27
5 WPP Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik untuk SDI pelagis kecil dan demersal;
6 Laut Arafura untuk SDI pelagis kecil; 7 Samudera Hindia untuk SDI pelagis kecil dan pelagis besar.
Demikian pula dari sisi permintaaan atau demand side, potensi dan peluang pasar hasil laut dan ikan relatif baik. Pada tahun 1994, impor dunia hasil
perikanan sekitar 52.493 juta ton. Indonesia termasuk peringkat ke-8 dalam produksi ikan peringkat ke-5 untuk udang, dan peringkat ke-2 untuk tuna;
peringkat ke-9 untuk ekspor ikan peringkat ke-4 untuk udang, dan peringkat ke-1 untuk tuna. Permintaan ikan tahun 2010, diperkirakan akan mencapai 105 juta
ton. Potensi pasar dalam negeri juga relatif masih baik; total konsumsi ikan dalam negeri tahun 2001 diperkirakan sekitar 4,6 juta ton dengan konsumsi rata-rata
21,71 kgkaptahun. Sementara itu konsumsi ikan yang direkomendasikan dalam Lokakarya Nasional Widya Karya Pangan dan Gizi untuk mencukupi kebutuhan
gizi sekitar 26,55 kgkaptahun. Jadi masih jauh dari yang direkomendasikan PRPT-BRKP, 2001.
Dari hasil pengkajian Wilayah Pengelolaan Perikanan Laut Seram dan Teluk Tomini pada tahun 1998, dihasilkan tingkat pemanfaatan menurut kelompok
sumberdaya ikan yaitu : 1 pelagis besar baru dimanfaatkan sebesar 37,01 , 2 pelagis kecil dimanfaatkan sebesar 38,84 , 3 ikan demersal telah dimanfaatkan
sebesar 75,14 , sedangkan untuk udang penaeid tingkat pemanfaatannya telah melampaui 100 Widodo et. al 1998 yang diacu dalam PRPT-BRKP 2001.
Oleh karena itu peluang pengembangan di WPP Laut Seram dan Teluk Tomini dapat dilakukan pada sumberdaya ikan pelagis besar, pelagis kecil dan ikan
demersal, sedangkan untuk sumberdaya udang penaeid perlu pembatasan terhadap hasil tangkapan danatau upaya penangkapan.
2.5 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan Strengths dan peluang Opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Weaknesses dan ancaman Threats.
28
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan. Dengan demikian perencana strategis
strategic planner harus menganalisis faktor-faktor strategis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut
dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT Rangkuti, 2005.
2.6 Memilih Keputusan Yang Terbaik
Dalam pengambilan keputusan akhir sering kali seorang atau sekelompok pengambil keputusan harus mempertimbangkan kriteria majemuk, termasuk
diantaranya pertimbangan-pertimbangan resiko dan ketidak pastian yang mungkin dihadapi dimasa ya ng akan datang. Ada beberapa teknik yang bisa dipakai dalam
pengambilan keputusan yang memiliki tujuan majemuk, diantaranya adalah ada beberapa program goal programming, MCDM dan lain- lain Pujawan, 1995.
Pengambilan Keputusan Banyak Kriteria atau Multi Criteria Decision Making
MCDM merupakan aplikasi yang baru dalam manajemen. Model
keputusan dengan kriteria yang tunggal hanya bisa diterapkan pada permasalahan bertujuan tunggal dari sistem, tanpa memperhatikan tujuan-tujuan lainnya Saaty,
1991. Dalam teori ekonomi neoklasik, perusahaan merupakan organisasi yang bertujuan tunggal yaitu memberi kesejahteraan bagi pemiliknya. Perencanaan
perusahaan mempunyai beberapa tujuan yang bila dicari pemecahannya satu persatu tidaklah tertalu sulit untuk dilakukan, namun bila semua tujuan itu
dimasukan dalam satu sistem pengambilan keputusan akan menimbulkan banyak konflik. Di sini diperlukan suatu metode khusus yang bisa memecahkan masalah
tersebut dengan memenuhi semua tujuan yang ada tanpa satu pun meninggalkan variabel yang terkait. Karakteristik yang signifikan yang membedakan metode ini
dengan prosedur solusi yang tradisional adalah terlibatnya preferensi pengambilan keputusan dalam mencari suatu solusi yang optimum. Dalam hal ini banyaknya
tujuan yang bertentangan yang menjadikan sumber pemahaman sehingga pengambilan keputusan mempunyai peranan yang sangat penting.
29
Ada banyak pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan ‘multi criteria decision making
’, yang secara umum diklasifikasikan dalam tiga pendekatan dasar, yaitu Saaty, 1991 :
1 Metode UtillitasBobot
Metode ini mengekspresikan semua tujuan dalam ukuran yang sama single measure.
Dengan demikian pengambilan keputusan multi tujuan dapat ditransformasikan menjadi model dengan satu fungsi tujuan objective function.
Permasalahan yang ada dari model ini adalah keakuratan tranformasi tujuan- tujuan yang berbeda kedalam satu ukuran yang sama.
2 Metode RankingPrioritas
Metode ini digunakan sebagai ganti untuk mencari nilai utilitasbobot, yaitu dengan menggunakan ranking prioritas untuk menunjukkan derajat kepentingan
masing- masing tujuan. Dalam metode ini semua tujuan dipertimbangkan menurut rangking atau prioritasnya dan tidak perlu ditransformasikan ke dalam satu fungsi
tujuan.
3 Metode Solusi Efisien
Metode ini tidak mempertimbangkan preferensi pengambilan keputusan namun dengan menggenerate sekumpulan solusi efisiensi dari himpunan solusi
yang memenuhi konstrain. Himpunan solusi efisien adalah himpunan solusi dimana perubahan dari satu solusi ke solusi yang lain secara simultan
menyebabkan perbaikan pada satu atau lebih tujuan dan penurunan sekurang- kurangnya pada satu tujuan dalam nilai pemuasnya. Solusi efisien juga disebut
solusi optimal paretosolusi non dominasi. Pengambilan keputusan akan memilih solusi yang sesuai dengan preferensi diantara himpunan solusi efisien ini.
Program tujuan ganda multiple goal programming yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan metode yang menggunakan struktur prioritas dari
tujuan-tujuan yang dipertimbangkan, dengan alasan sebagai berikut Saaty, 1991: 1 Pengembangan model relatif lebih sederhana.
2 Modifikasi minor dapat digunakan untuk mencakup pendekatan alternatif metode efisien, pembobotan dan sebagainya dalam pengambilan keputusan
multi tujuan.
30
3 Metode pemecahan sangat sederhana dan hanya merupakan perbaikanmodifikasi dari metode simplek dua fase.
4 Model dan asumsinya konsisten dengan problem dunia nyata yang khusus spesifik.
5 Dari beberapa alasan diatas maka pengambilan keputusan banyak tujuan ini atas dasar
fleksibilitas, efisiensi, kemudahan penggunaan serta pengimplementasian.
2.7 Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF