Berani Mengakui Kesalahan Memperbaiki Kesalahan

97 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Penghalang karena ego ini mungkin menjadi lebih berat untuk mereka yang berada pada posisi ‘lebih tinggi’ baik lebih tinggi dalam hal usia, status sosial, jabatan, danatau pendidikan, meskipun di dalam hatinya ia mengakui akan kesalahannya. Perhatikan pertengkaran dari dua orang yang masing-masing mengaku dirinya sebagai pihak yang benar, tidak akan pernah selesai atau bahkan untuk sekedar mereda, jika keduanya tidak ada yang mau berani dan rendah hati mengakui kesalahan. Mungkinkah keduanya di pihak yang benar? Atau mungkin keduanya adalah salah? Tetapi memang bukan itu masalahnya. Bila salah satu mau mengakui kesalahan walaupun hanya dengan mengatakan ’Mungkin saya yang salah’, pertengkaran pasti akan mulai mereda. Hal ini masih tergolong wajar kalau memang masing-masing tidak merasa sebagai pihak yang bersalah, tetapi orang tetap tidak memiliki keberanian untuk mengakui suatu kesalahan yang ia sadari.

b. Bertanggungjawab

Bertanggung jawab berarti mau menerima akibat sebagai konsekuensi dari kesalahan yang telah dilakukan dan mau memperbaikinya. Berani secara jujur mengakui kesalahan tidak berarti sudah terlepas dari tanggung jawab untuk menanggung akibat sebagai konsekuensi dari kesalahan yang telah dilakukannya. Tanggung jawab bukan hanya sebatas pada mengakui kesalahan lalu terbebas dari akibat atas kesalahan itu. Mau bertanggung jawab berarti mau menerima konsekuensi dan kemudian mau memperbaikinya. Sumber: Dokumen Kemdikbud Gambar 6.6 Berani mengakui kesalahan 98 Kelas XII SMASMK  Sebagai manusia kalian tentu pernah melakukan suatu kesalahan, setelah menyadari dan mengakui kesalahan itu, tentu ada niat dan usaha untuk meminta maaf. Namun bagaimana seandainya permintaan maaf kalian tidak diterima atau tidak mendapatkan maaf? Bagaimana sikap kalian? Apakah kalian akan menerimanya dengan lapang dada? Berbalik menyalahkan? Tidak peduli? Atau tetap berjuang memperbaiki kesalahannya dengan komitmen untuk tidak mengulanginya? Aktivitas 6.2 Diskusi Kelompok

c. Tidak Menyepelekan Kesalahan Kecil

Banyak hal besar bermula dari hal kecil. Serupa dengan hal itu, banyak masalah atau kesalahan besar berawal dari masalah kecil. Karenanya jangan pernah menganggap masalah atau kesalahan kecil sebagai suatu hal yang sepele dan mengabaikannya. Ketika satu kesalahan dibuat, saat itulah sebuah lingkaran telah dibentuk lingkaran setan. Satu kesalahan akan memicu kesalahan lain yang bahkan lebih buruk. Jangan pernah menyepelekan kesalahan sekecil apa pun kesalahan itu. Ia tidak pernah selesai tanpa ada usaha untuk memperbaiki dan komitmen untuk tidak mengulanginya. Jika tidak menimbulkan akibat, bukan berarti telah selesai dengan sendirinya. Ia hanya tertahan sementara, dan tanpa kita sadari itu akan menjadi pemicu kesalahan-kesalahan yang lain. Kebaikan sebelum terhimpun tidak cukup untuk menyempurnakan nama. Kejahatan sebelum terhimpun tidak cukup untuk membinasakan badan. Orang rendah budi menganggap kebaikan kecil tidak bermanfaat lalu tidak dilakukan; kejahatan kecil dianggap tidak melukai, lalu tidak disingkirkan dihindari. Dengan demikian, kejahatan terhimpun sehingga tidak dapat ditutupi lagi; dosanya menjadi demikian besar sehingga tidak dapat dihapusdiampuni. Babaran Agung. B Bab V: 38 Penting