3 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Pemikiran
Ketersediaan potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki oleh perairan sekitar Pulau Ambon, belum didukung sepenuhnya oleh kemampuan
sumberdaya manusia yang cukup dan dapat mengelolanya dengan baik. Penguasaan teknologi dan manajemen di bidang perikanan dan kelautan yang
dimiliki oleh masyarakat pesisir di Kota Ambon masih belum cukup untuk dapat memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang tersedia. Di
lain sisi ketersediaan modal untuk menggairahkan kegiatan ekonomi dibidang perikanan dan kelautan juga belum sepenuhnya dapat terpenuhi. Penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan usaha masyarakat yang mendiami pesisir Kota Ambon masih bersifat tradisional dan hanya dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari sehingga masih diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitas usaha yang dimiliki oleh masyarakat. Berbagai upaya
yang telah ditempuh untuk mengatasi kendala ini, antara lain dengan penyediaan fasilitas kredit oleh pemerintah daerah melalui lembaga perbankan.
Namun akses nelayan kecil untuk memperoleh bantuan modal sangat terbatas, diikuti pula oleh berbagai persyaratan yang sulit dipenuhi oleh nelayan seperti
tingkat suku bunga yang tinggi. Kehadiran program PEMP melalui kemitraan yang dibangun oleh dinas kelautan dan perikanan adalah merupakan upaya
yang dilakukan untuk memberdayakan nelayan di kota ini. Berkaitan dengan kehadiran program PEMP melalui kemitraan usaha
yang dibangun, adalah merupakan hal yang mesti menjadi pemahaman awal dari setiap komponen yang terlibat adalah konsep kemitraan. Hal ini menjadi urgen
untuk dipahami oleh setiap stakeholders yang terlibat dalam program ini, agar dalam implementasinya dapat dilaksanakan secara tepat. Konsep kemitraan
yang dirumuskan berdasarkan pada aturan main dan organisasi pelaksananya. Aturan main merupakan landasaan hukum yang mengarahkan berbagai
stakeholders yang terlibat di dalamnya, sementara organisasi pelaksana berperan dalam mengatur job description dari setiap orang, agar mereka
memahami tugas dan tanggungjawabnya. Aturan main dan organisasi pelaksana dari konsep kemitraan yang
dibangun, tentunya akan menciptakan prosedur dan mekanisme pelaksanaan kemitraan yang baik. Implementasi dari program kemitraan tersebut tidak akan
berlangsung secara baik jika proses sosialisasi tidak berlangsung secara teratur, proses pembinaan yang kontinu dan proses monitoring dan evaluasi yang
dilakukan pada berbagai tahapan, sehingga dapat mengetahui kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam program tersebut, agar dapat diambil langkah-
langkah strategis untuk perbaikannya pada setiap tahapan pelaksanaannya. Prosedur dan mekanisme pelaksanaan kemitraan yang terjadi akan melahirkan
bentuk atau pola dan strategi kemitraan yang dikembangkan, yang selanjutnya akan membentuk karakteristik dari kemitraan tersebut.
Dengan adanya prosedur dan mekanisme pelaksanaan kemitraan yang baik, akan memberikan dampak positif terhadap kinerja kemitraan. Komponen
yang menjadi penentu terhadap kinerja kemitraan tercermin dari pendapatan kelompok masyarakat pemanfaat dalam hal ini nelayan peserta kemitraan yang
akan meningkat, biaya-biaya transaksi yang terjadi dalam program kemitraan tersebut dan kriteria keberhasilannya serta partisipasi dan persepsi nelayan
terhadap kemitraan tersebut. Persepsi dan partisipasi dari nelayan peserta kemitraan dapat bersifat positif maupun negatif dan berubah-ubah sesuai kondisi
atau perkembangannya. Perbedaan persepsi dan partisipasi nelayan peserta terhadap paket bantuan yang diberikan penyaluran saran produksi, pelatihan
dan pembimbingan ternyata akan berdampak pada keberhasilan nelayan peserta dalam mengembangkan usaha penangkapannya, sekaligus berdampak
pada pengembalian kredit. Tingkat keberhasilan nelayan peserta di dalam mengembangkan usaha penangkapannya, tercermin pada tingkat
pendapatannya. Variabel-variabel kemitraaan usaha yang diperkirakan mempengaruhi pendapatan nelayan adalah 1 biaya operasional. Bila biaya
operasional tersedia secara memadai maka trip penangkapan biasanya lebih lama dan lebih jauh jangkauan penangkapannya. 2 jumlah produksi merupakan
salah satu komponen utama yang menentukan jumlah perolehan pendapatan nelayan. 3 harga jual, memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam
meningkatkan pendapatan nelayan. Semakin tinggi harga jual maka pendapatan nelayan akan semakin tinggi pula. 4 kegiatan pembinaan, adalah merupakan
salah satu komponen dalam kemitraan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan nelayan dalam melakukan penangkapan dan manajemen usahanya.
5 pengalaman menjadi nelayan, semakin banyak pengalaman yang didapat, akan sangat berpengaruh terhadap kemungkinan memperoleh jumlah tangkapan
yang besar. 6 umur juga sangat berpengaruh terhadap kinerja nelayan,
sehingga pada gilirannya berdampak terhadap hasil tangkapan yang diperoleh. 7 status nelayan yang terlibat akan berimplikasi terhadap perbedaan proporsi
yang diperoleh dalam sistem bagi hasil, sehingga secara langsung berpengaruh terhadap tingkat perolehan pendapatan nelayan.
Seluruh komponen untuk meningkatkan kinerja kemitraan, mesti ditunjang dengan kondisi kelembagaan kemitraan yang mampu memberikan suasana yang
saling menguntungkan. Dengan demikian pengembangan kapasitas kelembagaan kemitraan harus diarahkan untuk merancang program
pengembangan kelembagaan kemitraan yang mampu memberikan manfaat bagi peningkatan produktivitas kelembagaan, kualitas dampak positif kelembagaan
terhadapa lingkungan semakin baik, kenyamanan tempat bekerja meningkat dan keberlangsungan kelembagaan lebih terjamin.
Dengan adanya kemitraan tersebut sangat diharapkan secara ekonomi akan berdampak pada peningkatan pendapatan nelayan sehingga pada
gilirannya kehidupan ekonomi dan kesejahteraan nelayan lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu tentunya program kemitraan akan mempunyai
dampak sosial terhadap masyarakat sekitarnya terutama terhadap perubahan pola penangkapan. Kerangka pemikiran penelitian ini
disajikan pada Gambar 4.
3.2 Hipotesis