarana Berpedoman pada INMENDAGRI nomor 11 Tahun 1972, tentang Pelaksanaan Sistem Klasifikasi dan Tipologi Desa di Indonesia tersebut diatas, 70 maka dapat diketahui bahwa perkembangan dan pembangunan desa dapat diukur melalui Tipologi desa. Di dalam INMENDAGRI tersebut di nyatakan bahwa Tipologi Desa Swasembada adalah tipologi yang paling baik dari pada tipologi desa lainnya. Kehadiran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diuraikan pada bab terdahulu, telah mendefenisikan bahwa desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui danatau dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di kabupatenkota. Hal ini mempunyai makna bahwa UU Nomor 32 Tahun 2004 memberikan dasar menuju self governing community yaitu suatu komunitas yang mengatur dirinya sendiri. Kemudian Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa, yang sekaligus juga merupakan pedoman umum pengaturan mengenai Desa yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah KabupatenKota. Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 63 pada Peraturan Pemerintahan PP No,.72 Tahun 2005, ditetapkanlah Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa, yang merupakan pedoman bagi Pemerintah Desa dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RPJM Desa dan Rencana Kerja Pembangunan Desa RKP Desa. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 66 Tahun 2007 tersebut ditetapkan bahwa Perencanaan pembangunan desa disusun dalam periode 5 lima tahun . Perencanaan pembangunan 5 lima tahun tersebut merupakan RPJM- 71 Desa yang memuat arah kebijakan keuangan desa, strategi pembangunan desa, program kerja desa, dan ditetapkan dengan peraturan desa. Kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pembangunan Desa RKP Desa untuk jangka waktu 1 satu tahun . Adapun RKP-Desa tersebut memuat: a. Kerangka ekonomi desa b. Prioritas pembangunan desa c. Rencana kerja, dan d. Pendanaan, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu pada RPJM-Desa. Selanjutnya Rencana Kerja Pembangunan Desa RKP-Desa tersebut ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa dan disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, pembangunan, pelaksanaan dan pengawasan. Rencana Kerja Pembangunan Desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 66 Tahun 2007 tersebut harus berdasarkan pada:

a. pemberdayaan, yaitu upaya untuk mewujudkan kemampuan dan

Dokumen yang terkait

Konflik Pemekaran Wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus:Konflik Horisontal yang Bersifat Laten di Desa Pagar Manik, Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai)

8 84 101

Kajian Potensi Ekowisata Mangrove di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

4 64 78

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

3 48 88

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 12

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 2

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 5

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 1 12

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 1 4

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove di Pantai Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 17

Analisis Pengaruh Fungsi Perlombaan Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 9