Asal-Usul Tradisi Memberikan Hongbao Bentuk Hongbao

123 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Sumber: http:www.yangmuda.comread detail2180026hal-hal-yang-harus-disiapkan- untuk-menyambut-imlek Gambar 7.5 Hongbao sampul merah berisi uang

c. Makna Memberi Hongbao

Orang Tionghoa menitik beratkan banyak masalah pada simbol- simbol, demikian pula halnya dengan tradisi Ya Sui ini. Sui dalam Ya Sui berarti umur, mempunyai lafal yang sama dengan karakter Sui yang lain yang berarti bencana. Jadi, Ya Sui bisa disimbolkan sebagai ”mengusir atau meminimalkan bencana” dengan harapan anak-anak yang mendapat hadiah Ya Sui akan melewati satu tahun ke depan yang aman tenteram tanpa halangan berarti. Di dalam tradisi Tionghoa, orang yang wajib dan berhak memberikan angpao biasanya adalah orang yang telah menikah, karena pernikahan dianggap merupakan batas antara masa kanak- kanak dan dewasa. Selain itu, ada anggapan bahwa orang yang telah menikah biasanya telah mapan secara ekonomi. Selain memberikan hangbao kepada anak-anak, mereka juga wajib memberikan hangbao kepada yang dituakan. Bagi yang belum menikah, tetap berhak menerima hangbao walaupun secara umur seseorang itu sudah termasuk dewasa. Ini dilakukan dengan harapan hangbao dari orang yang telah menikah akan memberikan nasib baik kepada orang tersebut, dalam hal ini tentunya jodoh. Bila seseorang yang belum menikah ingin memberikan hangbao, sebaiknya cuma memberikan uang tanpa amplop merah. Namun tradisi di atas tidak mengikat. Sekarang ini, pemberikan hangbao tentunya lebih didasarkan pada kemapanan secara ekonomi, lagipula makna hangbao bukan sekedar jumlah uang yang ada di dalamnya, melainkan makna senasib sepenanggungan, dan saling mengucapkan dan memberikan harapan baik untuk satu tahun ke depan kepada orang yang menerima hangbao tadi. 124 Kelas XII SMASMK

2. Makanan Khas Tahun Baru

Hidangan yang menjadi tradisi dalam perayaan Yinli ini adalah kue keranjang atau biasa juga disebut sebagai dodol cina. Kue ini menjadi perlambang bahwa kehidupan di tahun mendatang menjadi lebih manis. Di samping itu, dihidangkan pula kue mangkok sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Selain kue keranjang dan kue mangkok dihidangkan pula kue lapis dan ikan bandeng. Ikan bandeng biasanya disuguhkan sebagai persembahan sembahyang. Kue lapis sendiri menjadi perlambang rezeki yang berlapis- lapis. Pada saat perayaan Tahun Baru Yinli, ada juga hidangan yang dihindari untuk dihidangkan misalnya bubur, karena masyarakat Tionghoa percaya bahwa bubur merupakan makanan yang melambangkan kemiskinan. Hidangan cemilan lain yang khas pada saat Yinli yaitu kuaci, kacang dan permen. Di malam Tahun Baru Yinli, orang-orang biasanya bersantap di rumah atau pun di restoran. Setelah makan malam bersama, biasanya mereka bergadang semalam suntuk dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar dengan maksud agar rezeki bisa masuk ke rumah dengan leluasa. Tradisi lainnya adalah membakar petasan. Tepat pada hari raya Yinli, orang membakar petasan atau mercon yang merupakan simbol kegembiraan karena rezekinya ’meledak’. Ada pula yang memanggil barongsai sebagai tanda mengundang rezeki dan menolak bala. Pakaian baru berwarna merah menjadi salah satu tradisi yang biasanya masih dilakukan oleh orang-orang maksudnya untuk mencerminkan awal tahun dan kehidupan yang baru yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Meskipun hal ini tidak wajib, namun masyarakat Tionghoa percaya bahwa warna merah bisa memberikan keberuntungan bagi pemakainya. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan banyaknya orang yang memakai pakaian berwarna merah pada saat perayaan Yinli berlangsung.