Gambar 8. Sistem distribusi Mie Instan di Indonesia PT. Capricorn Indonesia Consultant dalam Hasibuan, 2003
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian terhadap produk mie instan diantaranya dilakukan oleh Juniarti 2001, dengan judul Analisis Proses Keputusan Pembelian Mie Instan
dan Identifikasi Atribut Produk yang Diinginkan Konsumen Studi Kasus Kotamadya Bogor menjelaskan bahwa sebagian besar responden
mengkonsumsi mie instan sebagai makanan selingan, terutama sebagai sarapan pagi. Pertimbangan awal responden kelas menengah dan bawah dalam
membeli adalah harga yang terjangkau, sedangkan responden kelas atas adalah rasa yang cocok. Faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam
membeli mie instan adalah rasa, harga, gaya hidup, kemudahan memperoleh produk dan merek. Pola konsumsi responden yang menginginkan kepraktisan
dan kemudahan dalam penyajian mendorong responden membeli mie instan. PABRIK
DISTRIBUTOR UTAMA
SUB DISTRIBUTOR
SUB DISTRIBUTOR
Pedagang Grosir
Pedagang Besar
Pasar Swalayan
Pedagang Eceran
Operasi Kanvas
SUB DISTRIBUTOR
PENGECER
KONSUMEN
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi atribut produk yang diinginkan konsumen adalah Model Multiatribut Fishbein terhadap merek mie
instan, yaitu Indomie, Sarimi, Gagamie dan Supermie. Atribut produk yang diidentifikasi adalah harga, rasa, tidak mengandung pengawet, volume, fungsi
mie instan sebagai penghilang rasa lapar, merek dan ketersediaannya. Produsen perlu melakukan segmentasi pasar berdasarkan konsumen kelas atas,
menengah dan bawah yang didasarkan pada harga jual yang dapat diterima oleh semua kalangan. Selain itu, produsen perlu membuat variasi rasa, inovasi
kemasan dan memperhatikan harga produk. Hasil penelitian Hasibuan 2003, dengan judul Analisis Proses
Keputusan Pembelian Mie Instan dan Implikasinya terhadap Strategi Pemasaran Studi Kasus pada Konsumen Mahasiswa di Bogor menyatakan
bahwa berdasarkan hasil Analisis Faktor, enam peubah utama yang paling dipertimbangkan atau mempengaruhi keputusan pembelian mie instan pada
konsumen mahasiswa di empat perguruan tinggi terbesar di Bogor, yaitu IPB, Universitas Pakuan, Universitas Ibnu Khaldun dan Akademi Kimia Analisis
adalah kepraktisan, rasa, berat bersih per bungkus, merek, motivasi dan harga. Berdasarkan Principal Component Analysis PCA dihasilkan enam
Komponen Utama. Komponen Utama Pertama terdiri dari rasa dan berat bersih per bungkus, Komponen Utama Kedua terdiri dari kemudahan
diperoleh, merek dan promosi penjualan. Komponen Utama Ketiga adalah motivasi membeli, pengaruh teman yang berkorelasi negatif dengan pengaruh
keluarga. Komponen Utama Keempat adalah harga dan penerimaan per bulan, dan Komponen Utama Kelima adalah kepraktisan dan informasi nilai gizi
yang berkorelasi negatif dengan situasi pembelian, sedangkan iklan dan kemasan merupakan peubah penyusun Komponen Utama Keenam.
Rusmawati 2004 dengan penelitian berjudul Analisis Preferensi Konsumen terhadap Produk Tatarias Lipstik Studi Kasus PT. Avon Indonesia
Cabang Bogor menjelaskan bahwa dari 104 responden, sebanyak 79 orang menyatakan bahwa manfaat kosmetika tatarias lipstik adalah mendukung
penampilan dan akan merasa kurang bila tidak menggunakan lipstik. Sumber
informasi yang diperoleh konsumen sebagian besar dari teman atau keluarga, karena sistem penjualan lipstik Avon secara langsung direct selling.
Berdasarkan Analisa Multiatribut Fishbein, atribut yang dianggap penting oleh responden adalah mutu, tingkat kecocokan, warna, harga dan
ketersediaan. Berdasarkan Analisis Biplot terhadap produk Avon yang dibandingkan dengan Revlon dan Oriflame, atribut yang perlu dipertahankan
oleh Avon adalah atribut wangi, mutu dan keterkenalan merek. Hubungan antar atribut berkorelasi positif, artinya persepsi konsumen terhadap merek
Avon yang populer dengan mutu yang baik dan memiliki kewangian yang sesuai dengan keinginan konsumen.
Parinduri 2004 dengan penelitian berjudul Analisis Pengambilan Keputusan Konsumen dan Perceptual Mapping Mie Instan di Kota Bekasi
Kasus di Supermarket Hero, Matahari dan Giant. Penelitian ini menggunakan analisis tabulasi silang, uji khi kuadrat dan biplot. Terdapat
hubungan antara pendapatan dengan mie instan yang paling sering dikonsumsi, pertimbangan utama sebelum membeli mie instan dan dalam
memutuskan pembelian mie instan. Hal lainnya, tidak ditemui adanya hubungan antara pendapatan dengan manfaat yang dicari dari mie instan,
sumber informasi mie instan dan loyalitas pada mie instan. Dengan semakin tinggi pendapatan, maka semakin leluasa dalam pemilihan produk yang
diinginkannya. Dari hasil analisis biplot diketahui bahwa Mie Sedaap dan Indomie memperoleh persepsi yang relatif bagus dari konsumen. Sedangkan
Supermi, ABC, dan Sarimi cenderung kurang memperoleh persepsi dari konsumen.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Lima tahun belakangan ini, pasar mie instan di Indonesia dikuasai oleh PT ISM yang memproduksi mie instan seperti merek Indomie, Supermi dan
Sarimi, dengan produk andalannya adalah Indomie. Sebagai market leader, dominasi Indomie sangat kuat hingga menguasai + 78 pangsa pasar mie
instan di Indonesia. Indomie adalah merek mie instan yang paling terkenal di Indonesia. Namun karena persaingan industri mie instan di Indonesia yang
sangat ketat, maka pihak PT ISM harus waspada terhadap persaingan tersebut. Menyikapi kondisi ini, penting bagi pihak PT ISM mengetahui bagaimana
perilaku aktual konsumennya, serta produk seperti apa yang disukai dan diinginkan konsumen.
Permasalahan di atas dapat dijawab dengan mengadakan studi perilaku konsumen yang menganalisis proses keputusan pembelian Indomie yang
dilakukan oleh konsumen mahasiswa S1 IPB Bogor yang menetap secara indekos atau tinggal di asrama, dimana mahasiswa tersebut sebagai salah satu
populasi pangsa pasar yang potensial. Proses keputusan pembelian Indomie ini meliputi lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi elternatif, pembelian dan evaluasi setelah pembelian. Dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam
proses keputusan pembelian digunakan Analisis Faktor dan Analisis Gerombol.
Untuk memenuhi karakteristik konsumen dan tahapan dalam proses keputusan pembelian dilakukan analisis deskriptif melalui tabulasi sederhana,
dimana data yang diperoleh dari jawaban responden ditransformasikan ke dalam suatu bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan. Dasar
pemikiran yang digunakan untuk meneliti persepsi konsumen adalah mengetahui bagaimana sikap konsumen terhadap suatu merek tertentu.
Perbedaan penilaian persepsi konsumen ini menjadi penyebab perbedaan posisi antar merek mie instan. Dalam hal ini Indomie akan dibandingkan
dengan Mie Sedaap, Supermi dan Sarimi sebagai mie instan yang berada di