Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF

30 3 Metode pemecahan sangat sederhana dan hanya merupakan perbaikanmodifikasi dari metode simplek dua fase. 4 Model dan asumsinya konsisten dengan problem dunia nyata yang khusus spesifik. 5 Dari beberapa alasan diatas maka pengambilan keputusan banyak tujuan ini atas dasar fleksibilitas, efisiensi, kemudahan penggunaan serta pengimplementasian.

2.7 Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF

Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF atau Ketentuan Perikanan yang Bertanggungjawab diharapkan dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan perikanan secara bertanggungjawab. Pedoman teknis ini akan memberikan kelengkapan yang diperlukan bagi upaya nasional dan internasional untuk menjamin pengusahaan yang lestari dan berkelanjutan menyangkut sumberdaya hayati akuatik yang selaras dan serasi dengan lingkungan. Pedoman ini juga ditujukan terutama bagi para pengambil keputusan didalam otoritas pengelolaan perikanan dan kelompok yang berkepentingan, termasuk perusahaan perikanan, organisasi nelayan, organisasi non pemerintah yang peduli dan lain- lainnya. Adanya eksploitasi yang berlebihan terhadap stok ikan penting, modifikasi ekosistem, kerugian ekonomi yang nyata, dan persengketaan internasional mengenai pengelolaan dan perdagangan ikan telah mengancam konservasi jangka panjang perikanan dan kontribusi perikanan terhadap suplai pangan. Oleh karena itu Sidang Komite FAO tentang Perikanan COFI-19, yang diadakan Maret 1991, merekomendasikan bahwa sudah mendesak diperlukan pendekatan baru pada pengelolaan perikanan yang meliputi pertimbangan konservasi dan lingkungan, termasuk sosial-ekonominya. Perikanan yang bertanggungjawab tidak membolehkan mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara berlebihan , melebihi rata – rata pertumbuhan stok ikan. Jika tidak, sumberdaya tersebut akan menipis seiring berjalannya waktu, mempengaruhi keanekaragaman genetik suatu stok atau populasi, dan bila ditinjau dari aspek ekonomi, juga akan mempengaruhi rata – rata keuntungan optimal 31 menjadi lebih rendah. Sebaliknya, apabila sumberdaya perikanan dipandang sebagai stok modal yang dikelola secara bertanggungjawab dan berkelanjutan, akan menghasilkan manfaat sosial dan ekonomi yang besar. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penangkapan ikan yang ramah lingkungan adala h Direktorat produksi, Ditjen Perikanan, 2000: 1 Kriteria Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan Menentukan alat penangkapan ikan yang dalam operasinya produktif dan hasil tangkapannya mempunyai nilai ekonomis tinggi. Dala m pengoperasian alat tersebut juga tidak merusak lingkungan dan kelestarian sumberdaya yang ada tetap terjaga. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal antara lain : - selektifitas alat penangkapan ikan - tidak merusak sumberdaya dan lingkungan - meminimumkan discard ikan buangan 2 Fishing Ground Daerah Penangkapan Ikan Pembagian daerah penangkapan yang sesuai dengan ukuran kapal dan jenis alat tangkap yang digunakan, perlunya pengaturan operasi penangkapan ikan dilapangan, dimaksudkan agar tidak terjadi benturan antara kelompok nelayan, baik antar nelayan tradisional maupun dengan pemilik kapal besar. Dalam hal ini perlunya peraturan yang harus dipatuhi dan penindakan hukum yang tegas untuk menjaga kelestarian fishing ground. 3 Pe manfaatan Sumberdaya perikanan harus dikelola secara wajar, agar kontribusinya terhadap nutrisi, ekonomi dan kesejahteraan sosial penduduk dapat ditingkatkan. 4 Peraturan Perlu diperhatikan adanya peraturan – peraturan yang mengatur jalannya operasi penangkapan ikan yang menuju ramah lingkungan dan bertanggungjawab. Salah satu peraturan tersebut adalah mengatur jalur – jalur penangkapan ikan.

2.8 Analytical Hierarchy Process AHP