33 melalui proses penggilingan dengan alat untuk memisahkannya dengan kulit,
kemudian dilakukan perendaman selama 1 hari, pengkoyakan agar lendir hilang kemudian dijemur selama ± 6 jam sampai kering, kemudian dilakukan
pengepakan kedalam karung untuk dijual. Pengolahan kopi sampai menjadi tepungserbuk yang siap dikonsumsi masih dilakukan secara tradisional yaitu
dengan cara digarang diwajan hingga kecoklatan kemudian digiling kembali untuk menjadi kopi bubuk, kegiatan tersebut dilakukan terbatas hanya untuk
souvenir atau oleh-oleh bagi para tamu yang berkunjung.
6. Pemasaran
Pemasaran hasil pengolahan yang berupa gabah dilakukan oleh LMDH melalui Tim Pengelola Pengolahan Produksi dan Pemasaran TP3K. TP3K
sendiri bertugas mendata produksi kopi gabah yang ada di gudangtempat penyimpanan, meminta penawaran harga kopi gabah kepada koperasi yang
memiliki kontribusi pelayanan kepada para petani hutan dan bersama koperasi yang ditunjuk menetapkan besaran pemasaran oleh koperasi. Selanjutnya
koperasi melakukan pemasaran dengan pihak perusahaan baik yang datang sendiri ataupun melalui pemesanan ke koperasi.
T
ujuan pemasaran saat ini masih ke daerah Medan.
C. Kontribusi Pengelolaan Kopi di Bawah Tegakan Dalam Program PHBM
1. Biaya Pengelolaan Usaha Tani PHBM dan Non PHBM
Biaya pengelolaan usaha tani adalah biaya total pengelolaan yang dikeluarkan oleh petani. Biaya tersebut adalah biaya rata-rata yang
dikeluarkan tiap tahunnya oleh petani meliputi biaya tenaga kerja, biaya pupuk dan biaya bibit. Secara keseluruhan biaya pengelolaan usaha tani dapat
dilihat pada Tabel 7 dan 8. Tabel 7. Biaya Pengelolaan Usaha Tani PHBM
Strata ha Luas Lahan ha
Biaya Pengelolaan Rpth Strata I 0,5
1,82 3.526.137
Strata II 0,25-0,5 0,37
616.500 Strata III 0,25
0,17 17.111
Rata-rata 0,79
1.386.583
34 Berdasarkan tabel 7 biaya pengelolaan usaha tani PHBM pada masing-
masing strata yang diamati memiliki nilai yang beragam. Biaya pengelolaan usaha tani PHBM tertinggi terdapat pada strata I yang memiliki luas lahan
yang lebih besar dibandingkan dua strata lainnya, yaitu mencapai nilai rata- rata sebesar Rp. 3.526.137,- per tahun. Sedangkan untuk strata II dan III besar
nya biaya usaha tani PHBM rata-rata per tahunnya masing-masing adalah Rp. 616.500,- dan Rp. 17.111,-.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa biaya rata-rata pengelolaan usaha tani PHBM per tahun sebesar Rp. 1.386.583,-. Pada strata I
dengan luas lahan 1,82 ha, petani cenderung mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk mengelola lahannya dibandingkan dengan dua strata lainnya,
karena semakin luas lahan maka biaya yang dikeluarkan untuk mengelola lahan usaha tani nya akan semakin besar, selain itu pada strata I umumnya
petani menggunakan tenaga buruh orang lain dalam mengelola lahannya. Sedangkan luas lahan yang kecil pada strata II dan III, biaya pengelolaan
lahannya lebih kecil dan jarang menggunakan tenaga buruh yang disewa untuk mengerjakan lahannya.
Tabel 8. Biaya Pengelolaan Usaha Tani Non PHBM
Strata ha Luas Lahan ha
Biaya Pengelolaan Rpth Strata I 0,5
2,37 70.859.389
Strata II 0,25-0,5 0,37
1.543.607 Strata III 0,25
0,01 288.257
Rata-rata 0,92
24.230.418
Dari tabel 8 dapat terlihat biaya pengelolaan usaha tani non PHBM sayuran pada masing-masing strata juga memiliki nilai yang beragam. Biaya
pengelolaan yang dihitung juga meliputi biaya pupuk, tenaga kerja, dan bibit untuk setiap kali perioditas penanaman. Berdasarkan Tabel 8 terlihat pula
bahwa biaya pengelolaan lahan usaha tani non PHBM pada strata I sangat tinggi yaitu rata-rata mencapai Rp. 70.859.389,-
per tahun, untuk strata II dan III masing-masing sebesar Rp. 1.543.607,- dan Rp. 288.257,- sehingga biaya
pengelolaan usaha tani non PHBM rata-rata sebesar Rp. 24.230.418,-per ha
35 per tahun. Biaya usaha tani non PHBM pada strata I lebih tinggi dibandingkan
kedua strata lainnya hal ini disebabkan hampir seluruhnnya petani pada strata I memiliki lahan diluar PHBM, selain itu pada lahan tersebut dilakukan
intensifikasi penanaman 3-4 kali dalam setahun, juga petani lebih banyak menggunakan tenaga buruh untuk mengelola lahannya. Sedangkan pada strata
II dan III hanya sebagian kecil saja petani yang memiliki lahan milik sendiri selain itu, petani hanya menggunakan tenaga sendiri atau keluarga untuk
mengerjakan lahannya hal tersebut dikarenakan luasan lahan yang relatif kecil. Biaya usaha tani PHBM rata-rata sebesar Rp. 1.386.583,- per tahun,
sedangkan utuk biaya usaha tani non PHBM sayuran adalah sebesar Rp. 24.230.418,- per tahun. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa biaya usaha
tani non PHBM jauh lebih besar dibanding biaya usaha tani PHBM. Tingginya biaya usaha tani non PHBM disebabkan oleh intensitas pengelolaan
lahan yang dilakukan untuk memberikan hasil yang diharapkan. Tanaman pada lahan usaha tani non PHBM merupakan tanaman yang cepat
memberikan hasil sehingga membutuhkan kondisi kesuburan tanah yang tetap terjaga dan pemeliharaanya yang rutin untuk menghindari resiko kegagalan
yang cukup tinggi akibat serangan hama dan penyakit, selain itu pemberian pupuk juga dilakukan secara bertahap. Jenis komoditi yang di budidayakan
pada lahan usaha tani non PHBM diantaranya tomat, wortel, kentang, cabe, kol, kacang dan sampo. Pada lahan usaha tani PHBM, pengelolaan hanya
dilakukan seperlunya saja karena tanamannya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memberikan hasil dan petani cenderung untuk tidak perlu
melakukan pengelolaan secara intensif. Hal ini yang menyebabkan biaya pengelolaan pada lahan usaha tani PHBM lebih rendah dibanding pada lahan
usaha tani non PHBM.
2. Pendapatan Usaha Tani PHBM dan Non PHBM