43
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
Demikianlah bila manusia dapat Satya kepada Kodratnya yang diirmankan Tuhan, dan mampu mengamalkannya secara Tepasalira kepada sesama
manusia, maka sebenarnya ia telah memegang satu prinsip yang menembus segalanya. Karena memang sesungguhnya apa yang dibawakan ajaran agama
itu tidak kurang dan tidak lebih adalah Satya dan Tepasalira. Dengan kata lain, Satya kepada Tuhan Tepasalira kepada sesama manusia Zhong Yi Tian Shu Yi
Ren.
B. Zhong Satya
1. Karakteristik Huruf Zhong
Berdasarkan Etimologi, Zhong 忠 terdiri dari radikal huruf, yaitu: zhong 中 yang berarti tengah tepat, dan juga bisa berarti perwujudan.
Kou 口 yang berarti mulut bicara atau aksibertindak. Tanda vertikal ┃ berarti tembusansesuaiberlandaskan. Radikal xin 心 yang berarti
hati nuranisanubari.
Jadi, Zhong Satya itu bisa diartikan: Suatu perilaku yang tengah tepat, berlandaskan suara hati nurani watak sejati dengan mewujudkan
dalam segala tindakan. Tersurat di dalam Kitab Tengah Sempurna Zhongyong bab utama pasal 1: ”Firman Tian itulah dinamai Watak Sejati
Xing. Berbuat mengikuti watak sejati itulah dinamai menempuh jalan suci. Bimbingan untuk menempuh jalan suci dinamai agama”.
Watak Sejati Xing yang bersemayam di hati setiap manusia itu ialah: Ren Cinta kasih, Yi Kebenaran, Li Susila, Zhi Bijaksana. Jadi,
berbuat sesuai hati nurani watak sejati berlandaskan suara hati nurani watak sejati, yaitu berlandaskan Ren, Yi, Li, Zhi.
2. Pelaksanaan Sikap Zhong
a Sebagai Panggilan Imani Manusia dalam hidupnya secara rohaniah terpanggil untuk
mengabdi kepada Tian. Maka secara imani manusia terdorong cenderung mengadakan ‘persembahyangan’ dengan segala ritualnya
untuk mencurahkan isi pengabdiannya terhadap Tian. Hal ini sudah ada sama lamanya dengan sejarah kemanusiaan dari manusia itu
sendiri.
44
Kelas XII SMASMK
Namun kemudian, karena disesuaikan dengan alam pikir
manusia maka persembahyangan itu pada perkembangannya selalu
disertai dengan berbagai macam tata- cara ditambah dengan pengorbanan,
persembahan, dan persyaratan lainnya. Hal tersebut sering kali
bahkan melupakan panggilan imani yang pada awalnya secara murni
keluar dari hati nurani berdasarkan kesucian lahir batin. Oleh karena itu,
persembahyangan harus dikembalikan pada pokoknya, yaitu kesucian diri
lahir batin, sehingga berkenan kepada- Nya.
Jadi, sesungguhnya ‘persembahyangan’ kepada Tian harus didasari dengan pengamalan akan irman-Nya, yaitu berbuat sesuai dengan
watak sejati sebagai kodrat yang diirmankan-Nya. Demikianlah sikap satya zhong kepada Tian.
Maka menjadi jelas, bahwa untuk mengabdi dan melakukan ‘persembahyangan’ kepada Tian, tidak dapat tidak satya kepada
kodrat yang diirmankan-Nya itu.
Manusia pada kodratnya memang terpanggil untuk mengabdi kepada Tian, dan hal ini sudah merupakan suara hati nuraninya,
karena itu adalah bentuk pengabdian kepada-Nya dalam persembahyangan, dan hal ini harus didasari oleh kesucian
lahir batin agar berkenan kepada-Nya.
Dalam agama Khonghucu, perwujudan pengabdian itu didasari oleh tuntutan rasa zhong, dan zhong ini adalah Satya
kepada apa yang di Firmankan Tian, yaitu menepati kodrat kemanusiaan dengan menggemilangkan kebajikan.
Releksi
Sumber: Dokumen Kemdikbud
Gambar 3.1 Secara imani manusia
terdorong mengadakan ‘Persembahyangan’ untuk mencurahkan isi pengabdiannya
terhadap Tian