Potensi dan Peluang Pengembangan Perikanan Tangkap

24 Tabel 6 Produktivitas Nelayan Tahun 2001 – 2003 Uraian 2001 2002 1 2003 2 Produksi ton 4.276.720 4.521.400 4.728.320 Jumlah Nelayan Orang 3.286.500 3.326.930 3.476.200 Produktivitas tontahun orang 1,30 1,36 1,36 Nelayan kghariorang 3,57 3,72 3,73 Keterangan : 1 Angka sementara, 2 Angka proyeksi Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap, 2004 Jika dibandingkan terhadap jumlah tangkapan yang diperbolehkan, yakni 5,12 juta ton per tahun, maka jumlah nelayan sekarang ini masih terlihat terlalu banyak. Sebagai contoh, dengan jumlah nelayan tahun 2003, maka produktivitas nelayan hanya akan mencapai 1,56 ton per orang per tahun, atau hanya 4,27 kgoranghari Ditjen Perikanan Tangkap, 2004. Fakta diatas menunjukkan bahwa diperlukan beberapa upaya agar jumlah nelayan mencapai titik yang optimal. Upaya-upaya tersebut antara lain: 1 Relokasi nelayan dari wilayah yang overfishing ke wilayah yang underutilized; 2 Meningkatkan kemampuan nelayan artisanal menjadi nelayan modern melalui modernisasi alat tangkap dan peningkatan daya jelajah kapal; 3 Mengalihkan sebagian nelayan penangkap ke pembudidaya ikan; dan 4 Mengalihkan sebagian nelayan di bidang penangkapan ikan ke pekerjaan lain, terutama yang masih terkait dengan sub sektor perikanan, misalnya bidang pengolahan dan pemasaran.

2.4 Potensi dan Peluang Pengembangan Perikanan Tangkap

Indonesia memiliki potensi dan peluang pengembangan sumberdaya perikanan laut yang cukup besar, baik dari segi kuantitas maupun diversitasnya. Sedangkan bila dilihat dari tingkat pemanfaatan menurut kelompok sumberdaya ikan tahun 2000 disajikan pada Tabel 7. 25 Tabel 7 Tingkat Pemanfaatan SDI Tahun 2000 No Kelompok SDI Potensi TonTh JTB TonTh Produksi Ton Tingkat Pemanfaatan 1. Ikan Pelagis Besar 1.165.360 932.288 736.170 78,97 2. Ikan Pelagis Kecil 3.605.660 2.884.528 1.784.330 61,86 3. Ikan Demersal 1.365.090 1.092.072 1.085.500 99,40 4. Ikan Karang 145.250 116.200 156.890 135,02 5. Udang Penaeid 94.800 75.840 259.940 342,75 6. Lobster 4.800 3.840 4.080 106,25 7. Cumi-Cumi 28.250 22.600 42.510 188,10 Jumlah 6.409.210 5.127.368 4.069.420 79,37 Sumber : PRPT-BRKP 2001 Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa kelompok SDI yang potensinya paling besar adalah ikan pelagis kecil, yakni kelompok ikan yang hidup pada kolom air dan permukaan serta secara fisik berukuran kecil. Contoh jenis ikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah ikan kembung, alu-alu, layang, selar, tetengkek, daun bambu, sunglir, julung-julung, teri, japuh, tembang, lemuru, parang-parang, terubuk, ikan terbang, belanak, dan kacang-kacang. Kedua adalah ikan demersal, yaitu kelompok ikan yang hidup di dasar perairan dan terdiri atas spesies antara lain : sebelah, lidah, nomei, peperek, manyung, beloso, biji nangka, kurisi, swanggi, gulamah, bawal, layur, senanginkuro, lencam, kakap merah, kakap putih, pari, sembilang, buntal landak, kuwe, gerot-gerot, bulu ayam, kerong- kerong, payus, etelis, dan remang. Ketiga adalah ikan pelagis besar, yakni kelompok ikan yang hidup pada kolom air dan permukaan serta secara fisik berukuran besar, yang terdiri atas spesies antara lain : tuna mata besar, madidihang, albakora, tuna strip biru selatan, cakalang, tongkol, setuhukmarlin, tenggiri, layaran, ikan pedang, cucuthiu dan lemadang. Keempat adalah ikan Karang, yaitu kelompok ikan yang hidup di sekitar perairan karang, yang terdiri atas spesies antara lain : ekor kuning, pisang-pisang, kerapu, baronang, kakak tua, napoleon, dan kerondong morai. Kelima adalah udang penaid, yaitu kelompok udang yang terdiri atas spesies antara lain : peneid, kepiting, rajungan, rebon dan udang kipas. Berikutnya atau yang potensinya paling kecil adalah kelompok cumi-cumi dan lobster Ditjen Perikanan Tangkap, 2004. 26 Data potensi dan JTB diatas dimungkinkan mengalami perubahan ke arah yang positif, yakni terjadi kenaikan. Berdasarkan hasil pengkajian stok stock assessment yang dilakukan oleh Pusat Riset Perikanan Tangkap, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2001, potensi SDI di perairan Indonesia diperkirakan sebesar 6,40 juta ton per tahun, dengan rincian 5,14 juta ton per tahun berasal dari perairan territorial dan dan perairan wilayah serta 1,26 juta ton per tahun berasal dari ZEEI. Data ini masih bersifat sementara, karena masih akan didiskusikan lebih lanjut dengan Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut sebelum dikukuhkan dalam peraturan perundang-undangan Ditjen Perikanan Tangkap, 2004. Sementara itu, juga berdasarkan hasil pengkajian Pusat Riset Perikanan Tangkap, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2001 produksi ikan dari hasil penangkapan di laut mencapai 4,069 juta ton PRPT-BRKP, 2001. Dengan demikian, Tingkat Pemanfaatan SDI di Indonesia telah mencapai 63,49 dari potensi lestari sebesar 6,409 juta ton pertahun atau 79,37 dari JTB sebesar 5,127 juta juta ton pertahun. Pemanfaatan tersebut tidak merata untuk setiap Wilayah Pengelolaan Perikanan, bahkan di beberapa wilayah pengelolaan telah terjadi over fishing seperti di Perairan Selat Malaka 176,29 , Laut Jawa dan Selat Sunda 171,72 serta Laut Banda 102,74 . Tingkat pemanfaatan di wilayah pengelolaan lainnya berturut-turut adalah Laut Flores dan Selat Makassar sebesar 88,12 , Samudera Hindia 72,41 , Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik 46,84 , Laut Natuna dan Cina Selatan 44,92 , Laut Arafura 42,67 dan Laut Maluku, Teluk Tomini dan Seram 41,83 . Dari data Tingkat Pemanfaatan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa peluang pengembangan masih dapat dilakukan di Wilayah Pengelolaan Perikanan: 1 Laut Natuna dan Cina Selatan untuk SDI pelagis besar, pelagis kecil dan demersal; 2 Laut Flores dan Selat Makasar untuk SDI pelagis besar dan pelagis kecil; 3 Laut Banda untuk SDI pelagis besar; 4 Laut Maluku, Teluk Tomini dan Laut Seram untuk SDI pelagis besar, pelagis kecil dan demersal; 27 5 WPP Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik untuk SDI pelagis kecil dan demersal; 6 Laut Arafura untuk SDI pelagis kecil; 7 Samudera Hindia untuk SDI pelagis kecil dan pelagis besar. Demikian pula dari sisi permintaaan atau demand side, potensi dan peluang pasar hasil laut dan ikan relatif baik. Pada tahun 1994, impor dunia hasil perikanan sekitar 52.493 juta ton. Indonesia termasuk peringkat ke-8 dalam produksi ikan peringkat ke-5 untuk udang, dan peringkat ke-2 untuk tuna; peringkat ke-9 untuk ekspor ikan peringkat ke-4 untuk udang, dan peringkat ke-1 untuk tuna. Permintaan ikan tahun 2010, diperkirakan akan mencapai 105 juta ton. Potensi pasar dalam negeri juga relatif masih baik; total konsumsi ikan dalam negeri tahun 2001 diperkirakan sekitar 4,6 juta ton dengan konsumsi rata-rata 21,71 kgkaptahun. Sementara itu konsumsi ikan yang direkomendasikan dalam Lokakarya Nasional Widya Karya Pangan dan Gizi untuk mencukupi kebutuhan gizi sekitar 26,55 kgkaptahun. Jadi masih jauh dari yang direkomendasikan PRPT-BRKP, 2001. Dari hasil pengkajian Wilayah Pengelolaan Perikanan Laut Seram dan Teluk Tomini pada tahun 1998, dihasilkan tingkat pemanfaatan menurut kelompok sumberdaya ikan yaitu : 1 pelagis besar baru dimanfaatkan sebesar 37,01 , 2 pelagis kecil dimanfaatkan sebesar 38,84 , 3 ikan demersal telah dimanfaatkan sebesar 75,14 , sedangkan untuk udang penaeid tingkat pemanfaatannya telah melampaui 100 Widodo et. al 1998 yang diacu dalam PRPT-BRKP 2001. Oleh karena itu peluang pengembangan di WPP Laut Seram dan Teluk Tomini dapat dilakukan pada sumberdaya ikan pelagis besar, pelagis kecil dan ikan demersal, sedangkan untuk sumberdaya udang penaeid perlu pembatasan terhadap hasil tangkapan danatau upaya penangkapan.

2.5 Analisis SWOT