Seperti Bercermin Menuntut Diri Sendiri a. Kambing Hitam

91 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti apa yang memang kita tampilkan, dan jangan juga berharap mendapat tampilan yang cemerlang bila apa yang ditampilkan kusam penuh debu. Mengzi berkata: “Ada sebuah nyanyian anak-anak yang berbunyi, ‘Sungai Cang Lang di kala jernih, boleh untuk mencuci tali topiku, Sungai Cang Lang di kala keruh, boleh untuk mencuci kakiku”. Nabi Kongzi bersabda: “Murid-muridKu, dengarlah. Di kala jernih untuk mencuci tali topi, di kala keruh untuk mencuci kaki. Perbedaan ini, air itu sendiri membuatnya. Maka orang tentu sudah menghinakan diri sendiri, baru orang lain menghinakannya. Suatu keluarga niscaya telah dirusak sendiri, baru kemudian orang lain merusakkannya. Suatu Negara niscaya telah diserang sendiri, baru kemudian orang lain menyerangnya”. Perlakuan orang terhadap air itu tergantung airnya, maka begitu juga perlakuan orang terhadap kita, sangat tergantung dari bagaimana kita memperlakukan diri kita, dan selanjutnya bagaimana kita memperlakukan orang lain. Hal ini kiranya dapat membantu kita untuk mengerti dan memahami setiap perlakuan orang kepada kita. Menyadari benar apa yang telah kita ‘berikan‘ ketika kita menerimanya kembali dari orang lain. Jangan pernah berharap menjadi orang terhormat, jika kita memang tidak pernah mencoba menghormati diri kita sendiri lebih dahulu. Jangan pernah berharap orang lain menghormati kita, jika kita tidak menghormati orang lain terlebih dahulu. Jadi, apa yang kita terima hari ini adalah hasil dari apa yang telah kita berikan pada hari-hari sebelumnya termasuk apa yang kita berikan pada pikiran kita. Perlakuan yang kita terima dari orang lain adalah hasil dari apa yang telah kita lakukan pada mereka sebelumnya. sumber: dokumen penulis Gambar 6.4 Perlakuan orang terhadap air tergantung airnya. 92 Kelas XII SMASMK Zhengzi berkata: ”Was-was dan hati-hatilah, apa yang berasal darimu akan kembali kepadamu. Mengzi. IB: 12 Penting

c. Melakukan Lebih Dulu

Dalam interaksi kita dengan sesama, tidak perlu untuk saling menuntut. Kalau ada yang harus dituntut itu adalah diri kita sendiri. Sebagai apa pun peran kita, sebagai adik atau sebagai kakak, sebagai bawahan atau sebagai atasan. Tuntutlah diri kita sendiri, dan jadilah yang terbaik sebagai apa pun peranpredikat kita. Ketika kita adalah seorang pendengar, kita tak perlu menuntut si ‘pembicara’ menjadi pembicara yang baik, kitalah yang harus menjadi pendengar yang baik, pendengar yang baik sangat mungkin menjadi pembicara yang baik. Ketika kita adalah seorang pembicara, kita juga tak perlu menuntut ‘pendengar’ menjadi pendengar yang baik, kitalah yang harus menjadi pembicara yang baik, pembicara yang baik berasal dari pendengar yang baik. Kita semua memiliki satu peran yang sama perihal kita sebagai ‘anak’, jadilah yang terbaik berhenti pada puncak kebaikan sebagai seorang anak yaitu dengan ‘berbakti’. Jika kita hanya menuntut orang tua untuk menjadi yang terbaik sebagai orang tua seperti yang kita mau, ada baiknya kita bertanya lebih dahulu “Apa yang kita harapkan pada anak kita kelak ketika kita telah menjadi orang tua?” atau bisa saja pada saat yang sama seseorang memiliki peran keduanya sebagai anak sekaligus sebagai orang tua, sebagai adik sekaligus sebagai kakak, dan seterusnya. Sumber: Dokumen Kemdikbud Gambar 6.5 Jangan mencari penyebab atau kesalahan dari pihak lain. 93 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Dari sini nampak jelas bahwa ketika kita menuntut orang lain sama artinya kita menuntut diri sendiri dalam peran kita yang lain. Maka menjadi jelas bahwa diri kita adalah ‘sentral’ dalam proses pembinaan diri, dalam proses mengharmoniskan hubungan, dan dalam rangka memperbaiki kesalahan-kesalahan. “Jalan suci seorang Junzi ada empat yang khawatir belum satu kulakukan. Apa yang kuharapkan dari anakku, belum dapat kulakukan terhadap orang tuaku; apa yang kuharapkan dari menteriku belum dapat ku lakukan terhadap rajaku; apa yang kuharapkan dari adikku, belum dapat ku lakukan terhadap kakakku; dan apa yang kuharapkan dari temanku, belum dapat ku lakukan lebih dahulu. Di dalam menjalankan kebajikan sempurna, hati-hati di dalam membicarakannya, bila ada kekurangan aku tidak berani tidak sekuat tenaga mengusahakannya; dan bila ada yang berkelebihan aku tidak berani menghamburkannya; maka di dalam berkata-kata selalu ingat akan perbuatan dan di dalam berbuat selalu ingat akan kata-kata. Bukankah demikian ketulusan hati seorang Junzi?” Tengah Sempurna. Bab XII: 4 Inilah pertanyaan panjang sepanjang perjalanan hidup kita, “Dapatkah lebih dahulu memberikan dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain berikan atau lakukan kepada kita?”. Bagaimana dengan sikap kalian? Apakah kalian lebih sering menuntut diri sendiri atau lebih sering menuntut orang lain? Releksi

3. Berbuat Tanpa Pamrih

Setiap orang pasti mempunyai sesuatu yang harus dikerjakan dilakukan, dan menjadi prinsip penting bahwa segala sesuatu yang secara moral harus dilakukannya “lakukanlah tanpa pamrih”. Hal ini dikarenakan nilai suatu pekerjaan yang harusnya kita lakukan terletak pada pekerjaan itu sendiri, bukan pada hasil di luar pekerjaan itu. Teruslah melakukan, apa yang kita ketahui seharusnya dilakukan tanpa memikirkan apakah dalam prosesnya kita akan berhasil atau gagal.