Latar Belakang PHBM Kopi Pangalengan

22 cukup potensial yaitu komoditas sayuran dan buah-buahan, diantaranya: Jagung 21 tonha, Cabe 9 tonha, Tomat 21 tonha, Sawi 26 tonha, Kentang 20 tonha, Kubis 25 tonha, Labu siam 27 tonha, Buah-buahan 58,7 tonha, dan Kopi 20 tonha.

C. Latar Belakang PHBM Kopi Pangalengan

Seperti yang telah diuraikan proses pembangunan dalam berbagai sektor harus selalu bekerjasama dengan semua elemen masyarakat. Pencapaian keberhasilan program dalam kondisi sekarang ini sulit dicapai bila tidak melakukan program kolaborasi yang tentunya ditujukan kepada kepentingan bersama dengan peran semua pihak sesuai dengan kapasitas yang diatur dalam program. Pembangunan lingkungan harus mengutamakan manfaat nyata bagi masyarakat dan tidak boleh menghilangkan sistem yang telah ditentukan, yaitu manfaat ekologis, manfaat ekonomis, manfaat sosial dan budaya sistem ini harus dibangun seksama agar semua tercapai dengan baik. Kebijakan pembangunan nasional harus mampu memberikan peningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini kontribusi sektor kehutanan khususnya Perum Perhutani perlu dipacu dan diberdayakan sesuai dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang tidak lepas dari aspek lingkungan hidup dan ekosistemnya. Sistem PHBM yang digagas oleh Perum Perhutani dengan konsep kesepahaman ini akan memberikan manfaat bagi proses pembangunan lingkungan kawasan hutan dan kesejahteraan masyarakat. Seperti pada sistem PHBM Kopi di Desa Pulosari, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan yang dimulai pada tahun 19971998. Pada tahun tersebut terkenal dengan krisis multi dimensi termasuk dalam bidang ekonomi masyarakat pun ikut terpuruk selain itu gerakan reformasi yang tidak terarah akhirnya menghalalkan segala cara. Hutan menjadi salah satu sasaran yang sangat mudah untuk dijarah dan dirambah termasuk wilayah petak 39e yang merupakan sasaran perambahan dan penjarahan kayu. 23 Penanganan melalui patroli keamanan pun sulit untuk dilakukan untuk menembus kondisi masyarakat para perambah dan penjarah saat itu. Melalui pendekatan-pendekatan tokoh kunci yang ada di Desa Pulosari yang terus menerus dilakukan oleh Tenaga Pendamping Masyarakat TPM bersama jajaran Perum Perhutani maka muncul salah satu solusi untuk pengamanan hutan melalui penanaman kopi di bawah tegakan. Dari gagasan tersebut maka dibentuk organisasi Kelompok Tani Hutan KTH Kubang Sari yang saat itu berjumlah 98 orang, dengan lahan seluas 54,51 Ha, hasil dari musyawarah bersama pada tahun 1999, dibuat perencanaan persemaian kopi. Pada bulan Mei tahun 2000 mulai dilakukan penanaman sebanyak 24.000 pohon, termotivasi dari tanaman Kopi milik bapak H.Rukma di perkampungan, yang cukup menguntungkan walau dengan pola budi daya yang sangat sederhana. Tahap kedua pada bulan November 2001 dilakukan penanaman tanaman kopi secara serempak dengan jumlah tanaman sebanyak 63.596 pohon, walaupun relatif kecil volumnya dikarenakan belum adanya kesadaran masyarakat yang masih terpaku pada komoditas sayur mayur. Namun, seiring dengan pembinaan dan pengarahan serta dorongan motivasi secara terus-menerus, akhirnya masyarakat dapat menerima program ini. Selain itu kegiatan ini sangat menguntungkan baik dari segi lingkungan, pengamanan hutan, konservasi maupun ekonomi. Permasalahan penjarahan kayu hutan, setelah penanaman tanaman tersebut terkendali dan membaik. Tanaman kopi tahun tersebut yang berjumlah 87.596 pohon diperkirakan dapat dipanen tahun 2004. sampai dengan tahun 2004 jumlah yang dikerjasamakan 64,51 ha, sehingga jumlah total sampai dengan tahun 2005 berjumlah 326,25 ha. Dari tanaman kopi tahun tersebut yang berjumlah 87.596 pohon, tiap pohon rata-rata mampu menghasilkan 3 kg gelondongan, maka dalam setahun produksi yang dihasilkan sejumlah 262.788 kgtahun. Untuk pelaksanaan panen perdana dimulai pada bulan April 2004 dengan produktivitas panen perdana kopi sekitar 60. Sehubungan dengan penanamanya yang tidak serempak, maka pemanenannya juga tidak seragam. Hasil panen sampai dengan Juli 2004 sebesar kurang lebih 37.416 kg 37,4 ton. 24 Selain itu untuk tanaman alih komoditi diperkuat dengan adanya SK. Direksi No. 136 tentang PHBM tahun 2001. Pada Tanggal 20 mei 2003 diterbitkan surat Edaran Gubernur Jawa Barat No. 5221224Binprod tentang penutupan Tumpangsari, maka dengan sendirinya masyarakat sepakat untuk menghentikan Tumpangsari, sehingga alih komoditi tanaman buah-buahan termasuk tanaman Kopi semakin kuat. Pada tanggal 20 Desember 2003 kelembagaan lebih diperkuat dan diperluas program kerjanya, yang semula hanya KTH menjadi Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH, sekaligus dibentuk Forum PHBM Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan dan untuk mengoptimalkan program tuntutan masyarakat maka dibentuk Koperasi Usaha Bersama KUB, Koperasi Kubang Sari Bandung Selatan pada tanggal 12 Februari 2005 di balai POS pengendalian PHBM petak 39 Pangalengan. Dengan harapan terbentuknya lembaga tersebut memudahkan pembinaan dalam berbagai bidang dan memudahkan kerjasama multipihak guna mencapai tujuan hutan lestari masyarakat sejahtera.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

ANALISIS DAMPAK PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM) TERHADAP TINGKAT KESUBURAN LAHAN DAN PENDAPATAN PESANGGEM RKPH SEKAR BKPH NGANTANG KPH MALANG

1 5 2

Curahan Teuaga Kerja Pesanggem Kayu Putih dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Pesanggem di BKPH Sukun KPH Madiun

0 7 150

Kontribusi pendapatan penyadap getah pinus terhadap kebutuhan rumah tangga masyarakat sekitar hutan di RPH Gombeng, BKPH Ketapang, KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 3 51

Analisis gender dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

2 19 56

Kemandirian masyarakat desa sekitar hutan dalam melakukan usaha agroforestri: studi kasus usaha agroforestri tanaman kopi di BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 12 453

Kontribusi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Hutan Lindung Terhadap Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Desa Criwik BKPH Gunung Lasem KPH Kebonharjo

1 6 55

Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat

2 12 54

Kontribusi Phbm Terhadap Perubahan Luas Hutan Dan Pendapatan Rumah Tangga Di Kph Ngawi, Jawa Timur

1 9 57

AGRIBISNIS KOPI LUWAK ARABIKA ( Studi Kasus Asosiasi Petani Kopi Luwak Three Mountain, Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung ).

0 10 30

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di KPH Pasuruan BKPH Lawang Barat

1 1 4