Keadaan Umum Perikanan Kota Ambon

per km. Sementara secara keseluruhan tercatat kepadatan penduduk di Kota Ambon meningkat menjadi sebesar 757 penduduk per km dari sebelumnya sebesar 732 jiwa per km. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Jumlah penduduk dan rumah tangga, kepadatan penduduk dan rata- rata jiwa per rumah tangga di Kota Ambon dirinci per kecamatan No Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah RT Kpdtn pend km 2 Rata-Rata Jiwa dalam RT 1 Nusaniwe 82.760 16.793 936,83 4,93 2 Sirimau 105.010 20.758 1.209,65 5,06 3 Teluk Ambon 27.990 5.983 298,78 4,68 4 T.A. Baguala 47.149 9.590 1.175,49 4,92 5. Leitimur Selatan 9.063 1.853 179,46 4,89 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Ambon 2008 Berdasarkan data ketenagakerjaan hasil survei angkatan kerja nasional Tahun 2008, tercatat jumlah penduduk Kota Ambon usia kerja 15 tahun ke atas sebanyak 171.203 jiwa, dimana 96.846 jiwa termasuk angkatan kerja, dengan 81,62 diantaranya adalah penduduk bekerja. Sebanyak 64,08 bursa tenaga kerja yang ada diisi tenaga kerja laki-laki. Lebih jelas mengenai komposisi berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Penduduk usia kerja 15 tahun ke atas menurut kegiatan utama dan jenis kelamin di Kota Ambon No Kegiatan Utama L P Jumlah 1 Angkatan Kerja 59.871 61,82 36.975 38,18 96.846 - Bekerja 50.648 64,08 28.393 35,92 70.041 - Penganguran terbuka 9.223 51,80 8.582 48,20 17.805 2 Bukan Angkatan Kerja 25.984 39,94 48.373 65,06 74.357 - Sekolah 16.991 53,92 14.523 46,08 31.514 - Mengurus Rumah Tangga 5.093 14,01 31.250 36.343 - Lainnya 3.900 60,00 2.600 85,99 6.500 Jumlah 2007 85.855 50,15 85.343 40,00 171.203 2006 81.858 48,64 86.451 51,36 168.309 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Ambon 2008

2.6.6 Keadaan Umum Perikanan Kota Ambon

Rumah tangga perikanan yang tercatat pada dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon pada Tahun 2008 tidak mengalami perubahan yatiu tetap sebanyak 3.378 rumah tangga, namun jumlah perahu tanpa motor yang dimiliki bertambah sebesar 62,87 dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi sebanyak 1.829 buah dari sebelumnya 1.123 buah. Pada Tahun 2008, jumlah perahukapal penangkapan ikan di pusat pendaratan Kota Ambon tercatat 1834 buah, dibandingkan dengan Tahun 2007, terdapat peningkatan yang cukup berarti, yaitu sebesar 11,35 . Produksi perikanan Tahun 2008 sebanyak 19.919,51 ton, dengan nilai produksi sebesar Rp 63.965.805.000. Produksi tersebut mengalami peningkatan drastis dari Tahun 2007, yaitu sebesar 83,21 . Namun jika dilihat dari nilai produksinya, terlihat peningkatan yang dihasilkan sebesar 39,26 . Berbeda dari tahun sebelumnya, pada Tahun 2008, produksi perikanan terbesar dihasilkan dari Kecamatan Nusaniwe yaitu sebesar 42,86 dari total produksi Kota Ambon. Sementara produksi yang terendah dihasilkan dari Kecamatan Teluk Ambon sebesar 8,23 dari total produksi. 1 Potensi Sumberdaya Ikan Pelagis di Kota Ambon Perairan Teluk Ambon Dalam TAD memiliki luas kurang lebih 11,03 km 2 , sedangkan perairan yang merupakan habitat sumberdaya ikan pelagis adalah seluas kurang lebih 9,387 km 2 . Jenis-jenis ikan pelagis yang umumnya dijumpai di perairan ini adalah ikan-ikan yang tergolong dalam kelompok jenis sumberdaya ikan pelagis kecil seperti ikan puri putih Stolephorus indicus, puri merah Stolephorus heterolobus, make Sardinella spp., lompa Thrisina baelama, buarao Selaroides sp. dan lematatari Rastrelliger kanagurta, sementara jenis-jenis ikan pelagis besar seperti cakalang Katsuwonus pelamis dan tatihu Thunnus albacares tidak dijumpai di perairan ini. Perairan Teluk Ambon Luar TAL yang termasuk dalam wilayah Kota Ambon adalah seluas 98,78 km 2 . Terdapat lima jenis ikan yang mendominasi hasil tangkapan armada penangkapan pukat cincin dan jaring insang hanyut di perairan ini, yakni ikan momar Decapterus spp., kawalinya Selar crumenopthalmus ikan komu Auxis thazard, Euthynnus affinis, dan lema Rastrelliger spp., sedangkan jenis-jenis ikan yang hadir tetapi dengan frekuensi dan kelimpahan yang rendah adalah ikan make Sardinella spp., ikan puri Stolephorus spp. dan paperek Leiognatus spp.. Ikan momar dan kawalinya hadir sepanjang tahun, ikan komu umumnya hadir pada pertengahan musim Timur Juni dan Juli tapi kadang-kadang sangat melimpah pada awal hingga pertengahan musim Barat November – Januari. Ikan lema lebih banyak berada pada perairan dekat pantai dan ditemukan sepanjang tahun, sedangkan ikan make, ikan puri dan ikan paperek umumnya hadir pada musim Timur. Sama seperti di Teluk Ambon Bagian Dalam, di Teluk Ambon Luar juga jarang ditemukan ikan pelagis besar seperti cakalang dan tatihu. Sumberdaya ikan pelagis yang terdapat di wilayah perairan Teluk Baguala hanyalah jenis-jenis dari kelompok sumberdaya pelagis kecil. Jenis ikan pelagis tersebut adalah ikan kawalinya Selar crumenopthalmus, momar Decapterus macrosoma, D. russelli., make Sardinella fimbriata, S. melanura., komu Auxis thazard, lema Rastrelliger spp., teripuri Stolephorus spp, Encrasicholina spp. Wilayah perairan Selatan Kota Ambon adalah perairan dengan sifat oseanis seluas 241,1 km 2 . Jenis-jenis ikan pelagis kecil yang dominan yang ditemukan di wilayah perairan ini adalah, ikan momarlayang Decapterus spp., kemudian diikuti oleh ikan kawalinyaselar Selar crumenopthalmus dan komutongkol Auxis thazard, ikan terbang Cypsilurus spp. dan ikan tola Elagatis spp., selain itu jenis pelagis kecil bukan-ikan non-ikan yang dijumpai adalah cumi-cumi Loligo spp.. Sumberdaya ikan pelagis besar yang umumnya terdapat di perairan Selatan Ambon adalah cakalang dan tatihu atau tuna. Untuk mengetahui biomassa stok sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan ini dalam skala waktu yang lebih luas, maka dilakukan kajian dengan pendekatan model Cadima, dengan asumsi dasar bahwa antara hasil tangkapan rata-rata per upaya penangkapan CPUE dengan biomassa stok memiliki hubungan linier, dan kematian alami sebesar 50 pada populasi sumberdaya yang diestimasi. Hasil pendekatan dengan model tersebut diperoleh nilai kelimpahan sebesar 701,57 tontahun dengan nilai MSY sebesar 350,79 tontahun. Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Teluk Ambon pada umumnya menggunakan alat pukat cincin mini yang dominan, bagan, redi, dan jaring insang dasar, dengan tingkat pemanfaatan sebesar 181,68 tontahun. Hal ini menggambarkan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan ini baru mencapai 51,79 dari nilai MSY. Dari nilai ini maka peluang peningkatan pemanfaatannya adalah sebesar 169,11 ton per tahun. Hasil survei dengan metode hidroakustik pada Musim Barat diperoleh nilai kepadatan rata-rata sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan ini adalah sebesar 4,790 tonkm 2 atau kelimpahannya sebesar kurang lebih 392 tonbulan dengan nilai MSY sekitar 196 tonbulan. Pengusahaan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Teluk Ambon Luar umumnya menggunakan alat-alat tangkap pukat cincin, jaring insang hanyut, pancing berangkai pancing tonda dan bagan, dengan produksi mencapai sekitar 158 tonbulan. Hal ini berarti tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di Teluk Ambon Luar yang termasuk dalam wilayah perairan Kota Ambon sudah mencapai 80,61bulan. Volume produksi didominasi oleh unit- unit pukat cincin 88,03 , ≈ prosuksi12 unit pukat cincin dari total produksi unit- unit penangkapan yang beroperasi di perairan ini. Unit-unit penangkapan pukat cincin dalam operasionalnya umumnya menggunakan rumpon sebagai alat bantu penangkapan dengan nilai catch per unit effort CPUE sebesar 450 kg. Dari nilai tingkat pemanfaatan di atas, maka pengusahaan sumberdaya ikan pelagis kecil di Teluk Ambon Luar masih dapat dikembangkan. Untuk mencapai nilai MSY tersebut, maka dapat ditambah jumlah unit-unit penangkapan yang total produksinya kurang lebih sebesar 38 tonbulan. Kepadatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan ini adalah sebesar 0,434 tonkm 2 dengan nilai kelimpahannya sebesar 24,196 tonbulan atau nilai MSY sebesar 12,10 tonbulan. Pengusahaan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Teluk Baguala umumnya menggunakan bagan yang dominan, jaring insang hanyut, jaring insang lingkar khusus untuk menangkap ikan lema, pancing tangan, pancing tonda dan tangguk, sebesar 5,32 tonbulan. Hal ini berarti tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil telah mencapai 49,97 dari nilai MSY. Dengan demikian, peluang pengembangan pemanfaatan sumberdaya pelagis kecil di perairan Teluk Baguala hanyalah sekitar 6,78 tonbulan. Kepadatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Selatan Kota Ambon adalah sebesar 4,1312 tonkm 2 atau kelimpahannya sebesar kurang lebih 996,03 tonbulan dengan nilai MSY sebesar 498,02 tonbulan dan sumberdaya ikan pelagis besar di perairan ini adalah sebesar 2,574 tonkm 2 atau kelimpahan sekitar 620,59 tonbulan dengan nilai MSY sebesar 310,30 tonbulan. Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Selatan Kota Ambon umumnya dengan menggunakan alat tangkap pukat cincin yang dominan, jaring insang hanyut dan pancing berangkai adalah sebesar 53,459 tonbulan atau 10,73 dari nilai MSY. Intensitas penangkapan ikan pelagis kecil yang tinggi di perairan ini terjadi pada Musim Barat Oktober–Maret sedangkan yang rendah terjadi pada Musim Timur April–September, karena kondisi laut yang tidak memungkinkan untuk operasi penangkapan. Produksi sumberdaya pelagis kecil masih memiliki peluang pengembangan sekitar 444,561 tonbulan lagi untuk mencapai nilai MSY di perairan ini. Pengusahaan sumberdaya ikan pelagis besar diperairan ini umumnya menggunakan huhate pole and line dan pancing tonda dengan produksi mencapai 127,113 tonbulan atau 40, 96 dari titik MSY. CPUE dari unit-unit huhate adalah sebesar 1.634 kg untuk cakalang dan 814 kg untuk tuna, sedangkan CPUE dari unit-unit pancing tonda sebesar 48,5 kg untuk ikan tuna dan 17, 13 kg untuk ikan cakalang. Produksi sumberdaya ikan pelagis besar di perairan Selatan Kota Ambon memiliki peluang peningkatan sekitar 161,702 tonbulan lagi untuk mencapai nilai MSY sumberdaya ikan tersebut di perairan ini. Pengusahaan sumberdaya ikan pelagis besar di perairan ini dapat dilakukan sepanjang tahun. 2 Potensi Sumberdaya Ikan Demersal di Kota Ambon Luas perairan yang merupakan habitat sumberdaya ikan demersal di perairan Teluk Ambon Dalam adalah kurang lebih 5,965 km 2 . Spesies-spesies ikan demersal yang terdapat di perairan ini adalah ikan gurara Lutjanus spp., ikan bijinangka Parupeneus spp., ikan kapas-kapas Gerres spp., kerapu Epinephelus spp., gaca Lethrinus spp. dan lain-lain. Luas perairan yang merupakan habitat sumberdaya ikan demersal di perairan Teluk Ambon Luar adalah kurang lebih 72, 69 km 2 . Spesies-spesies ikan demersal yang terdapat di perairan ini adalah ikan ikan bae Etelis spp. ikan silapa Pristipomoides spp. gurara Lutjanus spp., kerapu Epinephelus spp. dan Cephalopholis spp., bijinangka Parupeneus spp., gaca Lethrinus spp. dan lain-lain. Luas perairan yang merupakan habitat sumberdaya ikan demersal di perairan Teluk Baguala adalah kurang lebih 20, 731 km 2 . Spesies-spesies ikan demersal bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan ini adalah ikan silapa Pristipomoides spp., kakap merah Lutjanus malabaricus gurara Lutjanus spp., kerapu Epinephelus spp., Cephalopholis spp. dan Variola sp., bijinangka Parupeneus spp., gaca Lutjanus sp. dan lain-lain. Luas perairan yang merupakan habitat sumberdaya ikan demersal di perairan Selatan Kota Ambon adalah kurang lebih 167,413 km 2 . Spesies- spesies ikan demersal terdiri dari ikan bae Etelis spp. ikan silapa Pristipomoides spp. gurara Lutjanus spp., kerapu Epinephelus spp. dan Cephalopholis spp., bijinangka Parupeneus spp, gaca Lethrinus spp. dan lainnya. Estimasi kelimpahan sumberdaya ikan demersal di perairan Teluk Ambon Dalam hingga saat ini belum dilakukan. Pengusahaan sumberdaya ikan demersal di perairan ini umumnya dilakukan nelayan dengan menggunakan alat tangkap jaring insang dasar, bubu dan pancing, dengan tingkat pemanfaatan rata-rata sebesar 9,82 ton per bulan. Nilai kelimpahan kelompok jenis sumberdaya ikan demersal di perairan TAL diduga sebesar kurang lebih 47,446 ton per bulan dengan nilai MSY sebesar 23,723 ton per bulan. Pengusahaan sumberdaya ikan demersal di perairan Teluk Ambon Luar umumnya dilakukan nelayan menggunakan alat tangkap pancing tegak dan jaring insang dasar, dengan tingkat pemanfaatan sebesar 11,490 ton per bulan atau 48,43 dari nilai MSY-nya. Dengan demikian, peluang pemanfaatan kedepan untuk mencapai nilai MSY adalah sebesar 12, 233 ton per bulan. Hasil estimasi diperoleh nilai kepadatan kelompok sumberdaya ikan demersal di perairan Teluk Baguala sebesar 0,614 tonkm 2 , atau nilai kelimpahan sebesar 12,734 ton per bulan dengan nilai MSY 6,367 ton per bulan. Pengusahaan sumberdaya ikan demersal di perairan ini umumnya dilakukan nelayan menggunakan alat tangkap pancing tegak, dengan tingkat pemanfaatan sebesar 4,5 ton per bulan atau 70,67 dari nilai MSY-nya. Dengan demikian untuk mencapai nilai MSY tersebut masih memerlukan peningkatan produksi sebesar kurang lebih 1,867 ton per bulan lagi. Nilai kepadatan sumberdaya ikan demersal di perairan Selatan Kota Ambon sebesar 1,076 tonkm 2 atau kelimpahannya sebesar kurang lebih 180,071 ton per bulan dengan nilai MSY sebesar 90,036 ton per bulan. Pengusahaan sumberdaya ikan demersal di perairan Selatan Kota Ambon umumnya dilakukan nelayan menggunakan alat tangkap jaring insang dasarlingkar dan pancing tangan, dengan tingkat pemanfaatan tergolong masih rendah yakni kurang lebih 10,059 ton per bulan atau 11,17 dari nilai MSY. 3 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Pemikiran