Pemanenan Pengolahan hasil Pemasaran

32 Tanaman kopi jika dibiarkan tumbuh akan mencapai 12 m dengan percabangan yang rimbun dan tidak teratur, sehingga akan menyulitkan pemeliharaan, mudah terserang penyakit dan kesulitan dalam pemungutan hasil, sehingga diperlukan Pemangkasan pada cabang-cabang yang tidak produktif, biasanya dilakukan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan, hal tersebut dimaksudkan agar tanaman sudah mempunyai simpanan makanan yang cukup sebelum dipangkas. Alat yang biasa digunakan petani untuk memangkas hanya memakai golok atau hanya menggunakan tangan saja.

4. Pemanenan

Tanaman kopi yang dirawat dengan baik biasanya sudah mulai berproduksi pada umur 2,5-3 tahun. Untuk mencapai tahap matangnnya kopi memerlukan waktu 6-8 bulan. Pemanenan biasa dilakukan pada bulan ke-4 sampai bulan ke-8, sehubungan penanamanya yang tidak serempak, maka pemanenannya juga tidak seragam, oleh karena itu kopi tidak dipetik sekaligus tetapi bertahap, buah yang sudah merah dipetik satu peratu dengan tangan sedangkan buah yang masih hijau ditinggalkan untuk dipetik nanti setelah kulitnya merah, pemungutan hasil dilakukan setiap 15 hari sekali. Rata-rata produksi yang dihasilkan tiap pohon mencapai 2-3 Kg. Gambar 3. Pemanenan Kopi

5. Pengolahan hasil

Hasil produksi kopi yang diserahkan ke Perhutani berupa gelondong basah. Pengolahan kopi hasil panen hanya dilakukan sampai tahap gabah, 33 melalui proses penggilingan dengan alat untuk memisahkannya dengan kulit, kemudian dilakukan perendaman selama 1 hari, pengkoyakan agar lendir hilang kemudian dijemur selama ± 6 jam sampai kering, kemudian dilakukan pengepakan kedalam karung untuk dijual. Pengolahan kopi sampai menjadi tepungserbuk yang siap dikonsumsi masih dilakukan secara tradisional yaitu dengan cara digarang diwajan hingga kecoklatan kemudian digiling kembali untuk menjadi kopi bubuk, kegiatan tersebut dilakukan terbatas hanya untuk souvenir atau oleh-oleh bagi para tamu yang berkunjung.

6. Pemasaran

Pemasaran hasil pengolahan yang berupa gabah dilakukan oleh LMDH melalui Tim Pengelola Pengolahan Produksi dan Pemasaran TP3K. TP3K sendiri bertugas mendata produksi kopi gabah yang ada di gudangtempat penyimpanan, meminta penawaran harga kopi gabah kepada koperasi yang memiliki kontribusi pelayanan kepada para petani hutan dan bersama koperasi yang ditunjuk menetapkan besaran pemasaran oleh koperasi. Selanjutnya koperasi melakukan pemasaran dengan pihak perusahaan baik yang datang sendiri ataupun melalui pemesanan ke koperasi. T ujuan pemasaran saat ini masih ke daerah Medan.

C. Kontribusi Pengelolaan Kopi di Bawah Tegakan Dalam Program PHBM

Dokumen yang terkait

ANALISIS DAMPAK PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM) TERHADAP TINGKAT KESUBURAN LAHAN DAN PENDAPATAN PESANGGEM RKPH SEKAR BKPH NGANTANG KPH MALANG

1 5 2

Curahan Teuaga Kerja Pesanggem Kayu Putih dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Pesanggem di BKPH Sukun KPH Madiun

0 7 150

Kontribusi pendapatan penyadap getah pinus terhadap kebutuhan rumah tangga masyarakat sekitar hutan di RPH Gombeng, BKPH Ketapang, KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 3 51

Analisis gender dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

2 19 56

Kemandirian masyarakat desa sekitar hutan dalam melakukan usaha agroforestri: studi kasus usaha agroforestri tanaman kopi di BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 12 453

Kontribusi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Hutan Lindung Terhadap Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Desa Criwik BKPH Gunung Lasem KPH Kebonharjo

1 6 55

Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat

2 12 54

Kontribusi Phbm Terhadap Perubahan Luas Hutan Dan Pendapatan Rumah Tangga Di Kph Ngawi, Jawa Timur

1 9 57

AGRIBISNIS KOPI LUWAK ARABIKA ( Studi Kasus Asosiasi Petani Kopi Luwak Three Mountain, Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung ).

0 10 30

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di KPH Pasuruan BKPH Lawang Barat

1 1 4