Pemeliharaan Tanaman Pengelolaan Kopi di Bawah Tegakan

31 yang telah ditentukan Perhutani dan bibit diperoleh dari Perhutani. Bibit yang digunakan adalah bibit yang siap tanam ± 30-40 cm. Penanaman dilakukan dengan menggali kembali lubang tanam yang telah diberi pupuk kandang.

3. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan merupakan faktor terpenting dalam penentuan produksi kopi yang dihasilkan AAK, 2005. Kegiatan pemeliharaan pada tanaman kopi meliputi penyiangan, penyulaman, penggemukan pemupukan, dan penyetekan. Penyiangan dimaksudkan untuk membersihkan gulmatanaman pengganggu di areal tanaman dikerjakan pada tahun pertama dan kedua setelah penanaman sedangkan pada tanaman dewasa dilakukan biasanya 1 tahun 4 kali atau minimal harus dilakukan 1 kali penyiangan dalam setahun. Setelah bibit ditanam, kebun harus diperiksa 2 kali seminggu dalam 2 minggu pertama, 1 kali seminggu pada umur 2-4 minggu dan 1 kali sebulan selama 6 bulan, jika terdapat tanaman merana atau mati maka harus segera disulam. Pemindahan bibit untuk disulam sebaiknya dengan sistim putaran dan dilakukan pada awal musim hujan Perum Perhutani, 1990. Pemupukan dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara bagi tanaman selain itu juga untuk memperbaiki kondisi tanah sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat menyerap unsur hara dengan jumlah yang cukup Najiyati dan Danarti, 2001. Jenis pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk buatan seperti Urea dan NPK, serta pupuk organik seperti pupuk kandang dan kompos. Untuk pupuk buatan diberikan 2 kali dalam setahun dan untuk pupuk kandang 1-2 tahun sekali pada awal musim hujan. Selain menerima pupuk buatan dan pupuk kandang petani juga memberikan mulsa berupa daging buah kopi yang sudah mengering. Dosis untuk pupuk buatan rata-rata 2 x 25 grampohontahun, sedangkan untuk pupuk kandang rata-rata 2kgpohontahun, tetapi ada juga ada beberapa petani yang tidak memupuk tanamannya sesuai dosis yang harusnya diberikan bahkan ada juga petani yang sama sekali tidak memberikan pupuk untuk tanaman kopinya dikarenakan keterbatasan dana. 32 Tanaman kopi jika dibiarkan tumbuh akan mencapai 12 m dengan percabangan yang rimbun dan tidak teratur, sehingga akan menyulitkan pemeliharaan, mudah terserang penyakit dan kesulitan dalam pemungutan hasil, sehingga diperlukan Pemangkasan pada cabang-cabang yang tidak produktif, biasanya dilakukan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan, hal tersebut dimaksudkan agar tanaman sudah mempunyai simpanan makanan yang cukup sebelum dipangkas. Alat yang biasa digunakan petani untuk memangkas hanya memakai golok atau hanya menggunakan tangan saja.

4. Pemanenan

Dokumen yang terkait

ANALISIS DAMPAK PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM) TERHADAP TINGKAT KESUBURAN LAHAN DAN PENDAPATAN PESANGGEM RKPH SEKAR BKPH NGANTANG KPH MALANG

1 5 2

Curahan Teuaga Kerja Pesanggem Kayu Putih dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Pesanggem di BKPH Sukun KPH Madiun

0 7 150

Kontribusi pendapatan penyadap getah pinus terhadap kebutuhan rumah tangga masyarakat sekitar hutan di RPH Gombeng, BKPH Ketapang, KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 3 51

Analisis gender dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

2 19 56

Kemandirian masyarakat desa sekitar hutan dalam melakukan usaha agroforestri: studi kasus usaha agroforestri tanaman kopi di BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 12 453

Kontribusi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Hutan Lindung Terhadap Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Desa Criwik BKPH Gunung Lasem KPH Kebonharjo

1 6 55

Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat

2 12 54

Kontribusi Phbm Terhadap Perubahan Luas Hutan Dan Pendapatan Rumah Tangga Di Kph Ngawi, Jawa Timur

1 9 57

AGRIBISNIS KOPI LUWAK ARABIKA ( Studi Kasus Asosiasi Petani Kopi Luwak Three Mountain, Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung ).

0 10 30

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di KPH Pasuruan BKPH Lawang Barat

1 1 4