Besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan ini tentu lebih mengutamakan efisiensi investasi pada kegaitan yang dilakukannya. Karena dinas kelautan dan
perikanan bukan merupakan perusahaan swasta, sehingga keuntungan ekonomi bukan merupakan faktor yang diprioritaskan pada tujuan akhir dari kegiatan
tersebut, melainkan keuntungan sosial yang diutamakan. Hal ini berbeda dengan kegiatan yang dibangun oleh perusahaan swasta dimana lebih menitikberatkan
pada keuntungan ekonomi akhir dari kegiatan yang dilakukannya. Terdapat perbedaan antara pelaksana proyek yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan
swasta, hal ini dapat menyebabkan keterikatan dan koordinasi yang berbeda sehingga dapat membedakan biaya koordinasiadministrasi. Bila pelaksananya
pemerintah, mungkin efesiensi investasi bukan merupakan tujuan utama yang dinginkan, melainkan lebih mengarah pada keuntungan sosial yang akan
dihasilkan. Sebaliknya bila swasta sebagai pelaksana proyek lebih mengutamkan efisiensi investasi dengan tujuan akhir adalah keuntungan private profit yang
tinggi. Implikasinya, agar memperoleh keuntungan yang besar, pihak swasta tentu akan berupaya untuk memperkecil biaya administrasi dengan
memperpendek urusan administrasi atau memperkecil biaya sosial melalui “penghisapan” terhadap nelayan.
6.4 Indikator Keberhasilan
Ukuran - ukuran yang menjadi indikator keberhasilan kemitraan yang terbangun melalui program PEMP di Kota Ambon belum dirumuskan secara
tersurat. Namum berdasarkan penelusuran terhadap aspirasi dari setiap kelompok partisipan kelompok masyarakat pemanfaat, LEPP-M3, dinas
kelautan dan perikanan, konsultan manajemen kota KMK, tenaga pendamping desa TPD, mitra desa, bank dan instansi terkait lainnya, ternyata masing-
masing memiliki ukuran tersendiri terhadap keberhasilan kemitraan melalui program PEMP yang dilaksanakan di Kota Ambon. Ukuran keberhasilan tersebut
dibangun berdasarkan harapan-harapan yang diinginkan dalam program PEMP tersebut. Rincian tentang indikator keberhasilan kemitran bagi setiap partisipan
disajikan pada Tabel 33. Nampak bahwa harapan atau aspirasi keberhasilan kemitraan di kalangan partisipan meskipun dalam beberapa hal memiliki
kesamaan, tetapi terdapat pula beberapa perbedaan. Jika diasumsikan kedudukan setiap kriteria sama pentingnya bagi setiap kelompok partisipan maka
pencapaian target dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon dalam bermitra
dengan nelayan hanya sekitar 38,89 Rendahnya pencapaian target ini disebabkan nelayan belum mampu mengembalikan dana DEP.
Tabel 33. Indikator keberhasilan pelaksanaan kemitraan
No Kelompok Partisipan
Indikator Keberhasilan Nilai
1
2
3. Dinas kelautan dan
perikanan Kota Ambon Kelompok Masyarakat
Pemanfaat Instansi terkait
Bank, KMK, Mitra Desa, TPD
- Kelompok masyarakat
pemanfaat KMP dapat memanfaatkan dan memelihara
bantuan secara baik dan bertanggung jawab.
- Melalui kemitraan
program PEMP KMP mampu dan mandiri
dalam memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga
- Dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon melalui konsultan
manajemen kota KMK dapat memberikan pembinaan teknis
maupun manajemen secara intensif dan sistematis
- KMK mampu bekerja sama dengan instansi terkait untuk
menyediakan pasar bagi KMP -
Dana DEP tidak hanya diberikan untuk kebutuhan alat
tangkap tapi penyediaan sarana BBM bagi keperluan operasional
KMP mesti menjadi perhatian
- KMP mampu mengemblikan bantuan dana DEP bagi
opersional LEPP-M3 sehingga dapat digulirkan bagi kelompok
masyarakat lainnya
- DEP bantuan bagi KMP, dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pekerjaan yang pada gilirannya dapat membantu
pemenuhan kehidupan rumah tangga KMP
4
2
1
3 2
2
4
Sumber : Data primer diolah 2008
Ket : 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = kurang baik 2 = buruk 1 =sangat buruk Berdasarkan Tabel 33, nampak bahwa harapan atau aspirasi
keberhasilan kemitraan di kalangan partisipan meskipun dalam beberapa hal memiliki kesamaan, tetapi terdapat pula beberapa perbedaan. Jika diasumsikan
kedudukan setiap kriteria sama pentingnya bagi setiap kelompok partisipan maka pencapaian target dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon dalam bermitra
dengan nelayan hanya sekitar 38,89 Rendahnya pencapaian target ini disebabkan nelayan belum mampu mengembalikan dana DEP.
Sebenarnya yang menjadi harapan utama kelompok masyarakat pemanfaat KMP, adalah adanya pendapatan yang memadai. Hasil analisis
pendapatan diperoleh bahwa, usaha penangkapan khususnya purse seine belum sepenuhnya dapat diandalkan, dan bahkan semakin tidak menjanjikan
kehidupan yang lebih baik, meskipun dalam sistem bagi hasil ABK biasa mendapat porsi 33,33 . Atau 40 dan 50 .
Dari pihak instansi terkait bank, KMK, TPD dan mitra desa, harapan yang terealisir terhadap kemitraan usaha yang terbangun melalui program PEMP
hanya mencapai 33,33 . Rendahnya target yang tercapai, lebih disebabkan sikap dinas perikanan dan kelautan Kota Ambon yang belum melaksanakan
fungsinya secara baik. Hal ini lebih jauh berdampak pada ketidakmampuan KMP untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya melalui kemitraan. Dengan
demikian bila dilihat secara menyeluruh, maka keberadaan kemitraan ini belum memberi dampak yang optimal terhadap perbaikan pendapatan nelayan.
Penelaahan terhadap kriteria keberhasilan di atas, dapat dikatakan bahwa buruknya pendapatan KMP, disebabkan tidak berfungsinya pola
kemitraan sebagaimana diharapkan dalam aturan main. Indikasi terhadap hal itu tercermin pada tidak berjalanya kegiatan pembinaan terutama dari dinas
kelautan dan kelautan Kota Ambon. Nelayan tidak dipersiapkan dengan baik untuk mengelola usaha penagkapan mereka berdasarkan prinsip-prinsip
manajemen rasional. Selain itu intervensi dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon terlalu kuat, sehingga potensi nelayan tidak teraktualisasi dengan biak.
Kondisi tersebut secara akumulatif telah mempersulit terealisasinya harapan nelayan partisipan terhadap kemitraan usaha.
6.5 Persepsi dan Partisipasi Peserta Kemitraan