Pandai-pandailah Bertanya Pendekatan Belajar

11 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti mendapatkan jawaban yang lebih baik atau lebih tepat dan mendekati kebenaran. Ada sembilan hal yang diperhatikan oleh seorang Junzi, salah satunya adalah: “dalam menjumpai keragu-raguan selalu dipikirkan, sudahkah bertanya baik-baik?” “…Ada hal yang tidak ditanyakan, tetapi hal yang ditanyakan bila belum sampai benar-benar mengerti janganlah dilepaskan…” Sumber: dokumen Kemdikbud Gambar 1.2 Bertanya menunjukkan rasa ingin tahu yang kuat.

3. Hati-hatilah Memikirkannya

Berpikir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam belajar. Kita tidak akan memperoleh manfaat dengan hanya membaca buku atau mendengarkan dari guru. Kita harus melakukan sesuatu dalam diri kita sendiri. Ketika kita belajar, kita tidak dapat secara otomatis mengambil dan menyerap pengetahuan. Tetapi kita harus berpikir tentang semua informasi itu, sehingga tidak salah menarik kesimpulan dari materi yang kita pelajari. Pada tingkatan seperti ini, kita telah mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam pemahaman. Nabi Kongzi menegaskan “Belajar tanpa berpikir sia-sia. Berpikir tanpa belajar berbahaya”. Sabda Suci. II: 15 Belajar dan berpikir harus sejalan secara bersamaan. Suatu ketika, Nabi Kongzi menyatakan: “Aku pernah sepanjang hari tidak makan dan sepanjang hari tidak tidur hanya untuk merenungkan sesuatu. Ini ternyata tidak berguna, lebih baik belajar”. Sabda Suci. XV: 31 Berpikir sebuah usaha untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, yang sesuai dan yang tidak sesuai, yang dapat dilaksanakan dan yang tidak dapat dilaksanakan. Tentu saja, kemampuan menyaring dan 12 Kelas XII SMASMK memilah-milah tidak berasal dari pembawaan. Hal tersebut memerlukan latihan dan harus dipraktikkan. Jika tidak, pencapaian pengetahuan akan berkesan sedikit dalam kehidupan seseorang, khususnya kehidupan moralnya. Zhu Xi dengan tepat telah menyimpulkan tentang hubungan ini, memperluas pengetahuan, pandai bertanya, berikir dengan hati-hati, membedakan dengan jelas dan melaksanakan dengan baik semuanya adalah sama pentingnya. “…Ada hal yang tidak dipikirkan, tetapi hal yang dipikirkan bila belum dapat dicapai janganlah dilepaskan…”.

4. Jelas-jelaslah Menguraikannya

Sesuatu yang kita pelajari mestinya sampai kita dapat dengan jelas menguraikannya, memilah-milah, mana hal yang perlu diprioritaskan didahulukan dan mana hal yang kemudian. Selanjutnya, kita juga dapat mengkaitkan setiap materi-materi yang kita pelajari. Kemampuan menguraikan dengan jelas materi yang dipelajari adalah bukti dari pemahaman kita atas materi tersebut. “…Ada hal yang tidak diuraikan, tetapi hal yang diuraikan bila belum dapat terperinci jelas janganlah dilepaskan…”

5. Sungguh-sungguhlah Melaksanakannya

Melaksanakan apa yang kita pelajari haruslah dengan kesungguhan. Dengan kemauan yang setengah-setengah wajarlah bila kita mendapatkan hasil yang setengah-setengah. Sesungguhnya, untuk segala hal persoalan utamanya bukanlah mampu atau tidak mampu, tetapi kesungguhanlah yang akan menentukan sebuah keberhasilan. Tersurat di dalam Kang Gao kitab dinasti Zhao: “Berlakulah seumpama merawat bayi, bila dengan sebulat hati Sumber: Dokumen Kemdikbud Gambar 1.3 Berpikir tanpa belajar berbahaya.