Karakteristik Huruf Zhong Pelaksanaan Sikap Zhong
44
Kelas XII SMASMK
Namun kemudian, karena disesuaikan dengan alam pikir
manusia maka persembahyangan itu pada perkembangannya selalu
disertai dengan berbagai macam tata- cara ditambah dengan pengorbanan,
persembahan, dan persyaratan lainnya. Hal tersebut sering kali
bahkan melupakan panggilan imani yang pada awalnya secara murni
keluar dari hati nurani berdasarkan kesucian lahir batin. Oleh karena itu,
persembahyangan harus dikembalikan pada pokoknya, yaitu kesucian diri
lahir batin, sehingga berkenan kepada- Nya.
Jadi, sesungguhnya ‘persembahyangan’ kepada Tian harus didasari dengan pengamalan akan irman-Nya, yaitu berbuat sesuai dengan
watak sejati sebagai kodrat yang diirmankan-Nya. Demikianlah sikap satya zhong kepada Tian.
Maka menjadi jelas, bahwa untuk mengabdi dan melakukan ‘persembahyangan’ kepada Tian, tidak dapat tidak satya kepada
kodrat yang diirmankan-Nya itu.
Manusia pada kodratnya memang terpanggil untuk mengabdi kepada Tian, dan hal ini sudah merupakan suara hati nuraninya,
karena itu adalah bentuk pengabdian kepada-Nya dalam persembahyangan, dan hal ini harus didasari oleh kesucian
lahir batin agar berkenan kepada-Nya.
Dalam agama Khonghucu, perwujudan pengabdian itu didasari oleh tuntutan rasa zhong, dan zhong ini adalah Satya
kepada apa yang di Firmankan Tian, yaitu menepati kodrat kemanusiaan dengan menggemilangkan kebajikan.
Releksi
Sumber: Dokumen Kemdikbud
Gambar 3.1 Secara imani manusia
terdorong mengadakan ‘Persembahyangan’ untuk mencurahkan isi pengabdiannya
terhadap Tian
45
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
b Sebagai Sikap Hidup Dalam membentuk sikap diri dalam Zhong di kehidupan
sehari-hari, marilah kita hayati beberapa ayat berikut: Zilu bertanya kepada Nabi Kongzi: “Kalau pangeran Wei mengangkat guru dalam
pemerintahan, apakah yang akan Guru lakukan terlebih dahulu?” 1. Nabi bersabda: “Akan kubenarkan dahulu nama-nama”.
Nabi Kongzi dengan tegas telah memberikan suatu contoh tindakan yang utama dari cara menyelenggarakan pemerintahan, yaitu
dengan membenarkan nama-nama. Menjadi jelas, bahwa nama itu harus tepat dan sesuai dengan yang dinamai.
Demikian juga dengan manusia, seharusnya tidak ingkar dari kodrat kemanusiaannya. Karena manusia itu mengemban karunia dan
tugas dalam watak sejatinya maka segala tindakan yang dilakukannya harus selaras dengan watak sejati. Artinya, harus Satya kepada kodrat
kemanusiaannya sesuai dengan Firman-Nya.
Selanjutnya, kesamaan kodratnya sebagai manusia yang mengemban irman Tian, manusia mempunyai fungsi profesional atau
predikat diri yang berbeda. Predikat dan fungsi sebagai anak; sebagai orang tua; sebagai bawahan; sebagai atasan; sebagai istri sebagai
suami; sebagai adik; sebagai kakak; sebagai junior; dan sebagai senior.
Seorang anak, harus satya kepada apa dan bagaimana sebagai anak itu. Demikian pula sebagai orang tua, satya lah dengan fungsinya
profesional atau predikatnya sebagai orang tua. Selanjutnya demikian pula untuk segala fungsi dan predikat yang disandang oleh manusia,
hendaknya satya kepada predikat yang disandangnya tersebut.
”Pangeran Jing dari negeri Qi bertanya tentang pemerintahan kemasyarakatan kepada Nabi Kongzi. 2. Nabi Kongzi bersabda:
“Pemimpin hendaklah sebagai pemimpin, pembantu sebagai pembantu, orang tua sebagai orang tua, dan anak sebagai anak”
3. Pangeran itu berkata, “Sungguh bagus Kalau pemimpin tidak dapat menempatkan diri sebagai pemimpin, pembantu tidak sebagai
pembantu, orang tua tidak sebagai orang tua, dan anak tidak sebagai anak, meskipun berkecukupan makan dapatkah kita menikmati?”
Sabda Suci. XII: II
Di dalam kehidupan sehari-hari, sikap satya bisa diartikan lebih sederhana dengan kata setia. Setia kepada tugas, kepada janji, kepada
kata-kata adalah panggilan rasa satya. Bisakah seorang manusia yang
46
Kelas XII SMASMK
hendak satya akan dirinya meninggalkan rasa setia kepada tugas janjikata-katanya? Hal ini jelas tidak mungkin Karena setia itulah
bentuk sederhana dari satya. Setia itulah awal dari panggilan rasa satya. Dengan kata lain, satya itu dibangun dengan segala rasa setia.
Bila pemimpin hendak satya kepada kepemimpinannya, bukankah ia harus setia akan tugasnya, setia pada janji kepemimpinannya, setia
akan kata-katanya? Demikian juga akan halnya seorang pembantu atau bawahan, untuk memulai satya kepada predikat yang disandangnya
ia harus bangun dengan rasa setia. Dalam kedudukan sebagai orang tua yang satya pada predikatnya sebagai orang tua yang tercurah
dalam bentuk kasih dan sayang. Seorang anak yang harus satya pada predikatnya sebagai seorang anak, yang tercurah dalam bentuk bakti
kepada orang tua. Maka dikatakan, didalam berkata-kata selalu ingat akan perbuatan dan didalam perbuatan selalu ingat akan kata-kata
yang telah diucapkan, demikian ketulusan hati seorang Junzi.
Dari uraian di atas, dapatlah kita ketahui bahwa Zhong dalam pemahamannya dapat dipetakan ke dalam dua tinjauan, yaitu:
1. Zhong satya kepada kodrat kemanusiaan watak sejati yang diirmankan Tuhan. Artinya, berbuat sesuai dengan watak
sejatinya. 2. Zhong satya kepada fungsi profesionalpredikatnya. Artinya,
berbuat sesuai dengan kedudukan dan fungsi profesionalnya.
Aktivitas 3.1
Aktivitas Mandiri
Selain predikat sebagai manusia, apa lagi predikat yang sekarang kalian miliki, dan apa tugas dan kewajiban dari
predikat tersebut?
47
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti