I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Berdasarkan data BPS 2003 saat ini konsumen Indonesia membelanjakan 62,94 dari pengeluaran per bulannya untuk kebutuhan
makanan. Hal ini berarti bahwa kebutuhan pangan merupakan kebutuhan dasar paling utama. Pangan tersedia dalam jenis, bentuk dan macam yang
beragam. Jenis, bentuk dan macam pangan yang dipilih dan dikonsumsi sangat ditentukan oleh masing-masing individu konsumen. Seiring dengan
meningkatnya aktivitas untuk melakukan pekerjaan, maka semakin penting pula peranan makanan, serta semakin terlihat perilaku masyarakat ke pola
yang serba praktis dan efisien. Alasan kepraktisan inilah yang mendorong individu untuk mengkonsumsi makanan cepat saji yang bisa didapatkan di
restoran maupun makanan instan yang dapat diolah sendiri. Penelitian Wulandari 2003 mengemukakan bahwa alasan kepraktisan menjadi alasan
utama konsumen mengkonsumsi mie instan. Mie instan cukup dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, mulai dari
masyarakat lapisan bawah sampai masyarakat lapisan atas. Mie instan diidentikkan sebagai menu sehari-hari bagi masyarakat. Hal ini dapat
dimengerti, mengingat harga mie instan yang sangat terjangkau dan mudah diperoleh, serta mudah diproses, baik yang masih dalam kemasan maupun
yang siap dimakan. Pasar mie instan di Indonesia sangat menjanjikan, maka tidak
mengherankan jika dari waktu ke waktu banyak perusahaan baru melirik pasar mie instan. Lima tahun belakangan ini, pasar mie instan di Indonesia dikuasai
oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk ISM yang memproduksi Indomie, Supermi dan Sarimi, dengan produk andalan Indomie Anggoro, 2005.
Sebagai market leader dominasi Indomie sangat kuat, sampai tahun 2002 Indomie masih menguasai sekitar 90 pasar mie instan di Indonesia. Namun
pada tahun 2003 PT Sayap Mas Utama yang memproduksi mie instan dengan merek Mie Sedaap, berhasil merebut pangsa pasar mie instan sebesar 15,
sehingga penguasaan Indomie terhadap pasar mie instan menurun dari 90
menjadi 75. Untuk meraih kembali pangsa pasar Indomie, PT ISM menyusun strategi baru, mulai dari peluncuran produk baru, melakukan
promosi dengan memberi hadiah, sampai pada penataan ulang manajemen distribusinya Majalah SWA, 2006. Hal ini mengakibatkan dipenghujung
tahun 2004 Indomie berhasil kembali meraih 3 pangsa pasarnya menjadi 78 dari seluruh pangsa pasar mie instan di Indonesia PT Indofood Sukses
Makmur, 2004. Dalam kondisi seperti ini, Indomie harus selalu siap menghadapi persaingan yang ketat dari mie instan lainnya.
Indomie adalah merek mie instan yang paling terkenal di Indonesia, karena begitu terkenalnya hingga orang Indonesia memanggil mie instan
dengan sebutan “Indomie”, walaupun yang dikonsumsi bukan merek Indomie. Secara nasional, Indomie sudah meraih brand equity yang memudahkan
Indofood meluncurkan produk baru maupun upaya menguasai pasar Jonatan, 2004. Sebelum konsumen mendapatkan produk, konsumen akan
menyebutkan nama merek yang akan dibeli. Hal ini berkaitan dengan strategi dan informasi yang disampaikan oleh perusahaan agar merek tersebut selalu
dalam ingatan konsumen. Merek yang dibeli merupakan merek yang ada dalam ingatan konsumen. Sebagai ilustrasi, disajikan 10 merek mi instan yang
paling dikenal oleh konsumen di beberapa kota Tabel 1. Tabel 1. Top of mind brand awareness Mie Instan berdasarkan kota
Kota Penelitian Merek
Jakarta Bandung
Semarang Surabaya
Medan Makassar
Total Indomie
Mie Sedaap Supermi
Sarimi Mie 100
Alhami Mie Gaga
Mie ABC Salam Mie
Selera Rakyat Lainnya
76,4 12,6
6,3 3,4
0,2 0,0
0,5 0,0
0,2 0,0
0,5 40,8
16,7 15,1
20,1
2,3 0,0
0,3 3,0
1,0 0,0
0,7 58,5
25,0 6,0
4,5 2,0
0,0 1,0
0,5 0,5
1,0 1,0
49,1 46,3
1,8 1,5
0,0 0,0
0,3 0,0
0,3 0,5
0,3 56,4
2,4 10,0
5,6 7,6
10,4 5,6
1,6 0,0
0,0 0,4
73,5 9,2
4,1 8,2
0,0 0,5
0,0 1,5
0,5 0,0
2,6 61,0
19,6 6,9
6,4 1,6
1,4 1,1
0,9 0,4
0,2 0,1
Sumber : SurveyOne, 2005. Berdasarkan hasil penelitian SurveyOne yang dilakukan di beberapa
kota di Indonesia, dari segi Top of Mind Brand Awareness, Indomie berada pada posisi pertama dengan jumlah total yang selangnya sangat jauh
dibandingkan dengan merek-merek mie instan lainnya, artinya Indomie sudah begitu melekat di benak konsumen, sehingga ketika konsumen akan
memutuskan untuk membeli mie instan, maka Indomie akan menjadi prioritas pertama konsumen dalam memutuskan untuk mengkonsumsi mi instan.
Kota Bogor merupakan salah satu daerah yang potensial bagi pengembangan sumber daya manusia SDM, yang dapat dilihat dari
banyaknya mahasiswa pendatang dari luar Bogor yang menuntut ilmu di Bogor, khususnya di Institut Pertanian Bogor IPB. Selama ini mie instan,
khususnya Indomie kerap diidentikkan sebagai menu sehari-hari bagi para anak kos. Hal ini dapat dimengerti, mengingat harga Indomie yang sangat
terjangkau, juga takaran bumbu yang memungkinkan mie dapat diberi kuah melimpah, sehingga makanan tersebut dapat mengenyangkan Hasibuan,
2003. Secara tidak langsung kondisi ini menunjukkan bahwa mahasiswa indekos merupakan salah satu populasi konsumen yang cukup besar dan
potensial untuk dimanfaatkan pihak Indofood. Menyikapi hal di atas, maka PT ISM harus memiliki pengetahuan yang
mendalam mengenai perilaku konsumen, meliputi proses keputusan pembelian, persepsi dari produknya dan strategi pemasaran yang tepat dalam
kondisi persaingan kompetitif.
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana proses pengambilan keputusan konsumen dalam
mengkonsumsi mie instan merek Indomie ? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan
pembelian Indomie ? 3. Bagaimana posisi atribut Indomie dibandingkan dengan merek mie instan
lainnya dari sisi konsumen ? 4. Bagaimana implikasi studi perilaku konsumen terhadap strategi
pemasaran, khususnya terhadap bauran pemasaran ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen dalam mengkonsumsi mie instan merek Indomie.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian Indomie.
3. Mengetahui posisi atribut Indomie dibandingkan dengan merek mie instan lainnya dari sisi konsumen.
4. Memberikan rekomendasi kebijakan strategi pemasaran, khususnya terhadap bauran pemasaran mie instan yang didasarkan hasil studi perilaku
konsumen.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Konsumen