Tabel 10. Lanjutan 1
Karakteristik Usaha Alas Kaki Persentase
Total 100 Kepemilikan alat produksi :
Sangat kurang memadai Kurang memadai
Memadai Sangat memadai
4 58
37 1
Total 100 Kepemilikan modal :
Sangat kurang memadai Kurang memadai
Memadai Sangat memadai
13 51
36
Total 100 Kepemilikan sdm :
Sangat kurang memadai Kurang memadai
Memadai Sangat memadai
6 64
27 3
Total 100 Posisi usaha bagi pendapatan pengusaha :
Sebagai tambahan pendapatan keluarga Menjadi sumber utama
Sangat menjadi sumber utama 1
29 70
Total 100 Terpenuhinya kebutuhan pengusaha :
Terpenuhi 26-50 persen Terpenuhi 51-75 persen
Terpenuhi 76-100 persen 5
28 67
Total 100 Kepemilikan usaha lain :
Tidak punya Punya 1
Punya 2 87
11 2
Total 100
Sumber: Data sekunder, diolah 2012
4.5 Hubungan Karakteristik Pelaku Usaha dan Karakteristik Usaha
Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang cross tabulation, maka dapat diketahui hubungan beberapa faktor karakteristik pelaku usaha dan karakteristik
usaha alas kaki di Bogor Tabel 11. Keberadaan hubungan antar variabel yang diukur dapat terlihat dari nilai signifikansi untuk masing-masing faktor.
Tabel 11. Signifikansi Hubungan Karakteristik Pelaku Usaha dan Karakteristik Usaha
No. Faktor
Approx. Sig. Spearman
Correlation Approx. Sig.
Pearson’s R Interpretasi
α = 0,05
1. Tingkat pendidikan:
Jenis usaha Omset Rp
0,044 0,047
0,027 0,038
Ada hubungan signifikan
2. Kepemilikan modal:
Keinginan pindah usaha 0,022
0,013 Ada hubungan
signifikan 3. Omset
Rp: Terpenuhi kebutuhan
0,001 0,004
Ada hubungan signifikan
Sumber: Data sekunder, diolah 2012 Tingkat pendidikan pelaku usaha memiliki hubungan dengan jenis usaha
dan perolehan omset Rp rata-rata per bulan. Semakin tinggi tingkat pendidikan pelaku usaha, akan semakin memiliki kecenderungan untuk mengembangkan
usahanya pada tingkat yang lebih besar. Para pelaku usaha yang tidak tamat sekolah mayoritas menjalankan usahanya pada kategori industri rumah tangga
Tabel 12, sedangkan bagi mereka yang berpendidikan lebih tinggi yaitu lulusan SDMI atau hingga PT umumnya menggeluti usaha pada kategori industri kecil,
yang notabenenya beroperasi dengan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak daripada industri rumah tangga.
Tabel 12. Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan dan Jenis Usaha
Faktor Jenis usaha
Total Industri rumah
tangga Industri kecil
Tingkat pendidikan
Tidak tamat sekolah 11
4 15
SDMI 20
27 47
SMPMTs 13
15 28
SMASMKMA 2
7 9
PT 1
1
Total 46
54 100
Sumber: Data sekunder, diolah 2012 Selanjutnya, tingkat pendidikan juga memiliki hubungan signifikan
dengan omset Rp, dimana jumlah omset Rp berkaitan dengan kapasitas dan jenis usaha yang dijalani. Bagi pelaku usaha yang tidak tamat sekolah, perolehan
omset Rp rata-rata per bulan adalah kurang dari 10 juta. Bagi mereka yang berpendidikan SDMI dan SMPMTs, umumnya memiliki omset Rp rata-rata per
bulan lebih dari 10 hingga 30 juta. Sedangkan para pelaku usaha dengan tingkat
pendidikan SMASMKMA atau PT, mayoritas memiliki omset Rp lebih dari 30 hingga 60 juta per bulannya Tabel 13. Hal ini semakin menguatkan pernyataan
bahwa, tingkat pendidikan pelaku usaha memiliki peranan penting dalam menunjang perkembangan usaha mereka.
Tabel 13. Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan dan Omset per Bulan Rp
Faktor Omset rata-rata per bulan Rp
Total 10 jt
10-30 jt 30-60 jt 60-100 jt
Tingkat pendidikan
Tidak tamat sekolah
6 6
2 1
15
SDMI
18 21
6 2
47
SMPMTs
10 9
7 2
28
SMASMKMA
1 3
4 1
9
PT
1 1
Total
35 39
20 6
100
Sumber: Data sekunder, diolah 2012 Di sisi lain, terdapat hubungan yang signifikan antara kepemilikan modal
dengan keinginan pindah usaha. Bagi pelaku usaha yang sangat kurang memadai dalam permodalan, mayoritas sering merasa ingin pindah dari usaha alas kaki
Tabel 14. Namun, bagi mereka yang kepemilikan modalnya berada pada kategori kurang sampai memadai, mayoritas jarang berkeinginan pindah dari
usaha ini. Hal ini menunjukkan bahwa modal merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan eksistensi dan keberlanjutan usaha kecil alas kaki.
Tabel 14. Tabulasi Silang Kepemilikan Modal dan Keinginan Pindah Usaha
Faktor Keinginan pindah
Total Selalu
Sering Jarang
Tidak pernah
Kepemilikan modal
Sangat kurang memadai 2
7 1
3 13
Kurang memadai 1
17 21
12 51
Memadai 9
15 12
36
Total 3
33 37
27 100
Sumber: Data sekunder, diolah 2012 Hubungan yang signifikan juga terlihat pada tingkat omset Rp rata-rata
per bulan dengan persentase terpenuhinya kebutuhan keluarga pelaku usaha. Bagi mereka yang beromset kurang dari 10 juta per bulannya mayoritas dapat
memenuhi kebutuhan keluarga hanya sekitar 51 hingga 75 persen Tabel 15. Sedangkan bagi pelaku usaha yang memiliki omset lebih dari 10 juta hingga 100
juta per bulan, umumnya mampu memenuhi kebutuhan keluarganya pada range
76 hingga 100 persen. Melalui perolehan omset Rp rata-rata per bulan yang semakin besar, maka pelaku usaha memiliki kecenderungan semakin mampu
dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.
Tabel 15. Tabulasi Silang Omset per Bulan Rp dan Terpenuhi Kebutuhan
Faktor Terpenuhi kebutuhan
Total 26-50 persen 51-75 persen 76-100 persen
Omset rata-rata per bulan Rp
10 jt 2
17 16
35
10-30 jt 2
9 28
39
30-60 jt 1
1 18
20
60-100 jt
1 5
6
Total 5
28 67
100
Sumber: Data sekunder, diolah 2012
4.6 Kemampuan Entrepreneurial Marketing