Sebenarnya yang menjadi harapan utama kelompok masyarakat pemanfaat KMP, adalah adanya pendapatan yang memadai. Hasil analisis
pendapatan diperoleh bahwa, usaha penangkapan khususnya purse seine belum sepenuhnya dapat diandalkan, dan bahkan semakin tidak menjanjikan
kehidupan yang lebih baik, meskipun dalam sistem bagi hasil ABK biasa mendapat porsi 33,33 . Atau 40 dan 50 .
Dari pihak instansi terkait bank, KMK, TPD dan mitra desa, harapan yang terealisir terhadap kemitraan usaha yang terbangun melalui program PEMP
hanya mencapai 33,33 . Rendahnya target yang tercapai, lebih disebabkan sikap dinas perikanan dan kelautan Kota Ambon yang belum melaksanakan
fungsinya secara baik. Hal ini lebih jauh berdampak pada ketidakmampuan KMP untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya melalui kemitraan. Dengan
demikian bila dilihat secara menyeluruh, maka keberadaan kemitraan ini belum memberi dampak yang optimal terhadap perbaikan pendapatan nelayan.
Penelaahan terhadap kriteria keberhasilan di atas, dapat dikatakan bahwa buruknya pendapatan KMP, disebabkan tidak berfungsinya pola
kemitraan sebagaimana diharapkan dalam aturan main. Indikasi terhadap hal itu tercermin pada tidak berjalanya kegiatan pembinaan terutama dari dinas
kelautan dan kelautan Kota Ambon. Nelayan tidak dipersiapkan dengan baik untuk mengelola usaha penagkapan mereka berdasarkan prinsip-prinsip
manajemen rasional. Selain itu intervensi dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon terlalu kuat, sehingga potensi nelayan tidak teraktualisasi dengan biak.
Kondisi tersebut secara akumulatif telah mempersulit terealisasinya harapan nelayan partisipan terhadap kemitraan usaha.
6.5 Persepsi dan Partisipasi Peserta Kemitraan
Pada dasarnya seseorang sebelum berpartisipasi terhadap suatu obyek, akan didahului oleh persepsinya terhadap objek tersebut, kemudian baru muncul
keterlibatan partisipasinya. Kecenderungan seseorang berpartisipasi pada suatu objek, sangat dipengaruhi oleh kemauan, kemampuan serta kondisi
lingkungannya. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan persepsi adalah pandangan atau opini dari kelompok masyarakat pemanfaat KMP yang dalam
hal ini adalah nelayan terhadap prosedur pelaksanaan kegiatan kemitraan tersebut. Persepsi nelayan dikelompokan dalam tiga kategori yaitu presepsi baik
kurang baik dan buruk. Persepsi yang baik ditunjukkan oleh pandangan yang
mendukung prosedur pelaksanaan kegiatan, sedangkan persepsi yang kurang baik dan buruk menunjukkan penilaian–penilaian yang kurang mendukung
program dan tidak mempunyai opini terhadap program. Sementara partisipasi merupakan keterlibatan nelayan dalam kegiatan yang dilakukan pada proyek
kemitraan. Dari ke-102 peserta kemitran yang diwawancarai dalam penelitian ini,
ditemukan bahwa ada perbedaan persepsi di antara para nelayan peserta kemitraan. Sebanyak 19 peserta memiliki persepsi baik, sedangkan 83 peserta
lainnya memiliki persepsi kuang baik dan buruk tidak mendukung mekanisme program pemberian kredit yang dilakukan LEPP-M3
Perbedaan persepsi ini disebabkan karena perbedaan latar belakang dari nelayan peserta, situasi dan kondisi nelayan. Bila dikaji dari latar belakang,
situasi dan kondisi nelayan peserta di lokasi penelitian ternyata pengalaman dan tingkat pendidikan akan turut mempengaruhi peserta dalam menanggapi proyek
kemitraan tersebut. Persepsi dan partisipasi nelayan peserta ditunjukkan pada Tabel 34.
Tabel 34. Persepsi dan partisipasi kelompok masyarakat pemanfaat KMP terhadap kemitraan
Prosedur Persepsi Partisipasi
Baik Kurang Baik
Buruk Jumlah Persen
Pembentukan Kelompok 19 49 34 100 100
Pembinaan dan Pelatihan 12
38 52
65 65
Penyaluran bantuan 12
43 47
76 76
Pengembalian kredit
18 36 48 18 18
Sumber : Data primer diolah 2008
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta mendukung terhadap program dan prosedur kegiatan pembentukan kelompok, pembinaan dan
pelatihan serta penyaluran bantuan kredit. Peserta yang berpartisipasi terhadap kegiatan tersebut sebesar 64,75 . Besarnya persepsi dan tingkat partisipasi
dari peserta mengindikasikan bahwa mereka memiliki keinginan dan kesadaran untuk mengembangan usaha penangkapan mereka, sehingga lewat kegiatan ini
dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perubahan tingkat pendapatan mereka yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan
keluarga. Hal ini juga ditunjang oleh tingkat pemahaman dari nelayan tersebut, karena pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya. Sementara yang tidak
mendukung terhadap program dan prosedur pembentukan kelompok, pembinaan dan pelatihan serta penyaluran bantuan, disebabkan tingkat pemahaman yang
masih rendah. Tingkat partisipasi peserta terhadap prosedur pengembalian kredit lebih
rendah dari pada presepsi peserta pada lokasi penelitian. Hal ini dapatlah dipahami bahwa adanya suatu anggapan selama ini bahwa bantuan dari
pemerintah maupuan perusahaan tidak begitu penting untuk dikembalikan. Berdasarkan kesepakatan perjanjian, prosedur pengembalian kredit didasarkan
pada pola bagi hasil setiap kali operasi penangkapan. Namun dari hasil penelitian, ditemukan bahwa prosedur ini tidak berjalan sesuai yang diharapkan,
karena pengawasan dan pihak LEPP-M3 sangat jarang dan ketua kelompok tidak diberi insentif untuk menarik sistem bagi hasil yang diterapkan. Hal lain
yang mempengaruhi tingkat partisipasi dari peserta dalam pengembalian kredit adalah faktor musim yang terjadi. Banyak dari nelayan yang tidak dapat melaut
karena kondisi laut yang tidak memungkinkan, sehingga hampir sebagian besar nelayan belum dapat melakukan pengembalian kredit sebagaimana yang
diharapkan.
7 PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KEMITRAAN PERIKANAN TANGKAP
7.1 Kondisi Sumberdaya Kelembagaan Kemitraan 7.1.1 Pengembangan Visi PEMP