beserta dengan dampak dari peristiwa-peristiwa dalam pengembangan MEI, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.4.2 Prinsip kunci Entrepreneurial Marketing
Kemunculan konsep entrepreneurial marketing merupakan respon dari beberapa hasil penelitian empiris yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian
antara teori pemasaran tradisional dan praktek pemasaran pada pelaku usaha dalam skala kecil Ionita, 2012. Melalui pendekatan entrepreneurial marketing,
pengusaha kecil mampu menciptakan suatu kondisi usaha yang lebih terarah terkait dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hills 2008 memaparkan
proses kewirausahaan pemasaran berdasarkan empat prinsip pemasaran dan perilaku aktivitas entrepreneurial, sehingga memudahkan dilakukannya
perbandingan antara teori pemasaran dalam buku teks standar seperti Kotler, serta pemasaran yang telah sukses dilakukan oleh entrepreneur dan manajer dari usaha
entrepreneurial . Stokes 2000 merangkum perbedaan antara traditional
marketing dan entrepreneurial marketing tersebut dalam Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Perbandingan Pemasaran Tradisional dan Entrepreneurial Marketing
Prinsip Pemasaran
Pemasaran Tradisional Entrepreneurial Marketing
Konsep Berorientasi konsumen
dorongan pasar, pengembangan produk
melalui penilaian formal Berorientasi inovasi dorongan ide,
penilaian kebutuhan pasar secara intuitif
Strategi Pendekatan top-down
: segmentasi, targeting
, dan positioning Pendekatan bottom-up dari konsumen dan
kelompok pengaruh lainnya Metode
Bauran pemasaran, 4P7P Metode pemasaran interaktif, word-of-
mouth marketing , dan penjualan langsung
Inteligensi Pasar
Riset pasar formal dan sistem inteligensi
Jaringan informal dan pengumpulan informasi
Sumber: Stokes 2000 Meringkas perbedaan antara EM dan pemasaran tradisional berdasarkan Tabel di
atas, disimpulkan bahwa Stokes, 2000: 1.
Dalam hal orientasi bisnis, ditemukan bahwa tidak seperti pemasaran tradisional yang didefinisikan oleh orientasi pelanggan, EM didefinisikan oleh
kewirausahaan dan orientasi inovasi. Jika konsep pemasaran klasik memerlukan penilaian kebutuhan pasar sebelum mengembangkan produk,
para pengusaha IKM memulainya dengan sebuah ide dan kemudian mencoba untuk menemukan pasar.
2. Pada tingkat strategis, pemasaran tradisional memerlukan pendekatan top-
down , sebuah urutan kegiatan jelas seperti segmentasi, targeting dan setelah
itu positioning
. Namun, para pengusaha IKM sukses mempraktikkan proses kebalikan dari pemasaran tradisional, yaitu pendekatan bottom-up: i
mengidentifikasi peluang pasar yang mungkin, kemudian mengujinya melalui proses trial and error; ii setelah itu, perusahaan mulai melayani kebutuhan
beberapa klien, dan kemudian memperluasnya dengan melakukan kontak langsung dengan klien, serta mengetahui preferensi dan kebutuhan mereka;
iii kemudian, ditambahkan pelanggan baru dengan profil yang serupa dengan klien lama mereka. Seringkali proses ini tidak sengaja, misalnya saja
pelanggan baru yang datang sebagai hasil dari rekomendasi pelanggan awal. Oleh karena itu, target pasar dibentuk oleh proses eliminasi dan seleksi
mandiri. 3.
Pada tingkat taktis, EM tidak cocok dalam model 4P karena pengusaha IKM mengadopsi pendekatan pemasaran interaktif, dimana mereka lebih memilih
untuk memiliki kontak langsung dan pribadi dengan pelanggan. Pengusaha berinteraksi dengan pelanggan selama personal selling dan kegiatan hubungan
pemasaran. Interaksi tersebut ditingkatkan dengan pemasaran word of mouth. 4.
Dalam hal pengumpulan informasi pasar, pengusaha IKM menyadari pentingnya pemantauan lingkungan pemasaran. Akan tetapi, mereka lebih
memilih untuk menggunakan metode tidak resmi seperti pengamatan pribadi atau pengumpulan informasi melalui jaringan kontak mereka. Penolakan
metode penelitian formal adalah konsekuensi logis dari fakta bahwa mereka tidak percaya pada kemampuan memprediksi masa depan.
Pengusaha IKM menyatakan bahwa mereka tidak menggunakan pemasaran, karena mereka mengasosiasikan pemasaran dengan periklanan,
dimana mereka tidak mampu membayar biaya komunikasi yang tinggi. Selain itu, pengusaha IKM tampaknya terlalu fokus pada kondisi saat ini, seperti isu-isu
operasional dan mengabaikan isu jangka panjang lainnya. Di sisi lain, menanggapi konsep intuitive assessment pada kewirausahaan pemasaran, Stokes dan Wilson
2010 mengungkapkan pentingnya kemampuan untuk beradaptasi dan berubah dengan cepat untuk mengimbangi misjudgements dalam memprediksi kebutuhan
pelanggan.
2.5 Kebijakan Pemerintah