Tabel 3. Perbedaan antara VBSEM dan CBSEM
No. Kriteria
VBSEM CBSEM
1 Tujuan
Berorientasi prediksi Berorientasi parameter
2 Pendekatan
Berdasarkan variance Berdasarkan covariance
3 Asumsi
Spesifikasi prediktor Multivariate normal
distribution, independence observation parametric
4 Estimasi Parameter
Konsisten sebagai indikator dan sample size
meningkat Konsisten
5 Skor variabel laten
Secara eksplisit diestimasi Inderteminate
6 Hubungan epistemic
antara variabel laten dan indikatornya
Dapat dalam bentuk formatif maupun reflektif indikator
Hanya dengan reflektif indikator
7 Implikasi
Optimal untuk ketepatan prediksi
Optimal untuk ketepatan parameter
8 Kompleksitas model Kompleksitas besar 100
konstruk dan 1000 indikator Kompleksitas kecil sampai
menengah kurang dari 100 indikator
9 Besar sampel
Kekuatan analisis didasarkan pada porsi dari model yang
memiliki jumlah prediktor terbesar. Minimal
direkomendasikan dari 30 sampai 100 kasus
Kekuatan analisis didasarkan pada model spesifik minimal
direkomendasikan berkisar dari 200 sampai 800
Sumber: Ghozali 2008
2.12.1 Bentuk SEM dengan Partial Least Squares PLS
Partial least squares PLS pertama kali dikembangkan oleh Herman
Wold 1996 sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan konstruk laten dengan multiple indikator Ghozali, 2008. PLS
merupakan metode analisis yang powerful karena dapat diterapkan pada semua jenis skala data distribution free dimana tidak mengasumsikan data berdistribusi
tertentu sehingga data dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval dan rasio. Di samping itu, pendekatan SEM dengan PLS juga tidak membutuhkan banyak
asumsi dan ukuran sampel yang dibutuhkan juga tidak harus besar. Selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan untuk membangun
hubungan yang belum ada landasan teorinya atau untuk pengujian proposisi Ghozali, 2008. Contoh model path PLS disajikan pada Gambar 2.
Pemodelan analisis jalur dalam PLS terdiri dari 3 set hubungan, yaitu: 1.
Inner Model structural model Inner model
menspesifikasikan hubungan antar variabel laten berdasarkan teori. Model persamaannya adalah sebagai berikut:
η
j
= Σ
i
β
ji
η
i
+ Σ
i
γ
jb
ξ
b
+ ζ
j
………………...………………..….. 2 Dimana
η menggambarkan vektor endogen dependen variabel laten, ξ adalah vektor variabel eksogen,
ζ
j
adalah vektor variabel residual, β
ji
dan γ
jb
adalah koefisien jalur yang menghubungkan prediktor endogen dan laten eksogen sepanjang range indeks i dan b.
2. Outer Model measurement model
Outer model menspesifikasikan hubungan antar variabel laten dengan
indikator. Outer model terdiri dari 2 macam mode, yaitu mode reflective mode A dan mode formative mode B. Mode reflektif merupakan relasi dari
peubah laten ke peubah indikator atau “effect”. Sedangkan mode formative merupakan relasi dari peubah indikator membentuk peubah laten “causal”.
Blok dengan indikator reflektif memiliki bentuk persamaan sebagai berikut: x =
λ
x
ξ + δ
y = λ
y
η + ε ………………...………………..…….. 3
Dimana x dan y adalah indikator untuk variabel laten eksogen dan endogen. Sedangkan
λ
x
dan λ
y
merupakan matriks loading yang menggambarkan koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan
indikatornya. Residual diukur dengan δ dan ε sebagai kesalahan pengukuran.
Blok dengan indikator formatif memiliki persamaan sebagai berikut: ξ = λ
x
X + δ
ξ
η = λy Y + δ
η
………………...………………..….. 4
Dimana ξ adalah vektor variabel eksogen, λ
x
dan λy adalah koefisien regresi
berganda dari variabel laten dan blok indikator, serta δ
ξ
dan δ
η
adalah residual dari regresi.
3. Weight Relation
Inner dan outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi
algoritma PLS. Nilai kasus untuk setiap variabel laten yang di estimasi dalam PLS sebagai berikut:
ξb = ΣkbWkbXkb ………………...…………………. 5 ηi= ΣkiWkiXki ………………...………………..…... 6
Dimana, Wkb dan Wki = k weight yang digunakan untuk membentuk estimasi variabel laten
ξb dan ηi. Estimasi variabel laten adalah linear agregat dari
indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur estimasi PLS seperti dispesifikasikan oleh inner dan outer model dimana
η adalah vektor variabel laten endogen dependen dan
ξ adalah vektor variabel laten eksogen independen.
Gambar 2. Contoh Model Path PLS
Keterangan :
ξ = Ksi, variabel laten eksogen
η = Eta, variabel laten endogen
λx = Lamnda kecil, loading factor variabel laten eksogen
λy = Lamnda kecil, loading factor variabel laten endogen
β = Beta kecil, koefisien pengaruh endogen terhadap endogen
γ = Gamma kecil, koefisien pengaruh eksogen terhadap endogen
ζ = Zeta kecil, galat model
δ = Delta kecil, galat pengukuran pada variabel laten eksogen
ε = Epsilon kecil, galat pengukuran pada variabel laten endogen Berikut adalah konversi model path Gambar 2 ke dalam bentuk persamaan PLS:
¾ Outer model :
Untuk variabel laten eksogen 1 reflektif
x
1
= λ
x1
ξ
1
+ δ
1
………………...………………..…..
7
x
2
= λ
x2
ξ
1
+ δ
2
………………...………………..…..
8
x
3
= λ
x3
ξ
1
+ δ
3
………………...………………..…..
9
Untuk variabel laten eksogen 2 formatif
ξ
2
= λ
x4
X
4
+ λ
x5
X
5
+ λ
x6
X
6
+ δ
4
……………….....
10
Untuk variabel laten endogen 1 reflektif
y
1
= λ
y1
η
1
+ ε
1
………………...………………..…..
11
y
2
= λ
y2
η
1
+ ε
2
………………...………………..…..
12
Untuk variabel laten endogen 2 reflektif
y
3
= λ
y3
η
2
+ ε
3
………………...………………..…..
13
y
4
= λ
y4
η
2
+ ε
4
¾ Inner model :
η
1
= γ
1
ξ
1
+ γ
2
ξ
2
+ ζ
1
………………...…………………..
14
η
2
= β
1
η
1
+ γ
3
ξ
1
+ γ
4
ξ
2
+ ζ
2
………………...………….
15
2.13 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang dijadikan acuan oleh penulis disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kajian Penelitian Terdahulu
Nama peneliti dan tahun
Judul penelitian Temuan penelitian
Azril Amor 2004 Kajian strategi
pemasaran industri kecil sepatu studi kasus di
desa Ciomas, Kabupaten Bogor
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alternatif strategi pemasaran yang dapat
dilakukan adalah: 1 mempertahankan mutu sepatu sebagai salah satu keunggulan produk
IK Ciomas dan melakukan pemberian label yang menjadi merk dagang sepatu IK
Ciomas, dengan memperhatikan permintaan konsumen, 2 meningkatkan dan
memantapkan saluran distribusi, dengan lebih menekankan hubungan yang saling
menguntungkan dengan mitra, distributor, dan grosir sepatu, 3 melakukan promosi
dengan cara mengadakan pameran di berbagai tempat yang potensial untuk pasar
sasaran dan bekerjasama dengan pemerintah setempat menciptakan Ciomas sebagai tujuan
wisata sepatu.
Angga Sulistiono dan Mumuh Mulyana
2010 Strategi pengembangan
pemasaran IKM pengrajin sepatu sandal
Peningkatan kreatifitas dalam pembuatan sepatu sandal menjadi sangat diperlukan
sehingga model sepatu sandal yang diproduksi lebih bervariasi. Keanekaragaman
produk menjadi salah satu strategi dalam memikat minat dari para konsumen, sehingga
diperoleh peningkatan omset penjualan. Di samping itu, penetrasi pasar harus dilakukan
secara intensif. Konsumen yang dihadapi oleh para pengrajin adalah konsumen yang
Tabel 4. Lanjutan 1
Nama peneliti dan tahun
Judul penelitian Temuan penelitian
sensitif akan harga. Strategi penetrasi pasar menjadi langkah terbaik untuk menggaet
konsumen dengan karakterisrik tersebut. Karena dalam langkah tersebut akan
dipergunakan strategi penetapan harga yang relatif terjangkau dan menarik bagi
konsumen.
Widyastutik, Heti Mulyati, Eka Intan K.
Putri 2010 Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pengembangan klaster
UMKM alas kaki di Kota Bogor yang
berdaya saing Klaster yang berada di Kota Bogor termasuk
ke dalam klaster tidak aktif. Hal ini dicirikan dengan kurangnya interaksi yang intensif
antar anggota dan keterkaitan antara industri terkait maupun industri pendukung masih
rendah. Responden sekitar 85 menginginkan proses pembentukan klaster
industri terbentuk dengan sendirinya, misalnya karena kesamaan jenis usaha, atau
kesamaan bahan baku yang dibutuhkan. Jenis kemitraan yang dilakukan hanya sebatas
kerjasama perdagangan umum. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap
pengembangan klaster UMKM adalah modal sosial X5 dan kondisi permintaan X2.
Riny Kusumawati, Hermanto Siregar,
Sugeng Budiharsono, dan Wonny A. Ridwan
2010 Analisis kebijakan
pengembangan ekonomi lokal industri alas kaki
yang berkelanjutan di Kabupaten Bogor
Berdasarkan hasil analisis ALEDIA diperoleh status pengembangan ekonomi
lokal industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, memiliki nilai
sebesar 34,84 dengan status buruk tidak berkelanjutan. Setelah dilakukan analisis
leverage
dan perbaikan pada sektor-sektor kunci, status pengembangan ekonomi lokal
industri alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, sebesar 55,82 dengan
status baik berkelanjutan. Alternatif kebijakan yang diusulkan dalam penelitian
ini adalah 1 kebijakan fasilitas permodalan; 2 kebijakan persaingan usaha; dan 3
promosi pemasaran.
Y. Sri Susilo 2010 Strategi meningkatkan
daya saing UMKM dalam menghadapi
implementasi CAFTA dan MEA
Kemampuan bertahan UMKM sangat ditentukan oleh daya saing perusahaan dan
daya saing produknya. Kunci peningkatan daya saing UMKM terletak pada
pengusahapemilik UMKM yang memiliki jiwa kewirausahaan dan jiwa inovasi yang
tinggi. Dengan meningkatnya daya saing perusahaan, akan mendorong terciptanya
daya saing produk. Hal lain yang harus menjadi prioritas UMKM adalah
meningkatkan kerjasama antar unit UMKM dan juga meningkatkan jaringan kerjasama
dengan
stakeholders . Pemerintah juga
berperan penting dalam peningkatan daya saing UMKM. Dengan iklim usaha yang
kondusif yang diciptakan pemerintah, maka akan memudahkan UMKM untuk
meningkatkan daya saingnya.
Tabel 4. Lanjutan 2
Nama peneliti dan tahun
Judul penelitian Temuan penelitian
Ernani Hadiyati 2009 Kajian pendekatan pemasaran
kewirausahaan dan kinerja penjualan usaha
kecil Pemasaran adalah masalah mendasar yang
juga dihadapi oleh pengusaha kecil. Dari hasil analisis regresi linier berganda
diketahui bahwa, variabel pemasaran kewirausahaan yang meliputi konsep,
strategi, metode dan intelegensi pasar berpengaruh terhadap kinerja penjualan, baik
secara simultan maupun parsial. “Strategi” dalam hal ini pendekatan bottom-up
menyesuaikan produk dengan selera konsumen merupakan variabel pemasaran
kewirausahaan yang memiliki pengaruh paling besar terhadap kinerja penjualan.
David Stokes 2000 Putting
entrepreneurship into marketing : the
processes of entrepreneurial
marketing Pengusaha dan pemilik usaha kecil
menafsirkan pemasaran dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan standar teori pada
buku teks. Penelitian terhadap empat konsep kunci pemasaran, menunjukkan cara-cara
pemasaran kewirausahaan berbeda dengan teori pemasaran tradisional. Pemilik usaha
kecil cenderung berorientasi inovasi, didorong oleh ide-ide baru dan intuitif
terhadap pasar, bukan berorientasi pada pelanggan atau didorong oleh penilaian yang
ketat terhadap kebutuhan pasar. Mereka membuat target pasar dengan pendekatan
bottom-up
, bukan mengandalkan segmentasi top-down
. Mereka lebih memilih metode pemasaran interaktif dibandingkan 4P atau
7P. Mereka mengumpulkan informasi pasar melalui jaringan informal daripada sistem
inteligen formal. Pendekatan pemasaran kewirausahaan adalah pendekatan konsep
yang tepat ditinjau dari keterbatasan sumber daya dan permasalahan yang ada pada usaha
kecil.
Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu antara lain adalah pada objek penelitian, variabel yang diteliti dan alat analisis yang
digunakan. Jika beberapa penelitian terdahulu menelusuri potensi industri kecil alas kaki di wilayah Bogor secara partial, penelitian ini justru mengkaji potensi
industri kecil alas kaki di wilayah Bogor secara menyeluruh, baik pada wilayah Kota maupun Kabupaten Bogor. Selanjutnya, perbedaan variabel yang diteliti dan
alat analisis yang digunakan merujuk pada penelitian Hadiyati 2009. Jika pada penelitian Hadiyati 2009 mengkaji pengaruh entrepreneurial marketing terhadap
kinerja penjualan dengan menggunakan analisis regresi, maka pada penelitian ini memiliki lingkup yang lebih kompleks yang mengkaji pengaruh entrepreneurial
marketing dan kebijakan pemerintah terhadap daya saing dengan menggunakan
analisis structural equation modeling SEM melalui pendekatan partial least squares
PLS.
2.14 Hipotesis Penelitian