31
menjadi lebih rendah. Sebaliknya, apabila sumberdaya perikanan dipandang sebagai stok modal yang dikelola secara bertanggungjawab dan berkelanjutan,
akan menghasilkan manfaat sosial dan ekonomi yang besar. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penangkapan
ikan yang ramah lingkungan adala h Direktorat produksi, Ditjen Perikanan, 2000:
1 Kriteria Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan
Menentukan alat penangkapan ikan yang dalam operasinya produktif dan hasil tangkapannya mempunyai nilai ekonomis tinggi. Dala m pengoperasian alat
tersebut juga tidak merusak lingkungan dan kelestarian sumberdaya yang ada tetap terjaga. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal antara lain :
- selektifitas alat penangkapan ikan
- tidak merusak sumberdaya dan lingkungan
- meminimumkan discard ikan buangan
2 Fishing Ground Daerah Penangkapan Ikan
Pembagian daerah penangkapan yang sesuai dengan ukuran kapal dan jenis alat tangkap yang digunakan, perlunya pengaturan operasi penangkapan ikan
dilapangan, dimaksudkan agar tidak terjadi benturan antara kelompok nelayan, baik antar nelayan tradisional maupun dengan pemilik kapal besar. Dalam hal ini
perlunya peraturan yang harus dipatuhi dan penindakan hukum yang tegas untuk menjaga kelestarian fishing ground.
3 Pe manfaatan
Sumberdaya perikanan harus dikelola secara wajar, agar kontribusinya terhadap nutrisi, ekonomi dan kesejahteraan sosial penduduk dapat ditingkatkan.
4 Peraturan
Perlu diperhatikan adanya peraturan – peraturan yang mengatur jalannya operasi penangkapan ikan yang menuju ramah lingkungan dan bertanggungjawab.
Salah satu peraturan tersebut adalah mengatur jalur – jalur penangkapan ikan.
2.8 Analytical Hierarchy Process AHP
Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya ketidak pastian atau ketidak sempurnaan informasi. Penyebab lainnya adalah banyaknya faktor yg
berpengaruh terhadap pilihan pilihan yang ada, beragamnya kriteria pemilihan dan
32
jikan pengambilan keputusan lebih dari satu. Jika sumber kerumitan itu adalah beragamnya kriteria, maka analytical hierarchy process AHP merupakan teknik
untuk membantu menyelesaikan masalah ini Mulyono, 2002. Dalam perkembangannya, AHP tidak saja digunakan untuk menentukan
prioritas pilihan-pilihan dengan banyak kriteria , tetapi penerapannya telah meluas sebagai metode alternatif untuk menyelesaikan bermacam- macam masalah,
seperti memilih portofolio, analisis manfaat biaya, peramalan dan lain- lain. Pendeknya, AHP menawarkan penyelesaian masalah keputusan yang melibatkan
seluruh sumber kerumitan seperti yang diidentifikasikan diatas. Hal ini dimungkinkan karena AHP cukup mengandalkan intuisi sebagai input utamanya,
namun intuisi harus datang dari pengambilan keputusan yang cukup informasi dan memahami masalah keputusan yang dihadapi Mulyono, 2002.
2.9 Linear Goal Programming
Linear Goal Programming LGP merupakan pengembangan Linear
Programing LP. Perbedaan utama antara LGP dan LP terletak pada struktur dan
penggunaan fungsi tujuan. Dalam LP fungsi tujuannya hanya mengandung satu tujuan, sementara dalam LGP semua tujuan apakah satu atau beberapa
digabungkan dalam sebuah fungsi tujuan. Ini dapat dilakukan dengan mengekspresikan tujuan ini dalam bentuk sebuah kendala goal constrain,
memasukkan suatu variabel simpangan deviational variabel dalam kendala itu untuk mencerminkan seberapa jauh tujuan dicapai, dan menggabungkan variabel
simpangan dalam fungsi tujuan. Dalam LP tujuannya bisa maksimisasi atau minimisasi, sementara dalam LGP tujuannya adalah meminimumkan
penyimpangan-penyimpangan dari tujuan-tujuan tertentu. Ini berarti semua masalah LGP adalah masalah minimisasi Mulyono, 2004.
Karena penyimpangan-penyimpangan dari tujuan-tujuan itu diminimumkan, sebuah model LGP dapat menangani aneka ragam tujuan dengan dimensi atau
satuan ukuran yang berbeda. Tuj uan-tujuan saling bentrok juga dapat diselesaikan. Jika terdapat banyak tujuan, prioritas atau urutan ordinalnya dapat ditentukan, dan
proses penyelesaian LGP itu akan berjalan sedemikian rupa sehingga tujuan dengan prioritas tertinggi dipenuhi sedekat mungkin sebelum memikirkan tujuan-
33
tujuan dengan peristiwa lebih rendah. Jika LP berusaha mengidentifikasi solusi optimum dari suatu himpunan solusi layak, LGP mencari titik yang paling
memuaskan dari sebuah persoalan dengan beberapa tujuan, sekali lagi LGP ingin meminimumkan
penyimpangn-penyimpangan dari tujuan-tujuan dengan mempertimbangkan hirarki prioritas.
3 METODOLOGI
3. 1 Waktu dan Tempat
Penelitian lapang dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2005. Lokasi penelitian berbasis di Kota Ternate, dan sentra-sentra nelayan
seperti Dufa-Dufa, Sangaji dan Jailolo di Provinsi Maluku Utara.
3. 2 Metode Pengumpulan Data
1 Jenis data yang akan dikumpulkan
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer me lalui diskusi, wawancara dan pengisian questionaire
yang terstruktur dengan metode check list. Data sekunder didapatkan melalui penelusuran berbagai pustaka yang ada. Seluruh data yang dikumpulkan terdiri
dari : 1 Data Potensi Sumberdaya Perikanan Tangkap, meliputi alat tangkap dan
produksinya yang mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap. 2 Data Sosial Ekonomi dan Budaya, meliputi jumlah penduduk, mata
pencaharian, pendidikan, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap, kecenderungan masyarakat memanfaatkan
sumberdaya perikanan tangkap serta keinginan masyarakat. 3 Data Kelembagaan, meliputi lembaga-lembaga yang ada di tingkat desa baik
formal maupun non formal, kapasitas lembaga dilihat dari kemampuan menjabarkan program pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap, interaksi
lembaga dengan pihak luar dan program yang dibuat oleh lembaga yang ada. 4 Peraturan dan perundangan, meliputi seluruh peraturan dan perundangan
baik pada tingkat desa, kecamatan, kabupatenkota dan provinsi baik secara langsung dan tidak langsung mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan
tangkap.
2 Teknik pengumpulan data
Sumber data pokok primer dan sekunder dalam penelitian ini dihimpun melalui beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :
35
1 Teknik Survei Mensurvei adalah kegiatan mengajukan pertanyaan pada orang-orang
wawancara dan merekam jawabannya untuk dianalisis. Kekuatan utama dari bertanya sebagai sebuah teknik pengumpulan data primer adalah kepandaiannya
atau versatility. Teknik wawancara yang digunakan dalam studi ini ialah wawancara secara mendalam in-depth interview, yaitu percakapan dua arah atas
inisiatif pewawancara dengan memakai panduan wawancara interview guide pada sekelompok responden yang telah ditentukan. Keunggulan in-depth
interview ini ialah adanya jaminan kedalaman dan rincian detail informasi yang
diperoleh. 2 Teknik Pengamatan observasi
Observasi meliputi segala hal yang menyangkut pengamatan aktivitas atau kondisi perilaku maupun non perilaku yang dikelompokkan dalam observasi non
perilaku non behavioral observation dan observasi perilaku behavioral observation
. Oleh sebab itu mengacu pada pengertian tersebut, dalam studi ini peneliti melakukan pengamatan dengan melihat kejadian secara terencana dan
langsung pada tujuan obyek yang diteliti guna menghimpun data asli pada saat kejadiannya.
3 Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi yang dimaksudkan dalam studi ini ialah proses
pengumpulan dan pengkajian informasi data sekunder yang bersumber dari database, yaitu terbitan-terbitan berkala, bukuliteratur, informasi internet,
dokumen, surat kabar, dan referensi statistik. Sumber data sekunder digolongkan menjadi sumber informasi organisasional internal, yaitu database dari instansi
pernerintah, dan informasi eksternal berupa database dari lembaga non- pemerintah swasta.
3. 3 Teori SWOT
Peningkatan pendapatan nelayan dan pencapaian tingkat kesejahteraan nelayan itu sendiri hanya dapat dicapai dengan mengoptimalkan produksi
penangkapan, upaya penangkapan dan secara ekonomi menguntungan.
36
Dalam pencapaian tujuan dimaksud, maka harus dibuat suatu rencana strategi dan kebijakan yang berpedoman pada peraturan perundangan yang
berlaku terutama pada perikanan yang bertanggung jawab yang telah dijabarkan pada Code of Conduct for Responsible Fisheries FAO 1995. Hal ini dilakukan
agar ikan yang ditangkap ukurannya selektif dan belum mencapai MSY Maximum Sustainable Yield
dan MEY Maximum Economic Yield. Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Dimana SWOT adalah singkatan dari
lingkungan internal yang terdiri Strength dan Weakness serta lingkungan eksternal yang terdiri Opportunity dan Threats.
Untuk mengetahui strategi dan kebijakan yang akan ambil, maka dilakukan analisis SWOT dengan mengidentifikasi berbagai faktor internal dan faktor
eksternal secara sistematik dan dilanjutkan dengan merumuskannya. Kemudian membandingkan antara faktor internal, yaitu kekuatan Strength dan kelemahan
Weakness dengan faktor eksternal, yaitu peluang Opportunity dan ancaman
Threats. Salah satu model analisis SWOT dapat ditampilkan dalam bentuk matrik
kotak, dua yang paling di atas adalah kotak faktor eksternal peluang dan ancamantantangan, sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah kotak faktor internal,
yaitu kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan. Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategi yang timbul sebagai hasil kontak antara faktor-
faktor eksternal dan faktor-faktor internal. Adapun isu strategi tersebut antara lain: A Comparative Advantage, B Mobilization, C InvestmentDivestment, dan
D Damage Control Kearns 1992 dalam Salusu 1988. Sedangkan menurut David 1989 dalam Salusu 1988 yang menggunakan
istilah TOWS, yaitu ingin mendahulukan analisis ancaman dan peluang untuk melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan cocok dengan faktor- faktor
eksternal. Dalam analisis TOWS ada empat strategi yang ditampilkan. Strategi SO dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam lingkungan
eksternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar. Strategi ST digunakan untuk
37
menghindari, paling tidak memperkecil dampak dari ancaman yang datang dari luar. Strategi WT adalah taktik yang diarahkan pada usaha memperkecil
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Model analisis SWOT menurut Kearns 1992 dan David 1989 dalam
Salusu 1996 disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Model Matrik Analisis SWOT atau TOWS
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strengths Kekuatan
Weaknesses Kelemahan
Opportunities Peluang
Ø Comparative
Advantage SWOT
Ø Strategi SO
TOWS Ø
Mobilization SWOT
Ø
Strategi WO TOWS
Threats Ancaman
Ø
Investment Divestment
SWOT Ø
Strategi ST TOWS
Ø
Damage Control
SWOT Ø
Strategi WT TOWS
Sumber : Kearns 1992 ,David 1989 yang diacu dalam Salusu 1988
Dalam menentukan strategi yang terbaik, dilakukan pemberian bobot nilai terhadap tiap unsur SWOT berdasarkan tingkat kepentingan dan kondisi suatu
wilayah. Bobot nilai yang diberikan berkisar antara 1 - 3. Setelah masing- masing unsur SWOT diberi bobot nilai, unsur-unsur tersebut dihubungkan
keterkaitannya dalam bentuk matrik untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Kemudian alternatif-alternatif tersebut dijumlahkan bobotnya untuk
menghasilkan rangking dari tiap-tiap strategi alternatif. Strategi dengan rangking
38
tertinggi merupakan alternatif strategi yang diprioritaskan untuk dilakukan
Rangkuti 2000.
3. 4 Analytical Hierarchy Process AHP
Proses Analisis Hirarki The Analytical Hierarchy Process dikembangkan pertama kali oleh L. Saaty pada tahun 1971, yang merupakan pakar matematika
dari University of Pittsburg Amerika Serikat. Metode ini adalah salah satu dari ilmu pengambilan keputusan Saaty, 1991. Tujuan utama dari metode ini adalah
dapat mengatasi proses pengambilan keputusan dengan masalah yang merupakan suatu sistem kompleks dan tidak terstruktur. Kompleksitas dan tidak
terstrukturnya suatu sistem tersebut karena dukungan data dan informasi dari masalah yang dihadapi sangat minim. Data yang diperlukan kalaupun ada
mungkin hanya bersifat kualitatif saja yang berdasarkan presepsi, pengalaman atau intuisi. Sehingga masalah tersebut hanya dapat dirasakan dan diamati, namun
kelengkapan data numerik tidak menunjang untuk memodelkannya secara kuantitatif. Dalam penyelesaian masalah yang kompleks dan tidak terstruktur
tersebut, perlu langkah penyederhanaan dengan menstrukturkan komponen masalah tersebut secara hirarki. Dimana dalam menyusun suatu hirarki diperlukan
tahap-tahap sebaga i berikut :
Tahap 1 :
Mendefinisikan masalah dan menentukan secara spesifik solusi yang diinginkan
Tahap 2 :
Menyusun hirarki dimulai dengan tujuan objective yang umum, diikuti oleh sub tujuan, kriteria, dan
kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan hirarki paling bawah.
Tahap 3 :
Membangun matrik perbandingan pasangan yang mempunyai kontribusi relatif atau pengaruh pada
masing- masing tujuan atau kriteria yang dikembangkan pada tingkat yang lebih atas.
Tahap 4 :
Melakukan perbandingan pasangan sehingga diperoleh judgement
seluruhnya sebanyak [nn-1]2 buah,
39
dimana n adalah banyaknya komponen yang dibandingkan.
Tahap 5 :
Setelah data perbandingan pasangan terkumpul, kemudian dihitung nilai eigen value dan diperiksa
konsistensinya. Jika tidak konsisten, maka pengambilan data diulang.
Tahap 6 : Mengulangi tahap 3,4 dan 5 untuk seluruh tingkat dan
kelompok hirarki. Tahap 7
: Menghitung eigenvektor dari setiap
matrik perbandingan pasangan di atas, dimana nilai dari
vektoreigen merupakan bobot setiap komponen. Tahap 8
: Memeriksa konsistensi jika nilainya lebih besar dari
10, maka kualitas data judgement harus diperbaiki.
Adapun keuntungan menyusun ke dalam bentuk hirarki dalam analisis adalah sebagai berikut :
1 Hirarki yang merepresentasikan sistem dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana perubahan tingkat kepentingan elemen pada level atas berpengaruh
terhadap tingkat kepentingan elemen-elemen pada tingkat hirarki di bawahnya.
2 Hirarki memberikan informasi yang lengkap dan jelas atas struktur dan fungsi dari sistem dalam tingkatan lebih rendah dan memberikan gambaran faktor-
faktor apa yang berpengaruh terhadap tujuan-tujuan pada tingkat lebih atas. Pembatasan-pembatasan dari elemen-elemen pada tingkatan tertentu
direpresentasikan secara baik dalam tingkatan berikutnya yang lebih atas dari elemen tersebut.
3 Penganalisaan dengan hirarki lebih efisien daripada analisis secara
keseluruhan.
4 Stabil dan fleksibel, stabil dalam hal perubahan yang kecil akan menghasilkan pengaruh yang kecil pula, fleksibel dalam hal penambahan terhadap struktur
hirarki tidak akan merusak atau mengacaukan performasi hirarki secara
keseluruhan.
40
Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Tahap terpenting dari proses analisis hirarki adalah penilaian perbandingan pasangan, yang pada dasarnya merupakan perbandingan tingkat kepentingan
antara komponen elemen dalam suatu tingkat hirarki. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan sejumlah kombinasi elemen yang ada pada setiap
hirarki, sehingga dapat dilakukan penilaian kuantitatif untuk mengetahui besarnya bobot setiap elemen. Untuk pembandingan pasangan, bentuk matrik merupakan
bentuk yang lebih disukai. Beberapa keuntungan dengan menggunakan bentuk matrik adalah :
1 Bentuk lebih sederhana 2 Merupakan alat yang cukup baik yang menawarkan kerangka untuk pengujian
konsistensi 3 Dapat diperolehnya tambahan informasi melalui pembuatan seluruh
pembandingan yang mungkin. 4 Dalam analisa sentivitas dari seluruh tingkat hirarki untuk mengubah dalam
judgement .
Oleh Saaty 1980 telah menyusun tabel skala perbandingan pasangan seperti dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut :
41
Tabel 9 Nilai skala perbandingan berpasangan
Intensitas Kepentingan
Definisi Variabel Keterangan
1 Sama pentingnya
Kedua elemen memberikan kontribusi 3
Elemen yang satu sedikit lebih penting terhadap yang
lain Pengalaman atau judgement sedikit
memihak pada sebuah elemen dibandingkan elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu mempunyai
tingkat kepentingan yang kuat atau esensial terhadap yang
lainnya Pengalaman atau judgement secara kuat
memihak pada sebuah elemen dibanding elemen yang lainnya
7 Tingkat kepentingan yang
jelas lebih kuat Sebuah elemen secara kuat disukai dan
dominasinya tampak dalam praktek 9
Tingkat kepentingannya mutlak
Bukti bahwa suatu elemen lebih penting dari elemen yang lainnya adalah sangat
jelas 2,4,6,8
Nilai-nilai tengah diantara 2 judgement
yang berdampingan
Nilai ini diberikan bila diperlukan adanya kompromi antara dua judgement
Kebalikan dari nilai di
atas Bila komponen i mendapat salah satu nilai di atas non zero saat
dibandingkan dengan elemen j, maka elemen j mempunyai nilai sebaliknya saat dibandingkan dengan i.
3. 5 Analisis Finansial
1 Benefit-Cost Ratio
Untuk pengembangan armada penangkapan ikan di daerah Ternate diperlukan suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar pemikiranpenolakan
terhadap kegiatanproyek yang akan dilaksanakan. Salah satunya adalah Benefit Cost Ratio
. Pada BenefitCost Ratio penekanannya ditujukan kepada manfaat benefit bagi kepentingan umum.
Adapun rumus yang digunakan adalah : Nilai Sekarang
Benefit PV B
Nilai Sekarang PV C
BCR =
Biaya =
Biaya C pada Rumus di atas dapat dianggap sebagai biaya pertama Cf sehingga rumusnya menjadi :
PV B BCR =
Cf
42
Dimana : BCR
= Perbandingan manfaat terhadap biaya benefit-cost ratio PV B
= Nilai Sekarang Benefit PV C
= Nilai Sekarang Biaya
Adapun criteria BCR akan memberikan petunjuk sebagai berikut : BCR
1 Usulan proyekKegiatan diterima BCR
1 Usulan proyekkegiatan ditolak BCR
= 1 Netral
2 Net Present Value NPV
NPV merupakan selisih antara Present Value dari benefit dan Present Value dari biaya. Rumusannya sebagai berikut :
B
t
Merupakan benefit sosial kotor sehubungan dengan suatu proyek pada tahun t;
C
t
merupakan biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun t, tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal pembelian
peralatan, tanah, konstruksi, dan sebagainya atau rutin; N
Adalah umur ekonomis dari proyek I
Merupakan Social Opportunity Cost of Capital, yang ditunjuk sebagai Social Discount Rate
Dalam evaluasi suatu proyek tertentu tanda “go” dinyatakan oleh nilai NPV = 0. Jika NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar Social
Opportunity Cost of Capital . Jika NPV 0, proyek supaya ditolak, artinya ada
B
1
B
2
B
n
C
1
C
2
C
n
NPV =
[
1+i +
1+i
2
+ … 1+i
n
]
-
[
1+i +
1+i
2
+ … 1+i
n
]
N B
t
- C
t
? =
t=1 1+i
t
43
penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan proyek.
3 Internal Rate of Return IRR
IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol, yaitu :
n B
t
- C
t
? t=1
1+iIRR
t
= 0 IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam
suatu proyek, asal setiap benefit bersih yang diwujudkan yaitu setiap B
t
– C
t
yang bersifat positif secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i yang sama yang diberi bunga selama sis a
umur proyek.
3.6 Linear Goal Programming
Analisis pengembangan armada penangkapan ikan di daerah penelitian dikaji dengan menggunakan Linear Goal Programing. Linear Goal
Programming merupakan perluasan dari Linear Programming, sehingga seluruh
asumsi, notasi, formulasi model matematik, prosedur perumusan model dan penyelesaiannya tidak berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada adanya
sepasang variabel deviasional yang muncul dalam fungsi tujuan dan fungsi- fungsi kendala. Ole h karena itu, konsep dasar Linear Programming akan selalu
melandasi pembahasan model Goal Programing Siswanto, 1993. Dalam penelitian ini, metode ini digunakan dalam rangka menentukan
jumlah armada optimal yang dapat dikembangkan dengan dasar beberapa tujuan yang ingin dicapai. Proses analisis dilakukan dengan alat bantu komputer dan
software LINDO.
44
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya ikan unggulan di daerah penelitian.
2. Memaksimumkan penyerapan tenaga kerja di daerah penelitian. 3. Meminimumkan penggunaan BBM di daerah penelitian.
4. Memaksimumkan nilai produksi penangkapan ikan di daerah penelitian.
3.7 Code of Conduct for Responsible Fisheries