5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis SWOT 1 Arahan Strategi Pengembangan Perikanan Pelagis
Dalam upaya memberikan arahan strategi pengembangan perikanan tangkap di Ternate Provinsi Maluku Utara, dilakukan analisis SWOT dengan melihat
faktor internal kekuatan dan kelemahan dan eksternal peluang dan ancaman. Ketersediaan potensi sumberdaya ikan pelagis kecil dan dukungan sarana dan
prasarana perikanan armada, alat tangkap dan pusat-pusat pendaratan ikan, serta jumlah nelayan, kelompok usaha maupun usaha perikanan tangkap skala besar
merupakan suatu kekuatan dalam rangka pengembangan perikanan skala kecil. Namun demikian, masih rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan
nelayan, modal usaha, diversifikasi usaha penangkapan ikan pelagis dan manajemen usaha yang masih lemah merupakan unsur kelemahan dalam rangka
meningkatkan produktivitas usaha penangkapan. Sementara unsur peluang meliputi pengaturan kegiatan perikanan tangkap yang desentralisasi, semakin
berkembangnya teknologi tepat guna untuk penangkapan ikan pelagis, perluasan daerah penangkapan yang produktif, dan dukungan pemerintah daerah melalui
instansi terkait dalam memberikan pembinaan yang bersifat teknis dan non teknis kepada nelayan. Sedangkan unsur ancaman meliputi belum diterapkannya
selektivitas alat tangkap, pengaturan kegiatan penangkapan belum terarah, masih terjadi pencurian ikan oleh kapal-kapal asing dan kegiatan penangkapan ikan
pelagis dengan bahan peledak. Berdasarkan hasil identifikasi faktor eksternal dan internal kemudian dilakukan pembobotan, ranking, dan skor dari masing- masing
unsur SWOT disajikan pada Tabel 15 dan 16.
71
Tabel 15 Matrik Faktor Strategi Internal Pengembangan Armada Kapal Ikan yang Bertanggung jawab
Kode Unsur SWOT
Bobot Rating
Skor
Internal
Kekuatan
A B
A X B K1
Produksi SDI di Ternate dengan Kapal pole Line 10 GT cukup tinggi
0.10 4
0.40 K2
Bahan baku kayu untuk kapal ikan tersedia banyak
0.10 4
0.40 K3
SDM untuk ABK kapal cukup banyak tersedia 0.05
3 0.15
K4 Tersedianya alat tangkap, umpan dan
pengumpul ikan rumpon 0.10
3 0.30
K5 Tersedianya galangan kapal rakyat untuk
pembuatan kapal ikan 0.05
4 0.20
K6 Penerapan Perikanan yang berwawasan
lingkungan dan bertanggungjawab CCRF 0.10
3 0.30
Kelemahan
L1 Tidak tersedianya Basic Design kapal ikan
sebagai acuan pembangunan kapal ikan 0.10
2 0.20
L2 Kurangnya permodalan dalam pembuatan kapal
dan alat tangkap 0.10
1 0.10
L3 Pendapatan nelayan masih kurang rendah
0.05 1
0.05 L4
Pengelolaan usaha perikanan tangkap masih tradisional sederhana
0.10 1
0.10 L5
Pembagian hasil usaha pengelolaan kapal tidak merata antara pemilik kapal dan ABK nelayan
0.05 2
0.10 L6
Kurangnya pasokan untuk pengadaan mesin kapal, teknologi penangkapan ikan dan alat
navigasi kapal 0.10
2 0.20
TOTAL :
1.00 2.50
72
Tabel 16 Matrik Faktor Strategi Eksternal Pengembangan Armada Kapal Ikan yang Bertanggung jawab
Kode Unsur SWOT
Bobot Rating Skor
Eksternal
Peluang
A B
A x B
P1 Permintaan ikan meningkat baik pasar lokal,
regional dan luar negeri 0,10
4 0.40
P2 Peningkatan dan penambahan kapal ikan 10
GT dengan alat tangkap Pole Line 0,10
3 0,30
P3 Pengolahan hasil tangkapan baik berupa ikan
kaleng atau ikan beku untuk ekspor ataupun konsumsi dalam negeri
0,05 3
0,15 P4
Perlu adanya pengadaan cold storage 0,10
3 0,30
P5 Perlunya dukungan kebijakan dari Pemda
untuk peningkatan usaha perikanan 0.05
4 0.20
P6 Kebijakan tentang teknologi tepat guna pada
armada penangkapan untuk menjaga mutu ikan dan kualitas ikan
0.10 4
0.40
Ancaman A
B A x B
A1 Batas – batas daerah penangkapan belum
diterapkan 0,10
4 0.40
A2 Beroperasinya armada kapal ikan asing baik
yang legalillegal 0,10
3 0,30
A3 Selektifitas alat tangkap belum diterapkan
0,05 3
0,15 A4
Persaingan harga ikan dipasaran lokal dan regional
0,10 3
0,30 A5
Pemakaian bahan peledak oleh beberapa sebagian nelayan
0.05 4
0.20 A6
Belum dibatasinya ukuran minimal mata jaring dari alat tangkap yang digunakan
0.10 4
0.40
Untuk menentukan kebijakan pengembangan perikanan pelagis kecil di provinsi Maluku Utara, maka teknik yang digunakan adalah mencari strategi
silang dari keempat faktor tersebut, yaitu : •
Kebijakan KP, kebijakan yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar- besarnya.
• Kebijakan KA, kebijakan yang dibuat dengan menggunakan kekuatan
yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. •
Kebijakan LP, kebijakan yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
73
• Kebijakan LA, kebijakan yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Tabel 17 Model Matrik Analisis SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan
Ø Produksi SDI di Ternate dengan
Kapal 10 GT dan PL cukup tinggi.
Ø Bahan baku kayu untuk kapal
ikan tersedia banyak. Ø
SDM untuk ABK kapal banyak tersedia.
Ø Tersedianya alat tangkap,
umpan dan pengumpul ikan rumpon.
Ø Tersedianya galangan kapal
rakyat untuk pembuatan kapal ikan.
Ø Penerapan perikanan yang
berwawasan lingkungan dan bertanggungjawab CCRF.
Kelemahan
Ø Tidak tersedianya Basic
Design kapal ikan sebagai
acuan pembangunan kapal ikan.
Ø Kurangnya permodalan dalam
pembuatan kapal dan alat tangkap.
Ø Pendapatan nelayan masih
kurang rendah. Ø
Pengelolaan usaha perikanan tangkap masih tradisional
sederhana. Ø
Pembagian hasil usaha pengelolaan kapal tidak
merata antara pemilik kapal dan ABK nelayan.
Ø Kurangnya pasokan untuk
pengadaan mesin kapal, teknologi penangkapan ikan
dan alat navigasi kapal.
Peluang
Ø Permintaan ikan meningkat baik pasar
lokal regional dan luar negeri. Ø
Peningkatan dan penambahan kapal ikan 10 GT dengan alat tangkap Pole Line.
Ø Pengolahan hasil tangkapan baik berupa
ikan kaleng atau ikan beku untuk ekspor ataupun konsumsinya dalam negeri.
Ø Perlu adanya pengadaan cold storage
Ø Perlunya dukungan kebijakan dari Pemda
untuk peningkatan usaha perikanan.
Ø
Kebijakan tentang teknologi tepat guna pada armada penangkapan untuk menjaga
mutu ikan dan kualitas ikan.
Kebijakan KP
v Pengembangan usaha
perikanan tangkap dengan penambahan armada kapal
ikan. K1, K2, K3, P1, P2 dan P3.
v
Penerapan CCRF perlu segera dilaksanakan sehingga
SDI tetap lestari. K5, K6, P4, P5 dan P6.
Kebijakan LP
v
Peningkatan investasi dari luar untuk peningkatan
usaha perikanan skala kecil.
L2, L3, P1 dan P2.
v Menyediakan cold storage
dan pengadaan teknologi tepat guna untuk menjaga
mutu ikan. L4, P4 dan P6.
Ancaman
Ø Batas-batas daerah penangkapan belum
diterapkan. Ø
Beroperasinya armada kapal ikan asing baik yang legalillegal.
Ø Selektivitas alat tangkap belum
diterapkan. Ø
Persaingan harga ikan dipasaran lokal dan regional.
Ø Pemakaian bahan peledak oleh beberapa
sebagian nelayan. Ø
Belum dibatasinya ukuran minimal mata jaring dari alat tangkap yang digunakan.
Kebijakan KA
v Melakukan aturan sesuai
batas wilayah penangkapan dan aturan pemasangan
rumpon yang sesuai. K1, A1 dan A3.
v
Memaksimalkan potensi perikanan yang ada terutama
galangan kapal perikanan. K2, K5 dan A2 .
Kebijakan LA
v Menerapkan adanya basic
design kepada armada
kapal perikanan yang akan dibangun sekaligus design
alat tangkap. L1, L2 dan A2 .
v
Menerapkan ukuran mata jaring sesuai dengan
ukuran tubuh ikan yang ditetapkan. L6 dan A6.
74
Tabel 18 Matrik Penyusunan Rangking dalam Analisis SWOT pada
Pengembangan Armada Kapal Perikanan yang Bertanggung Jawab
Unsur Kekuatan
Strength Kelemahan
Weakness Peluang
Opportunity
K1, K2, K3, P1, P2 dan P3. K5, K6, P4, P5 dan P6.
L2, L3, P1 dan P2. L4, P4 dan P6.
Ancaman Threats
K1, A1 dan A3. K2, K5 dan A2.
L1, L2 dan A2. L6 dan A6.
Tabel 19 Penentuan Prioritas Kebijakan Pengembangan Armada Kapal Perikanan yang Bertanggung Jawab
UNSUR SWOT KETERKAITAN
SKOR RANKING
Pengembangan usaha perikanan tangkap dengan penambahan armada kapal ikan.
K1, K2, K3, P1, P2 dan P3.
0.5 1
Penerapan CCRF perlu segera dilaksanakan sehingga SDI tetap lestari.
K5, K6, P4, P5 dan P6.
0.4 2
Masuknya investasi dari luar untuk peningkatan usaha perikanan skala kecil.
L2, L3, P1 dan P2.
0.35 3
Menerapkan adanya basic design kepada armada kapal perikanan yang akan
dibangun sekaligus design alat tangkap.
L1, L2, dan A2.
0.3 4
Menyediakan cold storage dan pengadaan teknologi tepat guna untuk
menjaga mutu ikan.
L4, P4 dan P6.
0.3 5
Memaksimalkan potensi perikanan yang ada terutama galangan kapal perikanan.
K2, K5 dan A2.
0.25 6
Melakukan aturan sesuai batas wilayah penangkapan dan aturan pemasangan
rumpon yang sesuai.
K1, A1 dan A3.
0.25 7
Menerapkan ukuran mata jaring sesuai dengan ukuran tubuh ikan yang
ditetapkan.
L6 dan A6.
0.2 8
75
2 Penerapan Strategi Pengembangan
Bertolak pada matrik keterkaitan faktor internal, eksternal dan hasil analisis SWOT, maka dapat ditentukan strategi dan kebijakan pengembangan perikanan
tangkap khususnya untuk ikan pelagis di Ternate Provinsi Maluku Utara, sebagai berikut :
Strategi 1. Pengembangan usaha perikanan tangkap dengan penambahan
armada kapal ikan.
Pengembangan usaha perikanan tangkap dengan penambahan armada kapal ikan bertujuan untuk mengupayakan optimalisasi pengembangan usaha perikanan
tangkap, khususnya untuk ikan pelagis. Upaya ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar baik lokal maupun regional, yang didukung dengan produksi
sumberdaya ikan pelagis di Ternate Maluku Utara yang tinggi dibarengi dengan adanya dukungan nelayan skala kecil yang tersedia cukup banyak serta
tersedianya alat tangkap, umpan dan alat pengumpul ikan rumpon.
Strategi 2.
Penerapan CCRF perlu segera dilaksanakan sehingga SDI tetap lestari.
Code of Conduct Responsible Fisheries CCRF atau Ketentuan
Perikanan yang Bertanggungjawab diharapkan dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk
melaksanakan perikanan secara bertanggungjawab. Pedoman teknis ini akan memberikan kelengkapan yang diperlukan bagi upaya nasional dan internasional
untuk menjamin pengusahaan yang lestari dan berkelanjutan menyangkut sumberdaya hayati akuatik yang selaras dan serasi dengan lingkungan. Pedoman
ini juga ditujukan terutama bagi para pengambil keputusan didalam otoritas pengelolaan perikanan dan kelompok yang berkepentingan, termasuk perusahaan
perikanan, organisasi nelayan, organisasi non pemerintah yang peduli dan lain- lainnya. Adanya eskploitasi yang berlebihan stok ikan penting, modifikasi
ekosistem, kerugian ekonomi yang nyata dan persengketaan internasional mengenai pengelolaan dan perdagangan ikan telah mengancam konservasi jangka
panjang perikanan dan kontribusi perikanan terhadap suplai pangan.
76
Strategi 3.
Masuknya investasi dari luar untuk peningkatan usaha perikanan skala kecil
Penguatan struktur industri pengolahan industri perikanan adalah peningkatan kerja sama kemitraan antar nelayan dengan industri tuna perikanan
dan industri terkait melalui prinsip bisnis yang saling menguntungkan dengan dukungan dan fasilitas pemerintah, dengan mengembangkan kewajiban antar
pihak dimana faktor utamanya adalah masuknya investasi dari luar untuk peningkatan usaha perikanan skala kecil. Ada 3 aspek yang perlu diperhatikan
dalam hal ini yaitu pertama Industri : menjamin membeli ikan nelayan terutama
ikan tuna sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan dan diketahui nelayan, membayar dengan harga kesepakatan menurut pasar, jenis-ukuran- mutu, dan
jumlah kontrak, melakukan perluasan gudang penyimpancold storage, melakukan pembinaan penanga n mutu pasca tangkap dan transportasi, serta membantu
mengupayakan peningkatan modal kerja agar pasokan dapat meningkat baik
jumlah maupun mutu; kedua Nelayan : melakukan penguatan kelembagaan
profesiekonomi, meningkatkan dan menjaga mutu hasil tangkapan, meningkatkan jenis dan kualitas alat tangkap sesuai dengan target ikan yang akan ditangkap
yaitu ikan tuna, menjamin jumlah pasokan yang rutin, serta menjaga hubungan
bisnis yang konsisten, dan yang terakhir Peran Pemerintah : pemerintah pusat
dan daerah memiliki peran menciptakan dan menjaga hubungan bisnis antara nelayan dengan industri pengolahan ikan dan meningkatkan mutu sumberdaya
manusia pelaku bisnis perikanan, pemberdayaan lembaga bisnis perikanan terkait dan industri perikanan.
Kebijakan masuknya investasi dari luar untuk peningkatan usaha perikanan pelagis bertujuan untuk lebih memajukan usaha perikanan tangkap. Dengan
adanya investasi dari luar tersebut, terutama investasi dari pihak swasta, yang selama ini kurang memperhatikan nelayan nelayan di Ternate, maka diharapkan
mampu meningkatan usaha perikanan yang dijalankan oleh nelayan Ternate. Untuk lebih menggairahkan pangsa pasar ikan pelagis, diharapkan kita dapat
memperkecil kelemahan yang ada, terutama kelemahan pada modal usaha biaya pengadaan alat tangkap, pendapatan nelayan dan pembagian hasil usaha yang
77
selama ini tidak merata pada nelayan, dikaitkan dengan peluang yang ada pada permintaan pasar lokal dan regional serta peningkatan armada kapal ikan.
Masuknya investasi dari luar ini diharapkan untuk penambahan modal kepada nelayan untuk menangkap ikan, karena selama ini modal yang dimiliki
berasal dari nelayan itu sendiri. Penambahan modal oleh investor berarti peningkatan usaha nelayan yang selama ini memiliki keterbatasan modal,
sehingga mereka menginginkan adanya penambahan modal yang lebih besar untuk meningkatkan hasil tangkapan dan pendapatannya. Adapun pemberian
modal dapat disalurkan melalui Koperasi Unit Desa KUD kepada kelompok nelayan yang ada di daerah yang menjadi tujuan investasi.
Strategi 4.
Menerapkan adanya basic design kepada armada kapal perikanan
yang akan dibangun sekaligus design alat tangkap.
Pada hakekatnya kajian basic design kapal perikanan adalah suatu pekerjaan untuk merancang kapal-kapal penangkapan ikan. Untuk merancang basic design
kapal penangkapan ikan, agar hasil yang diperoleh maksimal mengacu pada dua dasar, yaitu laik laut dan layak tangkap. Untuk membuat atau merancang kapal
agar laik laut dapat mengacu pada prinsip-prinsip perancangan suatu kapal yang sesuai dengan kaidah perancangan kapal. Sedangkan untuk kapal dapat menjadi
laik tangkap, harus mengacu pada ilmu- ilmu perikanan khususnya teknologi penangkapan yang akan digunakan. Pada dasarnya, agar dapat menentukan
teknologi penangkapan yang akan diterapkan, terlebih dahulu diketahui jenis ikan yang akan menjadi target tangkapan, mengetahui sifat-sifat biologis ikan, sifat-
sifat migrasi, habitat serta fishing ground dimana ikan itu akan ditangkap. Dengan pengetahuan tersebut, dapat ditentukan jenis dan ukuran alat tangkap serta
teknologi yang akan diterapkan untuk menangkap ikan tersebut. Penerapan teknologi, penggunaan dan penentuan jenis dan ukuran alat tangkap ikan sangat
mempengaruhi rancang bangun kapal penangkapan yang akan digunakan. Secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa jenis dan ukuran alat tangkap serta
teknologi yang akan diterapkan pada saat pengoperasian alat akan berpengaruh langsung kepada rancangan basic design kapal penangkapan ikan.
78
Strategi 5.
Menyediakan cold storage dan pengadaan teknologi tepat guna untuk
menjaga mutu ikan.
Kebijakan dalam menyediakan cold storage dan pengadaan teknologi tepat guna pada armada penangkap ikan di perairan, untuk menjaga mutu ikan pelagis,
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan yang selama ini hanya tertumpu pada penjualan ikan segar. Kebijakan ini diambil untuk mengurangi
kelemahan modal usaha biaya pengadaan alat tangkap oleh nelayan dengan memanfaatkan peluang dalam pengadaan cold storage dan kapal penampung ikan
hasil tangkapan. Pengadaan cold storage ditujukan untuk menampung ikan- ikan yang
tertangkap pada saat musim penangkapan terutama di daerah Tidore yang memiliki alat tangkap pajeko dan alat tangkap pole and line. Selain itu di daerah
Tidore bukan hanya melakukan penangkapan ikan pelagis kecil, tetapi juga ikan pelagis besar, dengan demikian pengadaan cold storage dapat menampung ikan
hasil tangkapan, baik ikan pelagis kecil maupun ikan pelagis besar yang merupakan ikan ekonomis penting.
Pengadaan cold storage juga dimaksudkan agar ikan yang tertangkap tersebut selain dapat dipasarkan di pasaran lokal, juga dapat dipasarkan keluar
daerah dalam lingkup regional, dan dapat diekspor ke luar negeri untuk ikan pelagis besar cakalang dan tuna.
Strategi 6.
Memaksimalkan potensi perikanan yang ada terutama galangan kapal perikanan.
Dalam era pasar bebas ini dimana tingkat persaingan yang cukup tinggi, maju mundurnya suatu industri manufaktur seperti halnya industri galangan kapal
ikan sangat ditentukan oleh produk atau kapal ikan yang dihasilkannya baik segi kualitas, harga mapun waktu penyerahan, tanpa memenuhi ketiga kriteria tersebut
pihak galangan cukup sulit survive atau berkembang. Demikian halnya industri galangan kapal ikan nasional, meskipun kemajuan yang dicapainya cukup
signifikan dalam pembuatan berbagai jenis dan ukuran kapal, akan tetapi menurut para pemakai domestik selama ini kapal yang dibuatnya terkesan harganya
cukup tinggi dan delivery time sering terlambat, belum lagi masalah bahan baku pembuatan kapal ikan.
79
Berdasarkan hasil pemantauan ke galangan kapal di Ternate yang dapat dikatakan sebagai galangan kapal tradisional, terlihat bahwa kesan negatif seperti
diatas salah satu penyebabnya adalah karena kegiatan pengelolaan persediaan ini belum berjalan dengan baik terutama dalam hal penerapan fungsi pengawasan,
baik dalam proses pengadaan barang dan material, penerimaan, penyimpanan, pengamanan maupun cara mendistribusikannya ke bengkel-bengkel produksi.
Umumnya berbagai komponen dan material yang ada, penempatannya belum terkonsentrasi di dalam gudang, sehingga disana-sini terlihat penumpukan barang,
kondisi ini tentu saja dapat menimbulkan hal- hal yang tidak diinginkan seperti rusak, hilang yang pada akhirnya tentu akan mempengaruhi kapal yang dihasilkan
baik dari segi harga, kualitas maupun waktu penyerahan. Kurang baiknya pengelolaan persediaan pada galangan kapal tradisional
memang dapat dipahami, karena sebagian besar dari galangan tersebut pengelolaannya belum menerapkan prinsip-prinsip manajemen modern secara
baik. Disamping itu keberadaan sarana dan prasarana yang ada di galangan juga belum sepenuhnya dapat menunjang kegiatan pengawasan secara baik. Dengan
kondisi seperti itu tentu saja akan memberikan dampak negatif terhadap galangan yang dapat mengakibatkan sulitnya mendapat order, padahal kontinuitas order
tersebut sangat menentukan maju-mundurnya galangan kapal tersebut terutama untuk kapal perikanan.
Strategi 7.
Melakukan aturan sesuai batas wilayah penangkapan dan aturan pemasangan rumpon yang sesuai.
Kebijakan menerapkan aturan batas wilayah penangkapan dan aturan pemasangan rumpon yang sesuai untuk perikanan skala kecil pelagis kecil
bertujuan untuk mengupayakan kepemilikan wilayah dari nelayan pelagis kecil yang melakukan penangkapan pada wilayahnya, yaitu menetapkan hak
kepemilikan dari nelayan skala kecil pada alat pengumpul ikan rumpon yang dipasang di perairan.
Untuk menerapkan kebijakan ini dapat dilakukan dengan mengurangi kelemahan dan mengeliminasi ancaman yang menghasilkan kebijakan antara
keterkaitan pengelolaan usaha perikanan tangkap yang masih rendah dengan batas-batas daerah penangkapan yang belum diterapkan.
80
Penerapan kebijakan ini ditujukan kepada nelayan yang memiliki perizinan yang diberikan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate, sehingga
penambahan alat pengumpul ikan rumpon dan penangkapan ikan hanya ditujukan kepada nelayan pemilik alat tangkap dan alat pengumpul ikan saja. Ini
dilakukan agar nelayan- nelayan yang tidak memiliki izin penangkapan di daerah tersebut tidak dapat melakukan penangkapan.
Selain itu penerapan kebijakan ini dilakukan untuk mencegah konflik yang diakibatkan oleh perebutan penguasaan daerah penangkapan fishing ground
yang merupakan sumber mata pencaharian. Konflik ini dapat terjadi antar kelas nelayan, maupun antar nelayan secara umum. Biasanya konflik ini terjadi antar
nelayan yang berada di luar daerah dengan nelayan yang berada di pulau Tidore dan Moti.
Strategi 8.
Menerapkan ukuran mata jaring sesuai dengan ukuran tubuh ikan yang ditetapkan.
Kebijakan menerapkan ukuran mata jaring sesuai dengan ukuran tubuh ikan bertujuan untuk lebih mengoptimalkan penangkapan dengan lebih memperhatian
ukuran minimal mata jaring agar ikan yang diperoleh pada saat penangkapan sesuai dengan ukuran panjang standar ikan, sehingga ikan yang tertangkap
merupakan ikan yang telah melewati ukuran pertumbuhan. Kebijakan ini sangat diperlukan untuk tetap mempertahankan keberadaan ikan di perairan Maluku
Utara, agar tidak terjadi kelebihan tangkap ikan dalam masa pertumbuhan growth overfishing.
Dalam merumuskan kebijakan ini strategi yang dimiliki mempunyai hubungan yang erat antara kekuatan produksi sumberdaya ikan pelagis kecil dan
adanya dukungan nelayan skala kecil di Maluku Utara dengan ancaman dari selektivitas alat tangkap yang belum diterapkan dan terjadinya over fishing pada
ikan pelagis kecil.
81
3 Pembahasan Strategi Pengembangan
Dari kedelapan strategi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa arahan strategi ini jika dapat diwujudkan, maka pendapatan nelayan akan
meningkat dan kesejahteraan akan meningkatkan pula. Berarti peningkatan pendapatan asli daerah PAD akan meningkat seiring dengan peningkatan
pendapatan nelayan. Disamping itu, mengutip pendapat Nielsen 1996 dalam Satria et.al 2002,
perlu adanya perspektif co-management sebagai sebuah kelembagaan yang merupakan proses untuk mengintegrasikan dan merelokasikan tanggung jawab
manajemen dan kompetensi kekuatan hukum diantara pelaku dengan jalan membagi biaya perumusan dan implementasi regulasi kepada kelompok pengguna
user. Dengan sistem pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan
semacam ini, diharapkan pendapatan nelayan dan pendapatan asli daerah PAD dari sektor perikanan dapat meningkat. Untuk itu, perlu diupayakan mekanisme
solusi yang didasarkan pada tiga dimensi ruang yaitu ruang masyarakat, ruang pemerintah dan ruang pasar. Terwujudnya mekanisme ini akan melahirkan
sebuah sistem ekonomi yang adil, mandiri, dan demokrasi.
Selain strategi dan kebijakan yang disampaikan diatas, Satria et.al 2002
juga mengedepankan program-program alternatif yang berusaha untuk mengurangi kemiskinan dalam masyarakat nelayan antara lain :
1 Perbaikan kapal-kapal dan alat penangkapan. 2 Subsidi masukan- masukan.
3 Perbaikan pemasaran dan teknologi pasca-panen. 4 Pembentukan koperasi atau organisasi lainnya.
5 Pengembangan sumber-sumber pendapatan alternatif atau tambahan. Adapun empat alternatif pertama diciptakan untuk mencapai sasaran, yaitu :
1 Meningkatkan produktivitas nelayan kuantitas penangkapan. 2 Meningkatkan harga-harga yang diterima para nelayan.
3 Menekan biaya yang harus ditanggung para nelayan. Sedangkan alternatif yang kelima untuk meningkatkan biaya penangkapan melalui
peningkatan upah oportunitas bagi pekerja penangkap ikan.
82
5.2 Analisis Kebijakan 1 Kebijakan Pembangunan Perikanan Tangkap