10
Kelas XII SMASMK
2. Pandai-pandailah Bertanya
Belajar bukan sekadar mendengarkan dan hanya menerima. Kita harus melibatkan diri secara aktif, mencoba menekuni setiap materi yang
disampaikan untuk selanjutnya mengembangkan maksud dari materi yang dipelajari. Mencari hal-hal yang meragukan dari materi tersebut
dan menanyakannya sampai mendapatkan jawaban yang lebih baik dan mendekati kebenaran. Pertanyaan-pertanyaan menunjukkan adanya rasa
keingintahuan atau minat yang besar akan pelajaran itu.
Nabi Kongzi belajar dengan cara banyak bertanya. Beliau tidak hanya belajar dari guru dan para seniornya, melainkan dari teman-teman dan
bahkan dari murid-muridnya. Suatu ketika ia berkata: “Tiap kali jalan bertiga, niscaya ada yang dapat kujadikan guru. Kupilih yang baik,
kuikuti, dan yang tidak baik, aku perbaiki”. Sabda Suci. VII: 22.
Nabi Kongzi menyakini bahwa kita dapat belajar dari siapa pun, apa pun, kapan pun, dan di mana pun. Dengan kata lain, siapa saja bisa
menjadi guru, dan di mana pun kita dapat belajar. Kita dapat belajar dari semua hal yang ada di luar diri kita. Belajar untuk tahu dan mampu
melakukan yang positif, tahu dan mampu untuk menghindari hal yang negatif. Kemampuan bertanya menunjukkan kemampuan mengetahui apa
yang tidak atau belum diketahui. Dapat mengetahui hal-hal yang tidak diketahui adalah awal dari pengetahuan.
Di dalam Kitab Sabda Suci Lunyu, dicatat ketika Nabi Kongzi mengunjungi sebuah Kuil Besar di negeri Lu. Karena tertarik dengan
berbagai benda baru yang dilihat di sekitarnya. Kongzi muda bertanya dengan tanpa berhenti tentang segala hal.
Kita dapat bayangkan bahwa ia menanyakan hal seperti ini: ”Apakah ini? Apakah itu? Untuk apakah bejana ini digunakan? Apakah arti dari tata
upacara itu?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa Nabi Kongzi memiliki rasa ingin tahu yang kuat.
Sikap Nabi Kongzi menunjukkan dua hal mencintai ilmu pengetahuan dan semangat meneliti. Ketika seseorang telah memiliki kecerdasan yang
kuat, ia akan mencoba untuk belajar sebanyak mungkin dan memperluas pelajaran akan memperluas pandangannya dalam ilmu pengetahuan,
membuatnya melihat segala hal dengan lebih jelas dan memiliki pandangan yang lebih luas. Menanyakan sesuatu hal dengan tujuan untuk
11
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
mendapatkan jawaban yang lebih baik atau lebih tepat dan mendekati kebenaran. Ada sembilan hal yang diperhatikan oleh seorang Junzi, salah
satunya adalah: “dalam menjumpai keragu-raguan selalu dipikirkan, sudahkah bertanya baik-baik?”
“…Ada hal yang tidak ditanyakan, tetapi hal yang ditanyakan bila belum sampai benar-benar mengerti janganlah dilepaskan…”
Sumber: dokumen Kemdikbud
Gambar 1.2 Bertanya menunjukkan
rasa ingin tahu yang kuat.
3. Hati-hatilah Memikirkannya
Berpikir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam belajar. Kita tidak akan memperoleh manfaat dengan hanya membaca buku atau
mendengarkan dari guru. Kita harus melakukan sesuatu dalam diri kita sendiri. Ketika kita belajar, kita tidak dapat secara otomatis mengambil
dan menyerap pengetahuan. Tetapi kita harus berpikir tentang semua informasi itu, sehingga tidak salah menarik kesimpulan dari materi yang
kita pelajari.
Pada tingkatan seperti ini, kita telah mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam pemahaman. Nabi Kongzi menegaskan “Belajar tanpa
berpikir sia-sia. Berpikir tanpa belajar berbahaya”. Sabda Suci. II: 15 Belajar dan berpikir harus sejalan secara bersamaan. Suatu ketika,
Nabi Kongzi menyatakan: “Aku pernah sepanjang hari tidak makan dan sepanjang hari tidak tidur hanya untuk merenungkan sesuatu. Ini ternyata
tidak berguna, lebih baik belajar”. Sabda Suci. XV: 31
Berpikir sebuah usaha untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, yang sesuai dan yang tidak sesuai, yang dapat dilaksanakan
dan yang tidak dapat dilaksanakan. Tentu saja, kemampuan menyaring dan