4.4.5 Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Kemitraan
Sebagai dasar dari keseluruhan analisis pengembangan kapasitas kelembagaan ini ialah tahapan-tahapan analisis
Institutional Development Framework IDF atau sering juga disebut dengan Kerangka Kerja
Pengembangan Institusi KKPI yang adopsi dari Kirana dan Malik 2000. Analisis ini dibangun secara bertahap masing-masing : 1 menyusun matriks
Kerangka Kerja Pengembangan Institusi KKPI, 2 kalkulasi perkembangan institusi dan analisis grafis profil perkembangan institusi, 3 penentuan prioritas
komponen kunci yang meliputi : skoring dan ranking prioritas, dan 4 perencanaan pengembangan institusi.
1 Menyusun Matriks Kerangka Kerja Pengembangan Institusi KKPI
Penyusunan matriks KKPI dilakukan dengan penentuan Komponen Sumber Daya Institusi KSDI yang memiliki Karakteristik Sumber Daya KSD
tersendiri dengan komponen kuncinya KK masing-masing. Secara teknis muatan KSDI, karakteristik dan komponen kunci untuk penelitian ini dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1 KSDI : Pengembangan Visi
1. KSD : struktur badan pengelola, dengan komponen-komponen kunci antara lain : pengakuan hukum, dewan pembina yang diakui, kebijakan operasional,
peran aktif dan memajukan lembaga 2. KSD : misi Lembaga, dengan komponen-komponen kunci antara lain: visi
lembaga dan pernyataan misi 3. KSD : otonomi dengan komponen kunci : advokasi
2 KSDI : Sumber Daya Manajemen
1. KSD : model kepemimpinan dengan komponen-komponen kunci meliputi : alur pembuatan keputusan dan partisipasi.
2. KSD : perencanaan dengan komponen-komponen kunci meliputi : strategi jangka panjang, alur perencanaan, implikasi pada sumber daya, dan
perencanaan sebagai alat yang bermanfaat 3. KSD : manajemen partisipatif dengan komponen-komponen kunci meliputi :
pelimpahan wewenang yang memadai, layanan masyarakat, partisipasi kelompok, kesamaan kepentingan, transparansi, jender dalam pengambilan
keputusan, pengguna sumberdaya pengambilan keputusan, konsultasi dengan masyarakat dan aliran komunikasi
4. KSD : sistem manajemen dengan komponen-komponen kunci meliputi : sistem personalia, sistem kearsipan dan prosedur administrasi
5. KSD : sistem monitoring dan evaluasi dengan komponen-komponen kunci meliputi : sistem monitoring dan evaluasi yang terintegrasi, sistem monitoring
pengelolaan sumberdaya perikanan yang melibatkan masyarakat, dan umpan balik dari penerima manfaat program
3 KSDI : Sumber Daya Manusia
1. KSD : pengembangan dan ketrampilan staf dengan komponen-komponen kunci meliputi : kemampuanketrampilan, partisipasi staf dalam manajemen,
keahlian staf, pengembangan potensi, dan penilaian kinerja. 2. KSD : keterwakilan masyarakat lokal dengan komponen-komponen kunci
meliputi : pengangkatan staf lokaljender, komposisi staf, dan komposisi dewan pembina.
4 KSDI : Sumber Daya Keuangan
1. KSD : pengelolaan keuangan dengan komponen-komponen kunci meliputi : anggaran digunakan sebagai alat manajemen, kesehatan keuangan,
transparansi keuangan, pengendalian kas, audit, pemisahan pendanaan, keamanan pendanaan, penghimpunan dana dan kesanggupan keuangan.
5 KSDI : Sumber Daya Kemitraan
1. KSD : kemitraanhubungan masyarakat dengan komponen-komponen kunci meliputi : publik mengenali organisasi, kemampuan bekerjasama dengan
masyarakat lokal, advokasi masyarakat lokal, komunikasi badan pengelola, kemampuan bekerja dengan pemerintah, kemampuan untuk mengakses
sumber daya lokal, dan kemampuan kerjasama dengan lembaga lain.
6 KSDI : Isu-Isu Spesifik Pengelolaan Sumber Daya Perikanan
1. KSD : isu spesifik pengelolaan sumber daya perikanan dengan komponen- komponen kunci meliputi : pengambilan keputusan dalam pengelolaan SDP,
praktek-praktek pengelolaan SDP, resolusi konflik atas SDP, dan pelaksanaan peraturan pengelolaan SDP.
Seluruh sumber daya dan karakteristik serta komponen kunci dari institusi yang telah diuraikan tesebut di atas, selanjutnya dituangkan dalam
Matriks KKPI dengan model matriks berikut ini yang disajikan pada Tabel 17. Sedangkan kriteria untuk setiap tahapan progresi kontinum perkembangan
organisasi dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 17. Model matriks KKPI
Karakteristik Sumber
Daya Komponen
Kunci Permulaan Perkembangan
Konsolidasi Keberlanjutan Sumber Daya Organisasi Lembaga
KKPI memiliki empat tahapan perkembangan lembaga yaitu: a permulaan PMN, b perkembangan PKN, c perluasan konsolidasi KSL,
dan d keberlanjutan KBN. Matriks ini digunakan untuk mendiagnosa kondisi perkembangan lembaga dan ketahanan kehidupannya melalui pemberian skor.
Ada dua jenis skor yang diberikan yaitu : a Skor untuk menilai kinerja atau kemajuan lembaga dalam pelaksanaan setiap komponen kunci Tabel 18 dan
b Skor untuk menilai tingkat kepentingan atau prioritas setiap komponen kunci bagi keberlangsungan hidup lembaga Tabel 19.
Tabel 18. Pemberian skor untuk tingkat perkembangan lembaga
Tingkat perkembangan Skor tingkat perkembangan Y
Permulaan 0,25; 0,50; 0,75; 1,00
Perkembangan 1,25; 1,50; 1,75; 2,00
Konsolidasi 2,25; 2,50; 2,75; 3,00
Keberlanjutan 3,25; 3,50; 3,75; 4,00
2 Analisis Perkembangan Institusi
Hasil pemberian skor untuk tingkat kepentingan X dan tingkat perkembangan Y diekspresikan secara grafis, sehingga akan didapat gambaran
profil perkembangan lembaga melalui perangkuman skor kemajuan semua karakteristik sumber daya.
Tabel 19. Pemberian skor bobot tiap komponen kunci berdasarkan kriterianya
Tingkat kepentingan Kriteria
Skor Bobot X
Sangat penting Menentukan hidup mati organisasi
4 Penting
Penting untuk kelangsungan kerja 3
Cukup penting Perlu perhatian khusus bukan prioritas utama
2 Tidak penting
Bukan prioritas 1
3 Penentuan Prioritas
Penentuan prioritas didukung dengan lembar skoring prioritas komponen kunci yang membantu proses penentuan skor dengan cara mengkategorikan
masing-masing komponen kunci berdasarkan kriteria seperti pada Tabel 20 berikut ini.
Tabel 20. Lembar skoring prioritas komponen kunci
Kriteria Skor Komponen
kunci Menetukan hidup mati lembaga
4 Penting untuk kelangsungan kerja lembaga
3 Perlu perhatian khusus
2 Signifikan tapi buka prioritas
1
Hasil penentuan skoring prioritas pada Tabel 20 kemudian diekspresikan secara grafis dengan keterangan sebagai berikut :
• Sumbu X menerangkan prioritas komponen kunci, sumbu ini disebut sebagai sumbu aksis ranking prioritas komponen kunci.
• Sumbu Y menerangkan tingkatan perkembangan komponen-komponen kunci di sepanjang kontinum perkembangan
Ekspresi grafis yang dihasilkan mengikuti tampilan pada Gambar 7.
Gambar 7. Ranking prioritas komponen kunci
4 Perencanaan Pengembangan Institusi
Penyusunan rencana pengembangan lembaga mengikuti arahan matriks rencana aksi dengan muatan-muatan utamanya antara lain : tujuan umum,
strategi, tujuan-tujuan antara obyektif, kegiatan-kegiatan, output, sumberdaya, waktu dan penanggung jawab. Matriks rencana aksi pengembangan lembaga
yang dikembangkan dalam penelitian ini seperti pada Tabel 21 berikut ini.
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
Ranking proritas komponen kunci T
ing ka
t p e
rke m
ba n
g a
n
Kapasitas lembaga yang
paling mendesak untuk segera
ditingkatkan Kinerja harus tetap
dipertahankan
Tidak terlalu mendesak untuk
disempurnakan, bisa ditangani
kemudian Tidak perlu
dipermasalahkan, kinerja bagus
Tabel 21. Lembar rencana aksi pengembangan lembaga Nama Lembaga : ........................
Tujuan Strategis : 1. ..........................
2. ..........................
Strategi Objektif Kegiatan-
Kegiatan Ouput
Sumber daya
Waktu Penjab
1. Objektif 1
Kegiatan 2. Objektif
2 Kegiatan
3. Objektif 2
Kegiatan
5 GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN KEMITRAAN
5.1 Kelompok Nelayan dan Pembentukan Kemitraan Pelaksanaan kemitraan melalui program pemberdayaan ekonomi
masyarakat pesisir PEMP Kota Ambon Tahun 2001 dilaksanakan pada kecamatan Nusaniwe meliputi tiga desa yakni Desa Seilale, Latuhalat dan
Urimessing Dusun Seri. Ketiga desa pada Kecamatan Nusaniwe ini merupakan desa yang saling bertetangga, yang terletak di sebelah Timur Utara Pulau
Ambon. Pemilihan ketiga desa ini didasarkan pada pertimbangan, bahwa nelayannya masih mempergunakan sarana alat tangkap yang terbatas dan
tradisional, sehingga jangkauan ke daerah fishing ground-nya terbatas. Kondisi ini menyebabkan hasil tangkapan yang diperoleh sangat rendah, disamping itu
nelayan pada lokasi ini belum mempunyai akses ke pasar dan memiliki bergaining position yang lemah
.
Kerjasama kemitraan pada kecamatan ini berlangsung sejak Tahun 2001, melalui lembaga swadaya masyarakat Hualopu yang ditunjuk sebagai
konsultan manajemen oleh dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon. Konsep kerjasama kemitraan yang diterapkan oleh dinas kelautan dan perikanan kota
Ambon melalui konsultan manajemen dengan nelayan purse seine atau disebut kelompok masyarakat pemanfaat KMP yang terdiri atas 7 kelompok usaha
masyarakat KUM yakni berupa sharing capital. Untuk lebih jelasnya KMP dan KUM nelayan purse seine di sajikan pada Tabel 22.
Tabel 22. KMP peserta kemitraan di Kecamatan Nusaniwe Tahun 2002 No KMP DesaDusun
KUM Jumlah
Anggota 1 Labuang
Raja Seilale
Camar 30 Marbers 18
Tutuela 22 2 Pniel
II Latuhalat
Risna I 16
Risna II 16
3 Batu Gelang UrimessingSeri
Nona 21 Lims 10
Sumber : LEPP-M3 2008
Pada Tahun 2003 dan 2004 kemitraan melalui program PEMP dikembangkan pada Kecamatan Teluk Ambon Baguala dan Sirimau, dengan
memiliki 9 sembilan kelompok masyarakat pemanfaat KMP yang juga bergerak dibidang perikanan tangkap yakni purse seine Tabel 23. Berbeda
dengan Kecamatan Nusaniwe, dimana KMP dari satu desa bisa terdiri atas beberapa kelompok usaha masyarakat KUM. Sementara untuk Kecamatan
Baguala dan Sirimau ditiap desa hanya terdiri atas 1 satu kelompok yang dinamakan kelompok masyarakat pemanfaat KMP.
Tabel 23. KMP peserta kemitraan di Kecamatan Baguala dan Sirimau Tahun 2003 dan 2004
Tahun 2003 Tahun 2004
KMP Desa Anggota
KMP Desa
Anggota Bahari Utama
Seroja Hatukau
Yakarima Star Leahari
Kota Jawa Batu Merah
Hutumuri 28
25 23
17 Elsodat
Berkat Babiritani
Permata Rutung Mkr
Nania Htw Bsr
Naku Htw Bsr
Rutung 24
28 27
25 24
Sumber : LEPP- M3 2008
Setelah terbentuknya kelompok masyarakat pemanfaat KMP, melalui konsultan manajemen, KMP yang telah terbentuk tersebut dikelompokkan dalam
suatu wadah organisasi yang dinamakan lembaga ekonomi pengembangan pesisir - mikro mitra mandiri yang selanjutnya disingkat LEPP-M3 yang
merupakan wakil-wakil dari KMP pada setiap desa. Pihak LEPP-M3 menyediakan dana ekonomi produktif DEP yang
disalurkan kepada kelompok masyarakat pemanfaat yang di dalamnya adalah kelompok usaha masyarakat, berdasarkan analisis kebutuhan, sedangkan
nelayan menyediakan perlengkapan pancing. Jangka waktu kerjasama disepakati selama 24 bulan 2 tahun sampai 60 bulan 5 tahun.
Selama tenggang waktu tersebut nelayan diharapkan sudah melunasi hutang.
Mekanismenya diatur berdasarkan keputusan bersama antara KMP dengan LEPP-M3, yakni 17 per tahun atau 1,24 per bulan.
5.1.1 Karakteristik Rumahtangga KMP Peserta Kemitraan