koordinasi antara LEPP-M3 dengan pihak dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon yang sebenarnya memiliki peran yang besar dalam hal pembinaan
terhadap KMP. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pola koordinasi kelembagaan lebih
cenderung pada pola integrasi vertikal. Hal ini terlihat dengan adanya keputusan yang diambil harus melewati jenjang sesuai dengan garis koordinasi dari LEPP-
M3, tenaga pendamping desa TPD yang bertugas di dalam mengkoordinasi kegiatan proyek kemitraan tersebut, tidak dapat mengambil keputusan yang
mendesak ketika menemui hambatan di lapangan terhadap berbagai masalah seperti belum tersedianya rumpon dan BBM bagi kelompok nelayan dalam
melakukan penangkapan. Tenaga pendamping desa harus mendapat persetujuan dari konsultan manajemen kota KMK, olehnya memerlukan waktu
dan proses yang panjang sehingga akan berdampak pada peningkatan produktivitas dari kelompok masyarakat pemanfaat , yakni nelayan purse seine.
5.5 Karakteristik Kemitraan
Tingkat keragaman kemitraaan usaha yang terbangun melalui program PEMP di Kota Ambon di duga di pengaruhi oleh variabel biaya operasional X1,
jumlah produksi X2, harga jual X3, kegiatan pembinaan X4, jumlah tempat pemasaran X5, persentasi pendapatan nelayan dalam sistem bagi hasil X6,
Jumlah trip penangkapan X7, produktivitas nelayan X8, kapasitas kapal X9, umur nelayan X10, pengalaman menjadi nelayan X11 dan jumlah
tanggungan kelauraga X12. Hasil analisis faktor Tabel 29, di peroleh tiga variabel yang memiliki nilai
komunalitas 0,7 yang mempengaruhi tingkat keragaman kemitraan. Ketiga variabel tersebut yakni jumlah produksi, harga jual, dan produktivitas nelayan.
Hasil analisis faktor mampu menjelaskan bahwa keragaman kemitraan yang tebangun melalui program PEMP adalah sebesar 42.7 .
Secara parsial variabel jumlah produksi berpengaruh secara positif terhadap keragaman kemitraan. Semakin tinggi hasil tangkapan yang didapat
akan berpengaruh terhadap kegairahan nelayan untuk tetap melaut dengan demikian mereka merasa bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kemitraan
yang terbangun, dengan sendirinya mereka akan mampu memenuhi segala beban yang ditanggung berdasarkan kesepakatan perjanjian yang dibuat. Hal ini
akan sangat berpengaruh terhadap kinerja kemitraan, artinya kemitraan yang terbangun akan memiliki prospek yang baik ke depan.
Tabel 29. Hasil analisis faktor terhadap karakteristik kemitraan
No Variabel
Faktor 1 Faktor 2
Komunalitas
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
12 Biaya Opresional X1
Jumlah produksi X2 Harga jual X3
Kegiatan Pembinaan X4 Tempat Pemasaran X5
Bagian Pendaptan Nelayan X6 Trip PenangkapanX7
Produktivitas Nelayan X8 Kapasitas Kapal X9
Umur X10 Pengalaman X11
Tanggungan Keluarga X12 0.356
0.192 0.736
0.576 -0.641
-0.279 0.649
-0.206 0.647
-0.241 -0.315
-0.143 0.415
0.889 0.310
0.415 0.507
-0.116 -0.019
0.908 -0.147
-0.054 -0.106
-0.397 0.306
0.827 0.637
0.505 0.667
0.106 0.421
0.867 0.440
0.061 0.110
0.178
Variance Var
2.5914 0.216
2.5332 0.211
Sumber : Data primer diolah 2008
Variabel harga jual memberikan dampak yang positif terhadap keragaman kemitraan. Hal ini disebabkan harga jual yang berlaku di tingkat nelayan
mengalami penyesuain terhadap harga pasar. Artinya nelayan tidak terikat terhadap harga yang ditetapkan oleh indusrtri perikanan, nelayan peserta
kemitraan tetap akan menyesuaikan harga bila terjadi fluktuasi harga di pasaran. Variabel produktivitas nelayan ikut memberikan andil secara positif
terhadap keragaman kemitraan. Produktivitas nelayan sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor lain yakni biaya operasional. Meskipun penambahan biaya
operasinal tidak secara langsung akan meningkatkan produksi, tetapi keberadaannya sangat mempengaruhi kelancaran aktivitas penangkapan.
Semakin lancar pengadaan biaya operasional, maka akan semakin memperbaiki pelaksanaan kemitraan. Selain itu jumlah trip penangkapan, akan berpengaruh
terhadap produktivitas nelayan. Penambahan terhadap jumlah trip penangkapan, diduga akan berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan, dan secara langsung
mempengaruhi produktivitas nelayan. Dengan demikian akan berdampak terhadap kinerja kemitraan yang terbangun.
6 KINERJA KELEMBAGAAN KEMITRAAN
6.1 Pendapatan Kelompok Masyarakat Pemanfaat