semua peubah tersebut dianggap penting, maka tidak ada yang direduksi. Untuk peubah rasa dan harga pada analisis faktor, serta atribut harga, isi dan
kemasan pada analisis biplot dianggap penting, maka peubah dan atribut ini direvisi untuk kuesioner berikutnya.
Pada kuesioner pra pengujian ditambahkan pertanyaan tentang perlu atau tidaknya penambahan peubah lain untuk analisis faktor selain yang telah
tercantum dalam tabel peubah. Dalam hal ini, hampir sebagian besar responden menambahkan peubah masa kadaluarsa, kandungan gizi dan label
halal, sehingga peubah ini dimasukkan dalam kuesioner berikutnya. Sebagai bukti, setelah dilakukan pengujian terhadap 100 responden, didapatkan
kenaikan validitas, maka dinyatakan semua pernyataan, baik analisis faktor maupun analisis biplot signifikansi pada alpha 0,05 Lampiran 14, 15, 16, 17
dan 18. Seluruh nilai korelasi atau r-hasil setiap pernyataan lebih besar dari nilai r-tabel 0,195, artinya semua pernyataan dianggap sahih.
Suatu alat ukur atau instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang baik, apabila alat ukur atau instrumen tersebut selalu memberikan hasil yang
sama, meskipun digunakan berkali-kali baik oleh peneliti yang sama maupun berbeda Sudarmanto, 2005. Uji reliabilitas pada 31 kuesioner menunjukkan
nilai alpha untuk analisis faktor 0,9161, analisis biplot Indomie 0,8114, analisis biplot Mie Sedaap 0,7854, analisis biplot Supermi 0,8118, analisis
biplot Sarimi 0,8291, sehingga semua analisis dinyatakan reliabel.
4.4. Karakteristik Umum Konsumen Indomie
Berdasarkan 100 kuesioner yang telah terkumpul, didapatkan sejumlah karakteristik konsumen Indomie Tabel 5. Karakteristik konsumen Indomie
tersebut dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin, asal fakultas, usia, semester tingkat perkuliahan di IPB, dan sumber pendapatan.
Pemilihan konsumen Indomie dilakukan pada mahasiswa S1 IPB yang mengkonsumsi Indomie. Dalam penelitian ini konsumen Indomie yang
berjenis kelamin laki-laki cukup mendominasi 53, dan perempuan berjumlah 47. Golongan usia terbesar konsumen Indomie dari mahasiswa S1
IPB adalah berusia 19 tahun, yaitu 30 dari total konsumen, dan paling sedikit adalah konsumen yang berusia 17 tahun, yaitu sebanyak 2.
Dalam penelitian ini mahasiswa yang menjadi konsumen Indomie berasal dari berbagai tingkat perkuliahansemester. Jumlah konsumen tingkat
perkuliahan paling banyak adalah mahasiswa semester 8 sebanyak 27 dan paling sedikit mahasiswa semester 10 sebanyak 4. Maka dapat dikatakan
bahwa mayoritas dalam penelitian ini berasal dari mahasiswa semester 8. Dilihat dari status konsumen Indomie yang masih merupakan
mahasiswa, maka pada umumnya biaya hidupnya masih menjadi tanggungan orang tua. Sebagian besar konsumen Indomie, yaitu 93 dibiayai orang tua.
Sedangkan 6 konsumen Indomie menyatakan bahwa sumber pendapatan mereka berasal dari beasiswa bantuan lainnya.
Tabel 5. Karakteristik umum konsumen Indomie.
Responden Mahasiswa S1 IPB No Karakteristik
Contoh Jumlah orang
Persentase Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
53 47
53 47
1
Jumlah 100 100
Usia 19 tahun
20 tahun 21 tahun
22 tahun 18 tahun
17 tahun
30 25
24 13
6 2
30 25
24 13
6 2
2
Jumlah 100 100
Semester 8
2 4
6 10
27 23
23 23
4 23
23 23
27
4 3
Jumlah 100 100
Sumber Pendapatan Orang Tua
Beasiswa bantuan lainnya Pendapatan Sendiri
93 6
1 93
6 1
4
Jumlah 100 100
4.5. Proses Keputusan Pembelian Indomie
Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak muncul begitu saja, tetapi melalui beberapa tahap tertentu.
Berdasarkan Kotler 2000 terdapat lima tahapan proses keputusan pembelian konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, proses pembelian, dan perilaku pascapembelian. Oleh karena itu, perilaku konsumen dalam membeli Indomie pasti melalui tahapan proses
keputusan pembelian tersebut.
4.5.1. Pengenalan Kebutuhan
Proses keputusan pembelian Indomie dimulai saat konsumen mengenali sebuah masalah atau kebutuhan akan produk tersebut.
Kesadaran akan kebutuhan yang harus dipenuhi tersebut membuat konsumen berusaha untuk mencari produk yang dapat mengatasi
masalah yang mereka rasakan. Hal ini tentu akan memberi keuntungan bagi pihak produsen Indomie yaitu PT ISM Tbk, karena dapat
mendeteksi kapan konsumen mengenali suatu kebutuhan dan mampu menawarkan alternatif solusi yang realistis.
Tabel 6. Motivasi pembelian Indomie oleh mahasiswa IPB
MotivasiAlasan Pembelian Jumlah
Responden orang
Persentase
Praktis kecepatan penyajian Sedang lapar
Ingin mencoba Rasa yang khas
Harganya terjangkau Pengaruh keluarga
Lainnya berhemat, suka mie 57
18 9
7 3
3 3
57 18
9 7
3 3
3
Jumlah
100 100 Kebutuhan akan Indomie dimulai dari mendeteksi
motivasialasan konsumen melakukan pembelian Indomie, manfaat yang dicari dari pembelian tersebut, tingkat keterlibatan konsumen terhadap
pembelian Indomie, dan waktu mengkonsumsi Indomie. Tabel 6 menunjukkan bahwa motivasi atau alasan utama yang mendasari
konsumen dalam pembelian Indomie karena kepraktisankecepatan
penyajian sebanyak 57. Hal ini sesuai dengan produk Indomie yang dalam penyajiannya sangat praktis dan kemudahan dalam
mengkonsumsi. Selain itu Indomie dapat dikonsumsi setiap saat, dimana konsumen tidak mempunyai cukup waktu sehingga membutuhkan
sesuatu yang cepat saji. Motivasi terkecil 3 adalah harga yang terjangkau, pengaruh
keluarga, dan lainnya berhemat, suka mie. Motivasi harga per kemasan yang relatif murah secara tidak langsung merupakan suatu tindakan
alternatif konsumen untuk menekan pengeluaran kebutuhan makan alasan keuangan. Adanya konsumen yang termotivasi karena pengaruh
keluarga dapat dimaklumi karena biasanya anggota keluarga dapat saling melihat hasilnya dari pengalaman mereka dan biasanya komunikasi antar
keluarga lebih sering dibandingkan dengan yang lain. Alasan berhemat dan pada dasarnya konsumen memang menyukai mie instan juga
menjadi penyebab konsumen melakukan pembelian Indomie. Tabel 7. Manfaat pembelian Indomie oleh mahasiswa IPB
Manfaat Pembelian Jumlah
Responden orang
Persentase
Sebagai makanan selingan Sebagai makanan pengganti nasi
Sebagai makanan cadangan ketika begadang Sebagai sarapan pagi
45 36
14 5
45 36
14 5
Jumlah 100 100
Pada Tabel 7 dapat dilihat data mengenai manfaat yang dicari oleh konsumen dalam pembelian Indomie. Manfaat yang paling
mendominasi dari pembelian tersebut adalah sebagai makanan selingan dengan jumlah persentase 45. Konsumen beranggapan bahwa Indomie
merupakan makanan yang dapat dikonsumsi sewaktu-waktu dan hanya sebagai pengganjal perut.
Selain itu manfaat paling sedikit yang dirasakan oleh konsumen Indomie adalah sebagai sarapan pagi 5. Hal ini dapat disebabkan
adanya faktor kebiasaan dari konsumen.
Tabel 8. Tingkat keterlibatan konsumen
Tingkat Keterlibatan Jumlah
Responden orang
Persentase
Biasa Merasa ada yang kurang
Merasa sangat kehilangan 96
3 1
96 3
1
Jumlah 100 100
Pada Tabel 8 dapat dilihat tingkat keterlibatan konsumen terhadap pembelian Indomie. Sebagian besar konsumen 96 biasa saja
jika tidak mengkonsumsi Indomie. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen tidak terlalu loyal terhadap Indomie, buktinya merasa
biasa tidak mengkonsumsi Indomie. Tabel 9. Waktu mengkonsumsi Indomie
Waktu Mengkonsumsi Jumlah
Responden orang
Persentase
Lainnya tidak tentu Malam hari
Pagi hari Siang hari
Setelah beraktivitas 53
26 13
6 2
53 26
13 6
2
Jumlah 100 100
Tabel 9 menjelaskan data mengenai waktu mengkonsumsi Indomie. Sebanyak 53 dari konsumen menyatakan bahwa waktu
mengkonsumsi Indomie tidak tentu, tergantung kapan saja konsumen menginginkannya, serta 2 dari konsumen menjelaskan bahwa
mengkonsumsi Indomie setelah beraktivitas, seperti setelah pulang kuliah, selesai berolah raga dan sebagainya.
4.5.2. Pencarian Informasi
Tahapan setelah pengenalan kebutuhan adalah pencarian informasi. Pencarian didefinisikan sebagai kegiatan termotivasi dari pengetahuan
yang tersimpan dalam ingatan pencarian internal dan pengumpulan informasi dari lingkungan pencarian eksternal. Informasi tersebut
diperoleh dari berbagai sumber dengan rincian disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Sumber informasi konsumen Indomie mahasiswa IPB
Sumber Informasi Jumlah
Responden orang
Persentase
Televisi Keluarga
Teman Penjual
75 20
3 2
75 20
3 2
Jumlah 100 100
Berdasarkan hasil kuesioner yang ditampilkan pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa informasi diperoleh dari berbagai sumber.
Umumnya, sebagian besar konsumen menyatakan bahwa informasi tentang Indomie diperoleh dari televisi, dengan jumlah 75. Televisi
sebagai media elektronik memiliki jangkauan luas yang memberikan informasi kepada konsumen. Melalui televisi, konsumen dapat menerima
informasi lebih jelas, karena adanya visualisasi yang diberikan. Konsumen yang menganggap pihak penjual sebagai sumber informasi
adalah sebanyak 2. Tabel
11. Media yang paling mempengaruhi konsumen dalam
pembelian Indomie
Media Jumlah
Responden orang
Persentase
Televisi Keluarga
Teman Penjual
66 19
12 3
66 19
12 3
Jumlah
100 100 Dari sekian banyak sumber informasi tersebut, maka media yang
paling mempengaruhi konsumen untuk membeli Indomie adalah televisi 66. Televisi merupakan media audio visual yang dapat
menyampaikan informasi atau pesan yang dapat menarik perhatian pemirsanya. Melalui televisi, pesan atau informasi tentang Indomie
dalam sebuah iklan dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian yang akan dilakukan oleh konsumen. Namun, ada pula konsumen yang
dipengaruhi oleh penjual 3. Penjual biasanya berpengaruh dalam
memberikan informasi tentang produk Indomie pada saat konsumen berada di tempat penjualan.
Tabel 12. Pengaruh iklan bagi konsumen dalam pembelian Indomie
Sikap Jumlah
Responden orang
Persentase
Membuat Anda tertarik untuk mencoba membeli
Tidak berpengaruh 69
31 69
31
Jumlah
100 100 Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa pengaruh iklan secara
dominan adalah membuat konsumen menjadi tertarik untuk mencobamembeli 69. Hal ini berarti bahwa dengan adanya iklan,
maka akan sangat berpengaruh sekali dalam proses keputusan pembelian konsumen.
Tabel 13. Fokus perhatian konsumen terhadap informasi
Fokus Perhatian Jumlah
Responden orang
Persentase
Rasa dan variasinya Kandungan gizi
Harga Kemasan
Lainnya tidak ada 86
7 5
1 1
86 7
5 1
1
Jumlah
100 100 Fokus perhatian konsumen pada tahap pencarian informasi ini
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan Indomie, seperti keterangan mengenai harga, rasa dan variasinya, kemasan, kandungan
gizi dan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 13, keterangan mengenai rasa dan variasinya menjadi fokus perhatian utama 86.
Bagi konsumen, rasa ini sangat menentukan apakah Indomie tersebut sesuai dengan selera konsumen.
4.5.3. Evaluasi Alternatif
Tahapan selanjutnya dalam pengambilan keputusan adalah evaluasi alternatif. Pada tahap ini konsumen menetapkan kriteria-kriteria
yang relevan dengan keinginannya untuk membuat suatu keputusan yang dirasakan paling bermanfaat dalam memecahkan masalahnya. Kriteria
ini dapat dijadikan pertimbangan awal konsumen dalam membeli Indomie Tabel 14.
Tabel 14. Pertimbangan awal pembelian Indomie
Pertimbangan Awal Jumlah
Responden orang
Persentase
Rasa dan variasinya Harga
Ukuran berat volume Praktis dalam penggunaan
Lainnya masa kadaluarsa Kemasan
64 21
6 6
2 1
64 21
6 6
2 1
Jumlah 100 100
Faktor rasa dan variasinya merupakan hal utama yang dipertimbangkan oleh sebagian besar konsumen dalam memilih Indomie
64, karena menganggap rasa dan variasinya sangat menentukan selera konsumen. Rasa dapat menambah selera makan dan merasa
nikmat dalam menyantap Indomie. Selain itu, sebanyak 1 dari konsumen menjelaskan bahwa yang
menjadi pertimbangan awal dalam pembelian Indomie adalah kemasan. Kemasan ini berkaitan dengan kepraktisan dari Indomie tersebut.
Kemasan Indomie dibuat dalam dua bentuk, yaitu kemasan plastik dan kemasan cup. Dengan adanya pilihan bentuk kemasan ini akan menjadi
pertimbangan juga bagi konsumen. Tabel 15. Indikator mutu Indomie
Indikator Mutu Jumlah
Responden orang
Persentase
Komposisi pada label Rasa
Merek terkenal Harga
Kemasan 39
28 16
13
4 39
28 16
13
4
Jumlah 100 100
Indikator mutu Indomie dapat ditentukan oleh komposisi pada label, rasa, merek terkenal, harga dan kemasan. Pada Tabel 15 dapat
diketahui bahwa yang menjadi indikator mutu Indomie yang utama atau dominan adalah komposisi pada label 39. Dengan adanya komposisi
yang jelas pada kemasan Indomie, maka konsumen akan mengetahui jenis bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Indomie. Jika
bahan pembuatan Indomie ini baik bagi kesehatan, artinya produk Indomie ini dapat dikatakan bermutu. Konsumen sebesar 4
menyatakan bahwa kemasan menunjukkan mutu dari Indomie, padahal secara teknologi proses, penggunaan kemasan hanya berfungsi untuk
menambah daya tarik.
4.5.4. Keputusan Pembelian
Tahapan selanjutnya dalam pengambilan keputusan adalah proses pembelian. Pembelian dilakukan dengan memilih alternatif yang dinilai
dapat memenuhi kebutuhan atau manfaat yang diharapkan. Tahap evaluasi membuat para konsumen menyusun daftar peringkat pilihannya.
Produk yang dinilai dapat memecahkan masalah merupakan pilihan terbaik dari alternatif yang ada, sehingga akan dibeli oleh konsumen.
Tabel 16. Alasan konsumen memilih Indomie
Alasan Memilih Jumlah
Responden orang
Persentase
Rasanya cocok Harganya terjangkau
Mudah di dapat Merek terkenal
Lainnya praktis Berat bersih
49 23
15 8
4 1
49 23
15 8
4 1
Jumlah 100 100
Alasan sebagian besar konsumen dalam membeli Indomie adalah karena rasanya yang cocok 49, karena mutu bumbu yang cukup dan
baik telah membuat konsumen ingin tetap mengkonsumsi dan menikmati Indomie. Konsumen sebesar 23 berpendapat bahwa harganya yang
terjangkau menjadi alasan konsumen memilih Indomie. Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor keterbatasan daya beli konsumen mahasiswa.
Tabel 17. Tempat pembelian Indomie
Tempat Pembelian Jumlah
Responden orang
Persentase
Supermarket atau swalayan
Toko atau warung Lainnya kantin asrama
54 44
2 54
44 2
Jumlah 100 100
Berdasarkan hasil kuesioner mengenai tempat pembelian Indomie yang biasa dipilih oleh konsumen Tabel 17, maka dapat
dilihat bahwa secara dominan dipilih supermarket atau swalayan 54, karena lokasinya yang dekat dengan tempat tinggal konsumen, suasana
yang nyaman, sekalian belanja bulanan dan tersedianya kelengkapan pilihan rasa Indomie. 2 dari konsumen memilih kantin asrama sebagai
tempat pembelian Indomie, karena konsumen adalah mahasiswa IPB tingkat awal yang tinggal di asrama.
Tabel 18. Cara memutuskan pembelian Indomie
Cara Memutuskan Pembelian Jumlah
Responden orang
Persentase
Tergantung situasi Mendadak
Terencana 65
26 9
65 26
9
Jumlah
100 100 Ketersediaan dan kemudahan dalam mendapatkan Indomie
menimbulkan stimuli atau rangsangan kepada konsumen untuk membeli Indomie. Hal tersebut akan berpengaruh pada cara memutuskan
pembelian Tabel 18. 65 dari konsumen cenderung tergantung situasi dalam memutuskan pembelian Indomie, karena Indomie selain rasanya
enak, praktis dalam mengkonsumsi dan mudah di dapat di tempat responden, maka responden akan terbiasa dan selalu membeli Indomie
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi. Indomie dibeli jika persediaan Indomie sudah habis. Konsumen membeli Indomie pada
waktu-waktu yang tidak tertentu, misalnya pada saat lapar dan malas untuk membeli nasi, maka diputuskan untuk membeli Indomie.
Tabel 19. Jumlah rataan Indomie yang dikonsumsi per minggu
Jumlah Rataan Bungkus Jumlah
Responden orang
Persentase
1-3 4-7
7-10 88
11 1
88 11
1
Jumlah
100 100 Berdasarkan jumlah Indomie yang dikonsumsi per minggu
Tabel 19, maka mayoritas konsumen mengkonsumsi 1-3 bungkus per minggu 88, diposisi kedua ada 11 konsumen yang mengkonsumsi
4-7 bungkus per minggu dan jumlah konsumen yang mengkonsumsi 7- 10 bungkus adalah 1. Berdasarkan gambaran tingkat konsumsi di atas,
maka secara umum dapat dikatakan bahwa mahasiswa khususnya yang indekos dan tinggal di asrama merupakan suatu pasar yang potensial
bagi penjualan Indomie. Tabel 20. Tingkat kesukaan konsumen terhadap Indomie
Jenis Rasa Jumlah
Responden orang
Persentase
Indomie goreng Indomie rasa kari ayam
Indomie rasa ayam bawang Indomie rasa soto mie
Lainnya Indomie rasa baso sapi 44
23 18
14
1 44
23 18
14
1
Jumlah
100 100 Berdasarkan informasi yang disajikan pada Tabel 20, secara
keseluruhan dapat diketahui bahwa Indomie goreng yang paling banyak disukai dan dikonsumsi oleh sebagian besar konsumen 44, lalu
sebanyak 23 konsumen menyukai Indomie rasa kari ayam. Pemilihan rasa yang dianggap favorit oleh konsumen didasarkan
beberapa alasan. Pada Tabel 21 disajikan beberapa alasan pemilihan rasa favorit tersebut.
Tabel 21. Alasan memilih Indomie favorit
Alasan Memilih Jumlah
Responden orang
Persentase
Rasanya yang enak Mudah diperoleh
Harga terjangkau 92
6 2
92 6
2
Jumlah
100 100 Secara keseluruhan alasan yang diutarakan sebagian besar
konsumen adalah rasa yang enak 92, sebab dengan mutu bumbu yang cukup dan baik telah membuat konsumen ingin tetap
mengkonsumsi dan menikmati Indomie. Tabel 22. Sikap konsumen jika ada merek lain melakukan promosi
penjualan
Sikap Konsumen Jumlah
Responden orang
Persentase
Beralih ke merek lain Tidak beralih
61 39
61 39
Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat bahwa sikap konsumen jika ada merek lain yang melakukan promosi penjualan seperti diskon harga
atau kupon berhadiah, maka 61 dari konsumen mengakui akan beralih ke merek tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa promosi penjualan
cukup mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
4.5.5. Perilaku Pasca pembelian
Setelah melakukan pembelian, konsumen akan mengevaluasi apakah hasil yang diperoleh dari pembelian produk tersebut memuaskan
atau tidak. Keyakinan dan sikap pada tahap ini akan mempengaruhi niat pembelian berikutnya di masa mendatang.
Tabel 23. Sikap konsumen pasca pembelian Indomie
Sikap Konsumen Jumlah
Responden orang
Persentase
Biasa saja Puas
Tidak puas 72
27 1
72 27
1
Jumlah
100 100 Pada Tabel 23 diperoleh 72 konsumen merasa biasa setelah
mengkonsumsi Indomie. 1 dari konsumen mengatakan tidak puas, karena Indomie yang dibeli konsumen kurang memenuhi harapan.
Tabel 24. Sikap loyalitas konsumen, jika Indomie tidak tersedia
Sikap Konsumen Jumlah
Responden orang
Persentase
Membeli mie instan lain yang tersedia Tidak jadi membeli
Mencari ke tempat lain 82
11 7
82 11
7
Jumlah
100 100 Jika Indomie tidak tersedia Tabel 24, mayoritas konsumen
Indomie 82 menyatakan akan membeli mie instan lain yang tersedia di tempat tersebut. Hal ini berarti loyalitas konsumen akan Indomie tidak
baik. Tabel 25. Sikap loyalitas konsumen, jika Indomie mengalami kenaikan
harga
Sikap Konsumen Jumlah
Responden orang
Persentase
Membeli merek mie instan lain yang lebih murah
Akan tetap membeli Tidak jadi membeli
49 37
14 49
37 14
Jumlah
100 100 49 konsumen menunjukkan rendahnya loyalitas terhadap
Indomie. Hal ini terbukti dengan keputusan konsumen untuk membeli merek mie instan lain yang lebih murah, jika terjadi kenaikan harga
Indomie.
Tabel 26.
Pendapat konsumen mengenai penambahan variasi rasa Indomie
Pendapat Konsumen Jumlah
Responden orang
Persentase
Ya Tidak
56 44
56 44
Total
100 100 Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa sebagian besar 56
konsumen menyatakan bahwa perlu adanya penambahan dari variasi rasa Indomie. Berdasarkan pendapat konsumen, variasi rasa yang perlu
ditambahkan sangat beragam, seperti rasa soto Makasar, rasa sup jamur, rasa rendang, rasa sop buntut, rasa rawon rasa barbeque, rasa cumi saus
tiram, rasa tomyam pedas, dan lain-lain. Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
proses pembelian Indomie yang dilakukan oleh konsumen pada pembelian awal akan melalui tahap-tahap proses pengambilan keputusan
pembelian. Namun tidak semua tahap harus dilalui konsumen dan tidak selalu urutannya sesuai pada setiap proses pembeliannya. Hal ini dapat
terjadi pada pembelian yang bukan untuk pertama kali. Pada kondisi ini, tahap evaluasi pasca pembelian merupakan tahap yang paling penting
untuk diperhatikan oleh produsen, karena dari evaluasi pasca pembelian akan diketahui tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen. Tahap proses
pembelian Indomie pada konsumen mahasiswa S1 IPB secara ringkas dirangkum pada Gambar 10.
Pengenalan Kebutuhan Motivasi alasan pembelian : Praktis kecepatan penyajian
Manfaat pembelian : Sebagai makanan selingan
Tingkat keterlibatan : Biasa
Waktu mengkonsumsi : Tidak tentu
Pencarian Informasi Sumber informasi
: Televisi Media yang berpengaruh
: Televisi Pengaruh iklan
: Membuat ingin membeli Fokus perhatian
: Rasa dan variasi
Evaluasi Alternatif Pertimbangan awal
: Rasa dan variasi Indikator kualitas
: Komposisi pada label
Keputusan Pembelian Alasan pemilihan
: Rasanya cocok Tempat pembelian
: Supermarket swalayan Cara memutuskan pembelian
: Tergantung situasi Mengkonsumsi dalam seminggu : 1-3 bungkus
Jenis rasa favorit : Indomie goreng
Alasan pemilihan rasa favorit : Rasanya yang enak
Sikap konsumen, jika merek lain : Beralih ke merek lain melakukan promosi penjualan
Perilaku Pasca pembelian Tingkat kepuasan
: Biasa saja Loyalitas konsumen jika Indomie : Membeli mie instan
tidak tersedia lain yang tersedia
Sikap loyalitas konsumen jika : Membeli mie instan
harga Indomie naik lain yang lebih murah
Pendapat konsumen mengenai : Perlu
penambahan variasi rasa Indomie Gambar 10. Tahap-tahap proses keputusan pembelian Indomie mahasiswa IPB
4.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian
Indomie
Analisis faktor digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian
Indomie. Metode ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara jumlah peubah-peubah yang saling bebas satu dengan lainnya, sehingga dapat dibuat
satu atau beberapa kumpulan peubah faktor yang lebih sedikit dari jumlah peubah awal, tetapi tetap mencerminkan peubah aslinya, sehingga pada
akhirnya dengan adanya pengelompokan antara peubah yang berkorelasi kuat dapat memudahkan produsen dalam merumuskan kebijakan strategi
pemasaran yang efektif untuk pemasaran Indomie. Pada penelitian ini, peubah awal yang sudah dianalisis berjumlah 17
peubah, yaitu X
1
Rasa, X
2
Harga, X
3
Kepraktisancepat saji, X
4
Kemudahan memperoleh produk, X
5
Merek terkenal, X
6
Motivasi membeli, X
7
Pengaruh iklan, X
8
Promosi penjualan, X
9
Pendapatan, X
10
Jenis Mie Instan, X
11
Pengaruh keluarga, X
12
Ukuran berat, X
13
Pengaruh teman, X
14
Kemasan, X
15
Masa kadaluarsa, X
16
Kandungan gizi dan X
17
Label halal. Setelah dilakukan pengolahan data, maka didapatkan hasil seperti pada Lampiran 25.
Pengolahan data ini bertujuan untuk menilai peubah mana yang dianggap layak untuk dimasukkan ke dalam analisis selanjutnya. Hasil
pengolahan awal tersebut memperlihatkan angka Keiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy
K-M-O MSA mencapai 0,755 dengan taraf nyata 0,000 dan nilai Khi Kuadrat pada uji Barlett sebesar 724,646. Oleh
karena angka MSA sudah di atas 0,5 dan taraf nyatanya jauh di bawah 0,05 0,000 0,05, maka peubah dan contoh awal ini dapat dianalisis lebih lanjut.
Dalam perhitungan Tabel Anti-Image Matrix Anti Image Correlation tidak didapatkan peubah yang memiliki nilai MSA angka korelasi yang
bertanda “a” di bawah 0,5. Dengan demikian tidak ada peubah yang dikeluarkan, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian ulang analisis faktor
tersebut.
Langkah berikutnya melakukan proses inti dari analisis faktor, yakni mengekstraksi sekumpulan peubah yang ada, sehingga terbentuk satu atau
lebih faktor. Metode yang digunakan dalam proses ekstraksi ini adalah Analisis Komponen Utama Principle Component Analysis. Setelah proses
ekstraksi dilakukan, maka diperoleh nilai communalities. Communalities pada dasarnya jumlah keragaman dari suatu peubah mula-mula yang dapat
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Semakin tinggi nilai communality sebuah peubah, berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang
terbentuk. Tabel 27 menunjukkan nilai communality dari 17 peubah yang dianalisis berdasarkan urutan.
Tabel 27. Nilai communality berdasarkan urutan
No Peubah Nilai Communality
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 Pengaruh teman
Pengaruh keluarga Promosi penjualan
Iklan Pendapatan
Ukuran berat Kemasan
Kandungan Gizi Masa Kadaluarsa
Harga Merek terkenal
Kemudahan memperoleh Kepraktisan cepat saji
Jenis Mie Instan Rasa
Label Halal Motivasi membeli
0,890 0,863
0,823 0,822
0,821 0,809
0,787 0,760
0,705 0,701
0,700 0,685
0,682 0,677
0,655 0,608
0,392
Dalam pengolahan ini terbentuk enam faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Indomie. Pembentukan faktor-faktor ini terdapat pada
Tabel total variance explained di Lampiran 25. Pada tabel tersebut terlihat keenam faktor yang terbentuk ini memiliki angka eigenvalue di atas 1 dan
dapat menjelaskan 72,822 dari total keragaman faktor yang terbentuk. Jika Tabel total variance menjelaskan dasar jumlah faktor yang
didapat dengan perhitungan angka, maka untuk menampilkan hal tersebut dengan grafik dapat dilihat pada Scree Plot, yaitu grafik yang menunjukkan
dampak factoring terhadap angka eigenvalue. Terlihat bahwa dari faktor satu ke faktor dua garis dari sumbu Component Number = 1 ke 2, arah garis
menurun dengan cukup tajam. Kemudian dari faktor 2 ke 3, garis masih menurun. Demikian pula dari faktor 3 ke 4, 4 ke 5, dan 5 ke 6 masih tetap
menurun, akan tetapi dengan sudut lebih kecil. Namun, setelah faktor 6 angka eigenvalue
nya sudah di bawah angka 1 dari sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meringkas ketujuh belas tersebut sangat tepat, jika dibentuk
enam faktor. Analisis selanjutnya dilakukan pada Tabel Component Matrix yang
menunjukkan distribusi dari 17 peubah pada enam faktor yang terbentuk. Seluruh peubah tersebut mengelompok pada enam faktor berdasarkan
besarnya korelasi antara suatu peubah dengan faktor yang terbentuk. Hal ini ditunjukkan dari nilai loading factor yang dihasilkan oleh masing-masing
peubah tersebut. Nilai loading factor tersebut dapat dilihat pada Tabel component matrix.
Berdasarkan hasil dalam tabel itu, maka dilakukan perbandingan besar korelasi dari nilai loading factor peubah tersebut untuk
menentukan sebuah peubah akan masuk ke dalam faktor yang mana. Dalam Tabel component matrix ini, masih ada beberapa peubah yang
tidak terlihat perbedaan nyata pada nilai loading factor, sehingga sulit untuk menentukan peubah tersebut termasuk faktor yang mana. Hal ini terlihat dari
nilai loading factor yang masih di bawah 0,5. Padahal syarat suatu peubah masuk ke dalam suatu faktor, nilai loading factor harus di atas 0,5. Untuk
melihat perbedaan yang nyata pada nilai loading factor dari setiap peubah, maka harus dilakukan proses rotasi. Rotasi dalam penelitian ini adalah rotasi
dengan metode Varimax, yang bertujuan untuk memperbesar nilai loading factor
yang dulunya memang sudah besar dan memperkecil nilai loading factor
yang dulunya memang sudah kecil, sehingga diperoleh distribusi loading factor
yang lebih jelas dan nyata. Hasil dari rotasi Varimax ini tidak merubah jumlah faktor yang telah
terbentuk, melainkan hanya merubah nilai loading factor saja. Berdasarkan hasil dari rotasi pada Tabel rotated component matrix Lampiran 25, setiap
peubah yang terdapat pada faktor yang terbentuk tersebut harus memenuhi
ketentuan cut off point, dimana nilai loading factor-nya harus lebih besar dari 0,55, agar peubah tersebut secara nyata termasuk ke dalam bagian dari suatu
faktor. Dari 17 peubah yang ada pada Tabel rotated component matrix tersebut, terdapat tiga peubah yang tidak memenuhi ketentuan cut off point.
Peubah itu adalah harga X
2
, motivasi membeli X
6
dan jenis mie instan X
10
. Akhirnya setelah dilakukan penyaringan dengan ketentuan tersebut, tersisa 14 peubah yang dapat dikelompokkan ke dalam keenam faktor yang
telah terbentuk. Tabel 28. Hasil analisis faktor
Faktor Eigenvalue
Varian Peubah Asal
Nilai Loading
Factor
Faktor Pertama
Informasi pada
Kemasan 5,357 31,510
X
15
= Masa kadaluarsa X
1
= Rasa X
17
= Label halal X
16
= Kandungan gizi 0,806
0,705 0,703
0,699
Faktor Kedua
Keunggulan Produk
2,094 12,315 X
4
=Kemudahan memperoleh produk
X
5
= Merek terkenal X
3
= Kepraktisan 0,761
0,729 0,715
Faktor Ketiga
Bauran Pemasaran
1,500 8,826 X
14
= Kemasan X
7
= Pengaruh iklan X
8
= Promosi penjualan 0,793
0,736 0,647
Faktor Keempat
Pengaruh Lingkungan
1,338 7,873 X
13
= Pengaruh teman X
11
= Pengaruh keluarga 0,916
0,881 Faktor
Kelima Ekonomi
Konsumen 1,085 6,384
X
9
= Pendapatan 0,879
Faktor Keenam
Internal Produk
1,005 5,913 X
12
= Ukuran berat 0,779
Hasil analisis faktor adalah dari 17 peubah asli yang diteliti melalui Analisis Faktor dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis
tersisa 14 peubah yang dapat direduksi menjadi enam faktor. Hasil rinci dari analisis faktor dapat dilihat pada Tabel 28 yang kemudian diinterpretasikan
sesuai dengan urutan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi pembelian Indomie.
4.6.1. Faktor Pertama Informasi pada Kemasan
Pada faktor pertama terdapat nilai eigenvalue 5,357 dan ini merupakan nilai eigenvalue terbesar diantara keenam faktor lainnya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor ini merupakan faktor yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian Indomie. Faktor ini
dapat menerangkan keragaman data sebesar 31,510. Peubah-peubah yang menyusun faktor pertama ini adalah masa
kadaluarsa, rasa, label halal dan kandungan gizi. Hal ini dapat diartikan bahwa ada sekelompok konsumen yang membeli Indomie dengan
lebih dulu mempertimbangkan masa kadaluarsa yang tercantum pada kemasan, rasa yang bervariasi, adanya label halal dan kandungan gizi
yang lengkap yang tertera pada kemasan. Melihat dari penjelasan tersebut, maka tidak salah jika faktor pertama ini dinamakan faktor
Informasi pada Kemasan. Berdasarkan nilai loading factor yang terdapat dalam Tabel 28,
dapat dilihat bahwa keempat peubah tersebut memiliki nilai loading yang cukup kuat semua angka positif dan memiliki korelasi yang
positif antara peubah. Hal ini berarti bahwa jika tercantum masa kadaluarsa, maka rasa Indomie memiliki variasi yang banyak,
kemudian adanya label halal pada kemasan, serta adanya petunjuk mengenai kandungan gizi dari Indomie yang lengkap, maka konsumen
akan semakin terdorong untuk melakukan pembelian Indomie.
4.6.2. Faktor Kedua Keunggulan Produk
Faktor kedua dinamakan Keunggulan Produk, yang terdiri dari tiga peubah, yaitu kemudahan memperoleh produk, merek terkenal dan
kepraktisan. Faktor ini memiliki nilai eigenvalue 2,094 dan mampu menerangkan keragaman data varian 12,315.
Berdasarkan nilai loading pada Tabel 28 dan Lampiran 25 Tabel rotated component matrix dari tiga peubah tersebut yaitu kemudahan
memperoleh produk 0,761, merek terkenal 0,729 dan kepraktisan
0,715, memiliki nilai loading cukup kuat semua angka positif dan memiliki korelasi positif antara variabel. Artinya dari ketiga peubah
dalam faktor tersebut terdapat sekelompok konsumen yang membeli Indomie lebih disebabkan pada besarnya pengaruh kemudahan
memperoleh produk, merek terkenal dan kepraktisancepat saji. Sedangkan peubah kemudahan memperoleh produk, merek terkenal
dan kepraktisancepat saji mempunyai korelasi positif, artinya semakin mudah diperoleh dan semakin terkenal, serta semakin praktis dalam
pengkonsumsiannya, maka akan semakin tertarik konsumen melakukan pembelian Indomie.
4.6.3. Faktor Ketiga Bauran Pemasaran
Faktor Bauran Pemasaran merupakan nama untuk faktor ketiga dan faktor ini terdiri dari tiga peubah, yaitu kemasan, pengaruh iklan
dan promosi penjualan. Faktor ini memiliki nilai eigenvalue 1,500 dan mampu menerangkan keragaman data 8,826.
Berdasarkan nilai loading pada Tabel 28 dan Lampiran 25 Tabel rotated component matrix dari tiga peubah tersebut yaitu kemasan
0,793, pengaruh iklan 0,736 dan promosi penjualan 0,647, memiliki nilai loading yang cukup kuat semua angka positif dan
memiliki korelasi positif antara peubah. Artinya dari ketiga peubah dalam faktor tersebut terdapat sekelompok konsumen yang membeli
Indomie lebih dikarenakan kemasan, pengaruh iklan dan promosi penjualan. Sedangkan peubah kemasan, pengaruh iklan dan promosi
penjualan tersebut mempunyai korelasi positif, artinya semakin menarik kemasan dan semakin ditingkatkan frekuensi iklan, serta
semakin gencar dilakukan promosi penjualan, maka akan semakin tertarik konsumen untuk melakukan pembelian Indomie.
4.6.4. Faktor Keempat Pengaruh Lingkungan
Faktor keempat ini terdiri dari dua peubah, yaitu pengaruh teman dan pengaruh keluarga. Kedua peubah ini memiliki eigenvalue 1,338
dan mampu menerangkan keragaman data 7,873. Faktor keempat ini dinamakan Faktor Pengaruh Lingkungan, karena menggambarkan
peubah-peubah yang mempengaruhi konsumen dalam proses pembelian Indomie yang berasal dari lingkungan sekitarnya.
Kedua peubah tersebut memiliki korelasi kuat satu sama lain dalam satu faktor, sebab masing-masing peubah tersebut berkorelasi
positif. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa apabila konsumen akan melakukan pembelian Indomie, maka harus mempertimbangkan
pengaruh-pengaruh yang didapatkan dari teman maupun keluarga sebagai orang-orang terdekat yang berada disekitarnya. Interpretasi
dari korelasi positif diantara kedua peubah tersebut nilai loading factor pengaruh teman adalah 0,916 dan nilai loading factor pengaruh
keluarga adalah 0,881 adalah jika pengaruh teman semakin kuat terhadap konsumen dan diikuti pula oleh pengaruh keluarga yang
semakin kuat dalam memberikan informasi tentang produk Indomie, maka konsumen akan semakin terdorong untuk melakukan pembelian
Indomie. Apabila dibandingkan nilai loading factor kedua peubah ini,
maka dapat dilihat bahwa pengaruh teman 0,916 nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai loading factor pada peubah pengaruh
keluarga 0,881. Hal ini menunjukkan lebih besarnya korelasi antara peubah pengaruh teman dengan faktor keempat ini.
Kehidupan mahasiswa yang terkadang jauh dari keluarga, memang mengharuskan konsumen untuk bersosialisasi dengan orang
lain teman. Oleh karena itu, secara langsung atau tidak langsung, teman dapat mempengaruhi pola berpikir dan perilaku konsumen,
sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa teman banyak memberikan saran mengenai produk Indomie yang pernah dibeli.
Mungkin dengan adanya informasi yang konsumen peroleh dari teman, nantinya akan memudahkan untuk segera mengambil keputusan
terhadap pembelian Indomie. Dalam hal ini, teman dan keluarga hanya berperan sebagai pemberi pengaruh, sedangkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan keputusan akhir pembelian Indomie tetap tergantung pada konsumen itu sendiri.
4.6.5. Faktor Kelima Ekonomi Konsumen
Faktor kelima dinamakan Faktor Ekonomi Konsumen, karena berhubungan dengan dana yang harus dikeluarkan konsumen untuk
membeli Indomie. Faktor ini hanya disusun oleh satu peubah, yaitu pendapatan. Faktor ini memiliki nilai eigenvalue 1,085 dan mampu
menerangkan keragaman data 6,384. Arti dari peubah pendapatan ini dalam faktor kelima adalah jika konsumen ingin melakukan
pembelian terhadap Indomie, maka akan mempertimbangkan pendapatan yang diperolehnya.
Korelasi positif yang kuat dari peubah pendapatan nilai loading factor 0,879 dapat menginterpretasikan bahwa semakin besar
pendapatan yang diperoleh atau dimiliki oleh konsumen, maka semakin mudah pula konsumen membeli Indomie tersebut.
Penjelasan ini sangat menggambarkan konsumen dalam penelitian ini yang masih berstatus sebagai mahasiswa, dimana
sebagian darinya belum mempunyai penghasilan sendiri. Oleh karena itu, pembelian Indomie yang akan dibeli harus didasarkan pada dana
yang diperoleh dari orang tua.
4.6.6. Faktor Keenam Internal Produk
Faktor Internal Produk hanya terdiri dari satu peubah, yaitu ukuran berat. Faktor ini memiliki nilai eigenvalue 1,005 dan mampu
menerangkan keragaman data 5,913. Berdasarkan nilai loading pada Tabel 28 dan Lampiran 25 Tabel
rotated component matrix dari peubah ukuran berat 0,779 memiliki nilai loading cukup kuat positif dan memiliki korelasi positif antara
peubah. Artinya terdapat sekelompok konsumen yang membeli Indomie lebih disebabkan pada besarnya ukuran beratnya. Sedangkan
peubah ukuran berat mempunyai korelasi positif, artinya semakin berat ukuran, maka akan semakin tertarik konsumen untuk melakukan
pembelian Indomie.
4.7. Analisis Gerombol
Hasil dari analisis faktor menyatakan bahwa dari 17 peubah asli yang diteliti dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis tersisa 14
peubah yang dapat direduksi menjadi enam faktor. Dari enam faktor tersebut akan dikelompokkan lagi menjadi faktor yang lebih kecil. Untuk
mengelompokkan peubah tersebut digunakan analisis gerombol secara hierarki.
Hasil keluaran pertama dari analisis gerombol menyatakan bahwa semua data 100 telah diproses tanpa ada data yang hilang Lampiran 18.
Cara pembuatan gerombol yang dimulai dari dua atau lebih peubah yang paling mirip membentuk satu gerombol, kemudian gerombol memasukkan
lagi satu peubah yang paling mirip, dan proses ini dinamakan agglomerasi. Proses agglomerasi pada akhirnya akan menyatukan semua peubah menjadi
satu gerombol. Hanya dalam prosesnya, dihasilkan beberapa gerombol dengan masing-masing anggotanya, tergantung jumlah gerombol yang dibentuk.
Perincian jumlah gerombol dengan anggota yang terbentuk bisa dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Cluster membership
Peubah 4 Gerombol
3 Gerombol 2 Gerombol
Rasa Kepraktisan
Mudah Diperoleh Merek Terkenal
Pengaruh Iklan Promosi Penjulan
Pendapatan Pengaruh Keluarga
Ukuran Berat Pengaruh Teman
Kemasan Masa Kadaluarsa
Kandungan Gizi Label Halal
1 2
2 3
3 3
2 4
3 4
3 1
1 1
1 2
2 2
2 2
2 3
2 3
2 1
1 1
1 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 1
1 1
Berdasarkan cluster membership terlihat perincian anggota jumlah gerombol yang terbentuk, yaitu :
a. Jika ditentukan 4 gerombol, maka dengan melihat kolom 4 Gerombol : 1 Anggota gerombol 1 adalah peubah rasa, masa kadaluarsa, kandungan
gizi dan label halal. 2 Anggota gerombol 2 adalah peubah kepraktisan, mudah diperoleh,
pendapatan. 3 Anggota gerombol 3 adalah peubah ukuran berat, merek terkenal,
pengaruh iklan, promosi penjualan dan kemasan. 4 Anggota gerombol 4 adalah peubah pengaruh keluarga dan pengaruh
teman. b. Jika ditentukan 3 gerombol, maka dengan melihat kolom 3 Gerombol :
1 Anggota gerombol 1 adalah peubah rasa, masa kadaluarsa, kandungan gizi dan label halal.
2 Anggota gerombol 2 adalah peubah kepraktisan, mudah diperoleh, pendapatan, ukuran berat, merek terkenal, pengaruh iklan, promosi
penjualan dan kemasan. 3 Anggota gerombol 3 adalah peubah pengaruh keluarga dan pengaruh
teman. c. Jika ditentukan 2 gerombol, maka dengan melihat kolom 2 Gerombol :
1 Anggota gerombol 1 adalah peubah rasa, masa kadaluarsa, kandungan gizi dan label halal.
2 Anggota gerombol 2 adalah peubah kepraktisan, mudah diperoleh, pendapatan, merek terkenal, pengaruh iklan, promosi penjualan,
kemasan, pengaruh keluarga, ukuran berat dan pengaruh teman. Dari hasil di atas bisa dilihat bahwa peralihan dari 4 gerombol ke 3
gerombol dan peralihan dari 3 gerombol ke 2 gerombol yang terjadi adalah penggabungan peubah-peubah yang sudah ada, dan bukan mengacak peubah
dari awal. Dalam proses keputusan pembelian Indomie ini akan diambil 4 gerombol karena dilihat dari kedekatan masing-masing peubah pada setiap
gerombol yang terbentuk. Hasil rinci dari analisis gerombol dapat dilihat pada
Tabel 30 yang kemudian diinterpretasikan sesuai dengan urutan gerombol yang terbentuk.
Tabel 30. Hasil analisis gerombol Gerombol Peubah
Gerombol Pertama Informasi pada Kemasan
X
15
= Masa kadaluarsa X
1
= Rasa X
17
= Label halal X
16
= Kandungan gizi Gerombol Kedua
Motivasi Pembelian X
4
= Kemudahan memperoleh produk X
3
= Kepraktisan X
9
= Pendapatan Gerombol Ketiga
Bauran Pemasaran X
14
= Kemasan X
7
= Pengaruh iklan X
8
= Promosi penjualan X
5
= Merek terkenal X
12
= Ukuran berat Gerombol Keempat
Pengaruh Lingkungan X
13
= Pengaruh teman X
11
= Pengaruh keluarga 1. Gerombol 1 Informasi pada Kemasan
Gerombol ini dinamakan informasi pada kemasan. Anggota gerombol informasi pada kemasan adalah rasa, masa kadaluarsa, kandungan gizi dan
label halal. Hal ini dapat diartikan bahwa konsumen membeli Indomie dengan mempertimbangkan informasi yang tercantum pada kemasan,
seperti masa kadaluarsa, label halal, variasi rasa dan kandungan gizinya. 2. Gerombol 2 Motivasi Pembelian
Gerombol ini dinamakan motivasi pembelian. Anggota gerombol motivasi pembelian adalah kepraktisan, mudah diperoleh, pendapatan. Hal ini dapat
diartikan bahwa konsumen membeli Indomie lebih disebabkan pada besarnya pengaruh kemudahan memperoleh produk, kepraktisan dan
pendapatan yang dimilikinya. 3. Gerombol 3 Bauran Pemasaran
Gerombol ini dinamakan bauran pemasaran. Anggota gerombol bauran pemasaran adalah ukuran berat, merek terkenal, pengaruh iklan, promosi
penjualan dan kemasan. Hal ini dapat diartikan bahwa konsumen membeli Indomie lebih dikarenakan ukuran berat, merek terkenal, pengaruh iklan,
promosi penjualan dan kemasan.
4. Gerombol 4 Pengaruh Lingkungan Gerombol ini dinamakan pengaruh lingkungan. Anggota gerombol
pengaruh lingkungan adalah pengaruh keluarga dan pengaruh teman. Hal ini dapat diartikan bahwa apabila konsumen akan melakukan pembelian
Indomie, maka akan mempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang didapatkan dari teman maupun keluarga sebagai orang-orang terdekat
yang berada disekitarnya. Hasil dari cluster membership ini akan sama dengan proses
Dendogram, dengan perbedaan dendogram adalah visualisasi proses clustering yang terjadi, sedangkan cluster membership langsung menunjukkan anggota
gerombol yang ada. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 18.
4.8. Analisis Biplot